BrandzView
Konten ini merupakan kerja sama Kompas.com dengan DanaRupiah

Dikunjungi BI, DanaRupiah Sebut Ingin Jadi Bagian Inklusi Keuangan

Kompas.com - 18/04/2019, 20:47 WIB
Sri Noviyanti

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Banyak orang berpikir bahwa solusi keuangan yang ditawarkan perusahaan financial technology (fintech) seperti pinjaman online bagai pedang bermata dua. Pada satu sisi, dapat berdampak positif sekaligus negatif.

Bila menyisir kembali, dampak negatif terjadi karena peminjam tak bijak saat memutuskan untuk memakai jasa pinjaman. Padahal, kalau dipakai dengan baik sesuai kebutuhan dengan melihat kemampuan membayar, pembiayaan pinjaman online akan bermanfaat dan berdampak positif.

Pada DanaRupiah, misalnya, memiliki produk pembiayaan untuk kebutuhan produktif.

“Sebagai perusahaan fintech, DanaRupiah memang memiliki dua produk lain di luar pinjaman tunai,” ujar Project Leader DanaRupiah Felix, Kamis (18/4/2019).

Pertama, pembiayaan produktif (Productive Loan) yang saat ini fokus pada produk bidang agrikultur dahulu.

Pembiayaan berupa modal utama kepada petani dalam bentuk benih, pupuk, dan pestisida. Dengan metode pembiayaan sama, ke depan tak menutup akan masuk pada pembiayaan bidang lainnya juga.

Kedua, membantu pembiayaan pelatihan atau pendidikan (Training and Education Loan) dengan bekerja sama dengan lembaga pendidikan.

Dikunjungi Bank Indonesia

Pemaparan tadi dijelaskan lebih lengkap ketika ada kunjungan dari Bank Indonesia (BI) pada PT Layanan Keuangan Berbagi (DanaRupiah), Kamis.

Pada Kompas.com, Direktur DanaRupiah Wahyu S Ariyanto, menyatakan bahwa kunjungan itu ditujukan BI untuk mendalami dan mengenal perusahaan fintech lebih dalam.

Perusahaan financial technology DanaRupiah dikunjungi Bank Indonesia, Kamis (18/4/2019).KOMPAS.com/SRI NOVIYANTI Perusahaan financial technology DanaRupiah dikunjungi Bank Indonesia, Kamis (18/4/2019).

“Kami senang Bank Indonesia dapat berkunjung ke sini (DanaRupiah). Kami bisa berdiskusi banyak tentang hal-hal yang justru bisa mempererat kerja sama antara bank dengan industri fintech,” ujar Wahyu.

Diskusi hari ini, kata dia, lebih banyak membahas solusi finansial berupa pinjaman produktif yang dapat dilakukan perusahan fintech untuk menjangkau rakyat pesisir.

Dilanjutkan oleh Felix, DanaRupiah yang sudah terdaftar di Otoritas Jasa Keuangan (OJK) punya fokus yang sama. Hanya saja, saat ini sedang mengupayakan produk yang menyasar pada bidang pertanian.

Seperti yang sudah disinggung pada awal artikel, Productive Loan untuk petani dan Training and Education Loan untuk para pelajar dan trainer, adalah beberapa produk yang ditawarkan sebagai solusi agar masyarakat punya akses keuangan selain bank.

Melalui program Productive Loan, petani akan dapat dua akses pembiayaan, yakni untuk kebutuhan sarana produksi dari perusahaan distributor pupuk dan juga dana tunai.

Sedangkan Training and Education Loan memungkinkan nasabahnya—yaitu para pelajar atau orang yang akan ikut pelatihan—bisa mendapatkan biaya uang pendidikan di muka dan membayar dengan sistem cicilan pada DanaRupiah. Harapannya, mereka bis abelajar dengan tenang tanpa khawatir cara menutupi biaya pendidikan.

Baik Productive Loan dan Training and Education Loan disebutkan Felix akan diluncurkan pada akhir April 2019.

Meskipun, produk yang dimiliki DanaRupiah belum dapat mengakomodir rakyat pesisir, Felix berujar tak menutup kemungkinan produknya dapat berkembang dengan melihat peluang itu.

“Kami (DanaRupiah) ingin menjadi bagian dari tujuan inklusi keuangan. Kami juga ingin ikut mendorong OJK yang menargetkan inklusi keuangan pada 2019 bisa tembus 75 persen, atau naik 12 persen dibandingkan 2017,” tambahnya.


Terkini Lainnya

LKPP: Nilai Transaksi Pemerintah di e-Katalog Capai Rp 196,7 Triliun Sepanjang 2023

LKPP: Nilai Transaksi Pemerintah di e-Katalog Capai Rp 196,7 Triliun Sepanjang 2023

Whats New
?[POPULER MONEY] Kasus Korupsi Timah Seret Harvey Moeis | Pakaian Bekas Impor Marak Lagi

?[POPULER MONEY] Kasus Korupsi Timah Seret Harvey Moeis | Pakaian Bekas Impor Marak Lagi

Whats New
Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Whats New
Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Whats New
Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Whats New
Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Whats New
Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Whats New
Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Whats New
Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Whats New
Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Work Smart
Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Whats New
Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Whats New
Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Whats New
Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Whats New
Mulai Mei 2024, Dana Perkebunan Sawit Rakyat Naik Jadi Rp 60 Juta Per Hektar

Mulai Mei 2024, Dana Perkebunan Sawit Rakyat Naik Jadi Rp 60 Juta Per Hektar

Whats New
komentar di artikel lainnya
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com