BrandzView
Konten ini merupakan kerja sama Kompas.com dengan Grab

Mengenal Decacorn, Era Baru Startup Dunia

Kompas.com - 28/02/2019, 17:22 WIB
Anissa DW,
Mikhael Gewati

Tim Redaksi

KOMPAS.com –Welcome to The Unicorn Club.” Istilah itu pertama kali dikemukakan oleh Aileen Lee, pendiri Cowboy Venture, dalam artikelnya di laman techcrunch.com pada 2013 lalu. Lewat artikel tersebut, saat itu juga istilah unicorn hadir.

Di Indonesia, belakangan istilah yang sama juga makin hangat diperbincangkan masyarakat.

Unicorn yang dimaksud tak didefinisikan secara harfiah sebagai hewan mitologi berwujud kuda putih dengan tanduk dan sayap, melainkan istilah yang digunakan dalam dunia startup.

Unicorn merupakan tingkat lanjutan startup dari segi valuasi. Dalam dunia startup, unicorn berarti perusahaan rintisan milik swasta yang memiliki nilai valuasi lebih dari 1 miliar dollar Amerika Serikat (AS) atau sekitar Rp 13 triliun.

Menurut hasil riset cbinsights.com tentang startup, per Januari 2019 terdapat 310 perusahaan rintisan berstatus unicorn. Di Asia Tenggara sendiri hingga saat ini ada 7 startup yang menyandang status unicorn, 4 di antaranya merupakan startup asal Indonesia.

Dari unicorn ke decacorn

Ternyata selain unicorn, masih ada lagi tingkatan dalam dunia startup. Decacorn, menjadi istilah yang digunakan untuk startup ditingkat selanjutnya.

Istilah itu diperkenalkan oleh bloomberg.com tahun 2015 untuk menggambarkan startup yang nilai valuasinya 10 kali lipat lebih besar dari startup unicorn, atau sekitar 10 miliar dollar AS.

Melansir data cbinsights.com per Januari 2019 ada 20 startup yang kini menyandang gelar decacorn. Startup asal Amerika mendominasi daftar tersebut dengan beberapa startup asal Eropa dan Asia.

Ilustrasi GrabBikeDok. Grab Ilustrasi GrabBike

Menariknya, ada satu startup asal Asia Tenggara yang berhasil menembus level decacorn baru-baru ini, tepatnya pada 2018. Startup tersebut adalah Grab.

Perusahaan rintisan bermarkas di Singapura ini memulai perjalanan mereka pada 2012 sebagai aplikasi ride-hailing dengan layanan GrabTaxi.

Seiring dengan waktu, Grab semakin berkembang menjadi superapp dengan menambahkan berbagai layanan, seperti GrabBike, GrabFood, GrabExpress, GrabFresh, dan masih banyak lagi.

Semua layanan tersebut membuat Grab menjelma menjadi pemimpin pasar Asia Tenggara untuk segmen ride-hailing yang menjangkau 336 kota di 8 negara Asia Tenggara tahun 2018. Adapun aplikasinya telah diunduh lebih dari 138 juta kali.

Sementara itu, di Indonesia sendiri, Grab memulai perjalanannya sejak 2014. Kini setelah lima tahun, layanan Grab telah menjangkau 222 kota di Indonesia.

Melansir artikel di laman fastcompany.com, Selasa (19/02/2019), selama tahun 2018 Grab berhasil mencatatkan pendapatan sebesar 1 miliar dollar AS dan mampu meraup dana segar lebih dari 3 juta dollar AS.

Berdasarkan laporan yang dikeluarkan oleh Google dan Temasek pada November 2018 lalu, dalam 3 tahun terakhir perusahaan tersebut berhasil menarik investasi bernilai lebih dari 10 miliar dollar AS. Jumlahnya pun diprediksi akan mencapai angka 28 miliar dollar AS pada 2025.

Seorang juru bicara dari Grab mengatakan, investasi tersebut akan digunakan untuk pengembangan aplikasi Grab sebagai superapp dan melanjutkan investasi di Indonesia.

“Kami akan menggunakan investasi tersebut untuk mendukung visi Grab menjadi aplikasi super harian terkemuka di Asia Tenggara, memperluas bisnis pengiriman makanan, pembayaran dan layanan keuangan, sambil melanjutkan investasi kami di Indonesia,” ucap dia, seperti dilansir dari businessinsider.sg, Selasa (20/11/2018).

Dengan semua pencapaian tersebut, tak heran jika di tahun 2019 Grab berhasil menjadi startup Asia Tenggara pertama yang meraih status Decacorn.


Terkini Lainnya

Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Whats New
Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Whats New
Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Whats New
Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Whats New
Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Whats New
Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Whats New
Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Whats New
Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Work Smart
Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Whats New
Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Whats New
Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Whats New
Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Whats New
Mulai Mei 2024, Dana Perkebunan Sawit Rakyat Naik Jadi Rp 60 Juta Per Hektar

Mulai Mei 2024, Dana Perkebunan Sawit Rakyat Naik Jadi Rp 60 Juta Per Hektar

Whats New
KA Argo Bromo Anggrek Pakai Kereta Eksekutif New Generation per 29 Maret

KA Argo Bromo Anggrek Pakai Kereta Eksekutif New Generation per 29 Maret

Whats New
Mudik Lebaran 2024, Bocoran BPJT: Ada Diskon Tarif Tol Maksimal 20 Persen

Mudik Lebaran 2024, Bocoran BPJT: Ada Diskon Tarif Tol Maksimal 20 Persen

Whats New
komentar di artikel lainnya
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com