JAKARTA, KOMPAS.com - Berdasarkan data Nielsen, perusahaan perusahaan yang bergerak di bidang informasi global dan media, setiap tahunnya Indonesia menghabiskan Rp 38 triliun untuk belanja iklan yang tersebar di berbagai media mainstream dalam negeri.
Namun, data tersebut belum termasuk dengan belanja iklan yang disalurkan melalui platform-platform digital.
Nielsen pun mencatatkan, setelah memasukkan berbagai belanja iklan digital dalam perhitungannya, belanja iklan Indonesia bisa mencapai Rp 40 triliun dalam setahun.
Mobile Marketing Association (MMA) Indonesia menyatakan, persentase porsi belanja iklan Indonesia yang baru 6 persen dari total belanja iklan secara keseluruhan masih akan terus berkembang.
"Spending digital ini mostly dari mobile. Indonesia uang belanja iklan yang bisa diukur oleh Nielsen kalau tanpa digital sebesar Rp 38 triliun, sementara setelah ditambahkan digital jadi Rp 40 triliun," ujar Program Director MMA Asia Pacific Azalea Aina di Jakarta, Selasa (28/2/2019).
Azalea menjelaskan, masih besarnya potensi peningkatan belanja iklan digital bisa dilihat dari semakin besarnya pengguna smartphone atau ponsel pintar di dalam negeri.
Menurut dia, peningkatan jumlah pengguna smartphone ini jauh lebih besar dibandingkan dengan pertumbuhan pembukaan rekening tabungan perbankan.
Untuk bisa memanfaatkan secara maksimal potensi yang besar tersebut, para pelaku marketing digital harus memerhatikan perubahan pola perilaku penggunaan internet di Indonesia.
"Saat ini Indonesia adalah mobile first market. Artinya, pengguna internet lebih banyak yang terkoneksi melalui perangkat mobile ketimbang desktop," jelas Country Manager MMA Indonesia Shanti Tolani.
Setidaknya, terdapat 97 persen pengguna internet di Indonesia menggunakan smartphone sebagai perangkat utama untuk mengakses internet dari yang tadinya hanya 58 persen. Adapun pengguna perangkat lain seperti desktop dan tablet terus menurun sejak tahun 2012.
Pada tahun 2012 lalu, sebesar 85 persen pengguna internet mengakses melalui perangkat dekstop atau personal computer (PC), angka tersebut kini tinggal 70 persen berdasarkan data tahun 2017 lalu. Sementara untuk penggunaan perangkat tablet untuk mengakses internet memang tak begitu besar, hanya 19 persen.
Transformasi iklan yang tadinya sangat terpusat pada iklan-iklan televisi ke ranah yang lebih digital pun semakin dibutuhkan.
"Transformasi sangat dibutuhkan unuk melihat ke masa depan dan membangun visi dan strategi ke sana," jelas Shanti.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.