Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Patria Gintings, MA
Praktisi Komunikasi

Praktisi dan konsultan komunikasi dengan pengalaman lebih dari 10 tahun; Komisaris di LM Brand Strategist; Lulusan S2 Leeds University Business School program studi Advertising & Marketing.

Membangun Brand yang "Spark Joy"

Kompas.com - 22/02/2019, 09:46 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

ISTILAH “spark joy” belakangan semakin populer seiring dengan meningkatnya popularitas Marie Kondo, sang ahli bersih-bersih barang rumah, yang serialnya makin terkenal di Netflix.

Marie Kondo menggunakan istilah itu ketika membantu orang memutuskan barang mana yang ingin disimpan dan mana yang perlu disingkirkan. Dia akan bertanya, “Does it spark joy?”, alias, "Apakah barang itu akan membuat Anda bahagia?"

Begitu terpikatnya dengan istilah spark joy, banyak netizen yang sampai membuat parodi menggunakan pertanyaan “does it spark joy?” dalam berbagai hal, mulai dari urusan memilih pasangan hidup, menghibur diri sendiri, memilih teman, hingga beragam urusan lain.

Baca juga: Rajin Beres-beres Rumah karena Pengaruh Marie Kondo

Memang lucu melihat semua parodi spark joy yang ada. Namun, bagi seorang pembuat brandpertanyaan “does it spark joy?” sebenarnya adalah pertanyaan mendasar yang harus dijawab dan dibuktikan.

Fungsi dasar brand

Di tengah hiruk pikuk dunia brand dan komunikasi, orang memang sering lupa apa fungsi dasar sebuah brand. Banyak orang melihat brand lebih kepada urusan logo dan urusan iklan. Padahal, secara esensi, brand adalah alat untuk membantu konsumen dalam memilih.

Salah satu legenda asal muasal penggunaan konsep brand adalah dari masa koboi di Amerika Serikat. Kala itu, para koboi kesulitan membedakan sapi milik mereka dengan sapi milik koboi yang lain.

Akhirnya, para sapi diberi tanda untuk menandakan kepemilikan dan membedakan satu sama lain. Dari situ, konsep brand berkembang, dari sekadar pembeda menjadi faktor yang membantu konsumen memilih.

Bayangkan Anda pergi ke pasar untuk membeli susu. Lalu di pasar itu ada banyak penjual susu dan membuat pilihan Anda menjadi semakin rumit.

Memang akan ada orang yang memilih susu dengan melihat apa komposisi susunya, seberapa banyak gulanya atau soal keamanan kandungan nutrisinya. Namun, kebanyakan orang akan lebih memilih jalan pintas dengan memilih susu yang brand-nya sudah mereka kenal.

Sama seperti kita memilih mobil. Hanya sedikit yang akan memilih mobil dengan mempertimbangkan jenis busi dan sistem pembakaran-nya.

Baca juga: Pilih Mobil Bekas dengan Banderol di Bawah Rp 100 Juta

Mayoritas orang pada akhirnya berpikir sederhana dengan melihat brand-nya. Seperti, apakah itu mobil keluaran Toyota yang sudah banyak digunakan orang atau mobil keluaran Ford—perusahaan yang sempat menutup kantornya di Indonesia.

Contoh lebih anyar lagi bisa dilihat di masa pemilihan umum legislatif. Untuk tingkat DPR saja total ada 7.968 calon legislatif (caleg), dengan rata-rata di setiap daerah pemilihan ada sekitar 90 orang caleg.

Dalam kondisi yang begitu banyak pilihan, brand akan sangat berguna ketika digunakan sebagai alat bantu memilih. Karenanya, brand jangan hanya dianggap urusan desain kaos saja.

Membeli untuk merasa bahagia

Terlebih lagi, ada analisa lama yang mengatakan bahwa orang membeli atau mengkonsumsi sesuatu untuk merasakan kebahagiaan.

Seperti membeli tas, ketika dihadapkan dengan dua tas serupa, banyak orang akan memilih berdasarkan pembelian yang bisa membuat dia merasa bahagia.

Penyebab rasa bahagia itu beragam. Bisa, misalnya, karena faktor harga, yaitu merasa bahagia karena berhasil membeli tas bagus dengan harga yang murah.

Atau, bahagia untuk faktor persepsi. Seseorang bisa merasa bahagia karena dilihat orang lain memakai tas yang reputasi brand-nya terkenal.

Inilah yang harus diingat seseorang yang sedang atau akan membangun sebuah brand. Yaitu, apa faktor dari brand tersebut yang dapat membuat orang sebagai konsumen merasa bahagia.

Ilustrasi brandingTHINKSTOCKS/TUMSASEDGARS Ilustrasi branding

Konsep itu berlaku untuk brand dari banyak jenis produk maupun jasa.

Contoh, brand sebuah restoran. Sang pemilik restoran perlu menentukan apa yang ditawarkannya yang dapat membuat konsumennya bahagia. Apakah itu rasa makanannya yang enak? Apakah itu suasana restorannya? Atau bahkan bisa faktor pamor yang ditawarkan?

Bahkan, itu mungkin bisa sesederhana fakta bahwa orang dapat menggunakan wi-fi gratis jika makan di restorannya. Atau, mungkin campuran dari beberapa atau semua faktor, seperti makanannya enak dan bisa menggunakan wi-fi gratis.

Fondasi membangun brand yang spark joy

Untuk dapat membangun brand yang spark joy, setidaknya ada tiga hal mendasar yang harus diperhatikan.

Pertama, sang pemilik brand harus memahami betul apa saja yang dapat membuat seorang konsumen merasa bahagia. Kemudian, dia harus memutuskan target konsumen mana yang ingin disasar.

