Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
KILAS

Pestisida Palsu Beredar di Brebes, Kementan Minta Semua Pihak Waspada

Kompas.com - 05/04/2019, 20:00 WIB
Mikhael Gewati

Editor

KOMPAS.com - Peredaran obat pestisida palsu merebak di Indonesia, salah satunya ditemukan di wilayah Kabupaten Brebes, Jawa Tengah.

Dirjen Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP) Kementerian Pertanian (Kementan) Sarwo Edhy, meminta pemerintah setempat beserta jajarannya dan Kapolres Kabupaten Brebes untuk lebih waspada.

"Terkait penyebaran pestisida palsu ini, saya minta mereka lebih waspada dan melakukan intelijen ke toko-toko atau kios-kios di kabupaten Brebes," ujar Sarwo Edhy dalam keterangan tertulis yang Kompas.com terima.

Sarwo Edhy sendiri mengatakan itu saat hadir dalam Konfrensi Pers Pengawasan Pestisida, di Kantor Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Brebes, Jawa tengah, Jumat (5/4/2019).

"Kami akan berikan juga surat edaran untuk seluruh Indonesia, sehingga pemalsu pemalsu pestisida ini akan berhenti karena itu akan merugikan petani," tandas Sarwo.

Menurut Sarwo, bukan tanpa alasan Kementan melakukan tindakan itu. Penyebabnya karena pestisida palsu dapat menurunkan produksi pertanian.

Hal ini disebabkan penggunaan pestisida palsu dapat merusak tanaman karena mutu dan keefektifannya belum teruji nyata, sehingga merugikan secara ekonomi.

Bukan hanya itu, keberadaan pestisida palsu juga mengancam kesehatan. Berbeda dengan produk pestisida legal yang sudah dinyatakan aman oleh pemerintah dan sudah melewati berbagai uji penelitian, sedangkan pestisida palsu tidak diketahui keamanannya.

Kenapa Brebes

Dalam kesempatan itu Dirjen PSP menjelaskan, mengapa peredaran pestisida palsu berkembang luas di Brebes. Ini karena Kabupaten tersebut merupakan sentra hortukultura, terutama bawang merah, disamping juga sentra tanaman pangan padi.

"Jadi Brebes merupakan lumbung pangan bawang untuk Indonesia dan juga merupakan salah satu lumbung pangan padi untuk Jawa Tengah. Sektor pertanian juga bergerak sangat cepat untuk mendukung perekonomian Jawa Tengah dan Indonesia," ucap Sarwo.

Petani sedang menyemprot pestisida untuk mencegah dan mengendalikan Serangan Organisme Pengganggu Tumbuhan.DOK Humas Kementerian Pertanian RI Petani sedang menyemprot pestisida untuk mencegah dan mengendalikan Serangan Organisme Pengganggu Tumbuhan.
Lebih lanjut Sarwo menyatakan, saat ini struktur tanah di Brebes sudah rusak dan salah satu faktornya dari penggunaan pupuk pestisida palsu. Jadi pestisida palsu yang digunakan bukan untuk membasmi hama penyakit, tapi malah merugikan petani.

"Karena dengan menggunakan pestisida palsu itu hasilnya akan turun bukannya naik," ucap Sarwo.

Perlu diketahui, pada 2018 Kementan telah melakukan penarikan populasi pestisida sebanyak 1147 formulasi. Rinciannya adalah 956 formulasi ditarik paksa dan sebanyak 191 formulasi atas permintaan sendiri.

Penarikan atas permintaan sendiri ini karena sudah banyak dipalsukan selain itu juga sudah tidak efektif lagi untuk membunuh hama dan penyakit.

Dasar penarikan pestisida

Halaman:


Terkini Lainnya

Survei Prudential: 68 Persen Warga RI Pertimbangkan Proteksi dari Risiko Kesehatan

Survei Prudential: 68 Persen Warga RI Pertimbangkan Proteksi dari Risiko Kesehatan

Earn Smart
7 Contoh Kebijakan Fiskal di Indonesia, dari Subsidi hingga Pajak

7 Contoh Kebijakan Fiskal di Indonesia, dari Subsidi hingga Pajak

Whats New
'Regulatory Sandbox' Jadi Ruang untuk Perkembangan Industri Kripto

"Regulatory Sandbox" Jadi Ruang untuk Perkembangan Industri Kripto

Whats New
IHSG Melemah 0,83 Persen dalam Sepekan, Kapitalisasi Pasar Susut

IHSG Melemah 0,83 Persen dalam Sepekan, Kapitalisasi Pasar Susut

Whats New
Nasabah Bank DKI Bisa Tarik Tunai Tanpa Kartu di Seluruh ATM BRI

Nasabah Bank DKI Bisa Tarik Tunai Tanpa Kartu di Seluruh ATM BRI

Whats New
Genjot Layanan Kesehatan, Grup Siloam Tingkatkan Digitalisasi

Genjot Layanan Kesehatan, Grup Siloam Tingkatkan Digitalisasi

Whats New
Pelita Air Siapkan 273.000 Kursi Selama Periode Angkutan Lebaran 2024

Pelita Air Siapkan 273.000 Kursi Selama Periode Angkutan Lebaran 2024

Whats New
Puji Gebrakan Mentan Amran, Perpadi: Penambahan Alokasi Pupuk Prestasi Luar Biasa

Puji Gebrakan Mentan Amran, Perpadi: Penambahan Alokasi Pupuk Prestasi Luar Biasa

Whats New
Pengertian Kebijakan Fiskal, Instrumen, Fungsi, Tujuan, dan Contohnya

Pengertian Kebijakan Fiskal, Instrumen, Fungsi, Tujuan, dan Contohnya

Whats New
Ekspor CPO Naik 14,63 Persen pada Januari 2024, Tertinggi ke Uni Eropa

Ekspor CPO Naik 14,63 Persen pada Januari 2024, Tertinggi ke Uni Eropa

Whats New
Tebar Sukacita di Bulan Ramadhan, Sido Muncul Beri Santunan untuk 1.000 Anak Yatim di Jakarta

Tebar Sukacita di Bulan Ramadhan, Sido Muncul Beri Santunan untuk 1.000 Anak Yatim di Jakarta

BrandzView
Chandra Asri Bukukan Pendapatan Bersih 2,15 Miliar Dollar AS pada 2023

Chandra Asri Bukukan Pendapatan Bersih 2,15 Miliar Dollar AS pada 2023

Whats New
Tinjau Panen Raya, Mentan Pastikan Pemerintah Kawal Stok Pangan Nasional

Tinjau Panen Raya, Mentan Pastikan Pemerintah Kawal Stok Pangan Nasional

Whats New
Kenaikan Tarif Dinilai Jadi Pemicu Setoran Cukai Rokok Lesu

Kenaikan Tarif Dinilai Jadi Pemicu Setoran Cukai Rokok Lesu

Whats New
Puasa Itu Berhemat atau Boros?

Puasa Itu Berhemat atau Boros?

Spend Smart
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com