Dalam contoh restoran, jika kita sudah memutuskan ingin menyasar konsumen yang memang akan menemukan kebahagiaan dengan mendapat makanan yang enak, maka kita tidak perlu lagi merasa gelisah jika orang-orang yang mencari wi-fi gratis tidak datang ke restoran kita.

Kedua, setelah memahami apa yang membuat konsumen merasa bahagia dan tipe konsumen yang ingin disasar, sang pemilik brand harus selalu konsisten. Sebab, ada tendensi kita ingin selalu mendapatkan pembeli sebanyak-banyaknya.

Baca juga: Tempat Makan Menjamur di Jakarta, Ini Tips Memilih Restoran yang Tepat

Kita harus selalu dapat membedakan antara "menarik banyak pembeli" dan "menarik semua tipe pembeli". Sebab, pembeda itu—walaupun sederhana—akan dapat mempengaruhi efektivitas promosi atau komunikasi brand.

Konsistensi di sini bukan hanya sebatas dalam hal promosi atau komunikasi, melainkan juga soal konsistensi dari keunggulan produk atau jasa yang ditawarkan.

Ketika kita sudah memantapkan diri menjual makanan yang enak, kita harus benar-benar konsisten menjaga agar rasa makanan kita selalu enak. Karena, itulah janji kita kepada konsumen untuk membuatnya merasa bahagia.

Ketiga, sang pemilik brand harus selalu menemukan terobosan baru. Sebab, ingat bahwa orang mudah bosan.

Coba saja kita makan satu tipe makanan yang sama selama seminggu berturut-turut. Maka, pada umumnya tingkat kebahagiaan yang kita rasakan akan semakin menurun dengan setiap konsumsi.

Jadi, harus selalu ada terobosan baru yang dapat ditawarkan kepada konsumen agar sebuah brand bisa tetap spark joy.

Ketiga hal tersebut adalah hal mendasar. Masih banyak lagi yang dapat kita lakukan untuk membangun brand yang spark joy.

Seperti sebuah bangunan, jika fondasi tidak kuat maka akan mudah rubuh bangunannya. Maka, tanyakanlah ke diri Anda sendiri, bagaimana brand Anda atau Anda dapat membuat orang merasa bahagia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Program Gas Murah Dinilai ‘Jadi Beban’ Pemerintah di Tengah Konflik Geopolitik

Program Gas Murah Dinilai ‘Jadi Beban’ Pemerintah di Tengah Konflik Geopolitik

Whats New
Catatkan Kinerja Positif, Rukun Raharja Bukukan Laba Bersih 8 Juta Dollar AS pada Kuartal I-2024

Catatkan Kinerja Positif, Rukun Raharja Bukukan Laba Bersih 8 Juta Dollar AS pada Kuartal I-2024

Whats New
Luhut Sambangi PM Singapura, Bahas Kerja Sama Carbon Capture Storage dan Blue Food

Luhut Sambangi PM Singapura, Bahas Kerja Sama Carbon Capture Storage dan Blue Food

Whats New
Honda Prospect Motor Buka Lowongan Kerja, Cek Posisi dan Syaratnya

Honda Prospect Motor Buka Lowongan Kerja, Cek Posisi dan Syaratnya

Work Smart
Tahun Pertama Kepemimpinan Prabowo, Rasio Utang Pemerintah Ditarget Naik hingga 40 Persen

Tahun Pertama Kepemimpinan Prabowo, Rasio Utang Pemerintah Ditarget Naik hingga 40 Persen

Whats New
Revisi Aturan Impor Barang Bawaan dari Luar Negeri Bakal Selesai Pekan Ini

Revisi Aturan Impor Barang Bawaan dari Luar Negeri Bakal Selesai Pekan Ini

Whats New
Pacu Kontribusi Ekspor, Kemenperin Boyong 12 Industri Alsintan ke Maroko

Pacu Kontribusi Ekspor, Kemenperin Boyong 12 Industri Alsintan ke Maroko

Whats New
Uji Coba Bandara VVIP IKN Akan Dilakukan pada Juli 2024

Uji Coba Bandara VVIP IKN Akan Dilakukan pada Juli 2024

Whats New
Menteri Basuki Bakal Pindah ke IKN Juli 2024 dengan 2 Menteri Lain

Menteri Basuki Bakal Pindah ke IKN Juli 2024 dengan 2 Menteri Lain

Whats New
Harga Emas Dunia Stabil di Tengah Meredanya Konflik Timur Tengah

Harga Emas Dunia Stabil di Tengah Meredanya Konflik Timur Tengah

Whats New
Pemerintah Susun Rancangan Aturan Dana Abadi Pariwisata, untuk Apa?

Pemerintah Susun Rancangan Aturan Dana Abadi Pariwisata, untuk Apa?

Whats New
Soal Wajib Sertifikat Halal di Oktober, Kemenkop-UKM Minta Kemenag Permudah Layanan untuk UMKM

Soal Wajib Sertifikat Halal di Oktober, Kemenkop-UKM Minta Kemenag Permudah Layanan untuk UMKM

Whats New
Google Kembali Pecat Karyawan yang Protes Kerja Sama dengan Israel

Google Kembali Pecat Karyawan yang Protes Kerja Sama dengan Israel

Whats New
Nasabah Bank Jago Bertambah 3 Juta Setiap Tahun

Nasabah Bank Jago Bertambah 3 Juta Setiap Tahun

Whats New
RUPST MPXL Sepakati Pembagian Dividen dan Tambah Komisaris

RUPST MPXL Sepakati Pembagian Dividen dan Tambah Komisaris

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com