Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

IHSG Terpuruk, Ini Masukan Bagi Para Investor Reksa Dana

Kompas.com - 17/05/2019, 21:39 WIB
Murti Ali Lingga,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terpuruk dalam selama sepekan lalu, menghapus pencapaian yang telah dicatatkan sejal awal tahun ini.

Berdasarkan data statistik Bursa Efek Indonesia (BEI), kapitalisasi pasar BEI turun 1,72 persen menjadi Rp 7.064 triliun per 10 Mei 2019, seiring dengan koreksi IHSG sebesar 1,74 persen menjadi 6.209 dari 6.319 pada akhir pekan lalu. Bahkan, dalam satu bulan terakhir terjadi penurunan sebanyak 5.2 persen.

Menurut CEO Jagartha Advisors FX Iwan, penurunan di akhir pekan lalu ini disebabkan oleh faktor eksternal yaitu meningkatnya kekhawatiran investor global terhadap perkembangan perang dagang China-Amerika dan juga meningkatnya tensi politik dalam negeri.

"Bagi investor reksa dana, situasi ini bisa menjadi kesempatan yang baik untuk kembali memeriksa kembali portfolionya untuk menentukan aset alokasi dan fund strategy yang tepat dalam pemilihan produk-produk reksadana yang sesuai dengan karakteristik dan tujuan investasi investor," kata Iwan dalam keterangannya, Jumat (17/5/2019.

Baca juga: IHSG Anjlok Akibat Perang Dagang, Sektor Ini Masih Jadi Unggulan

Jagartha Advisors merekomendasikan kelas aset dan memilih reksa dana yang sesuai dengan profil risiko dan tujuan investasi melalui rangkaian seleksi pada daftar reksa dana yang ditawarkan melalui Bareksa Prioritas.

“Misalnya saja, dari total 28 reksa dana saham yang direkomendasikan Bareksa Prioritas kepada investor, advisor akan melakukan review dan seleksi terhadap fund yang mempunyai portfolio yang diharapkan dapat menghasilkan kinerja lebih baik dibandingkan dengan indeks acuan IHSG,” tutur dia.

Mengenai pelemahan IHSG pertengahan kuartal kedua tahun ini, analisis Jagartha Advisors menyebutkan bahwa momentum ini pada dasarnya bisa disikapi investor sesuai dengan profil risikonya.

Baca juga: Lakukan Strategi Investasi Ini di Tengah Gejolak Global

Iwan menyatakan, target kinerja indeks sampai dengan akhir tahun masih atraktif, sehingga penurunan pasar saat ini bisa dijadikan momen baik untuk melakukan pembelian secara bertahap.

"Bagi yang profil risikonya tinggi, momen ini justru perlu dimanfaatkan oleh investor untuk menambah kepemilikan reksa dana (dollar cost averaging). Namun, untuk investor yang konservatif dan cenderung menghindari risiko, opsi yang bisa dilakukan saat ini adalah melakukan penyesuaian portfolio dengan memberikan bobot yang lebih besar pada reksa dana pasar uang, dengan pilihan fund yang memiliki kinerja diatas 6 persen untuk periode satu tahun terakhir," jelasnya.

"Para advisor Bareksa Prioritas akan siaga untuk memetakan strategi terbaik untuk kalkulasi return yang optimal, namun pada akhirnya, semua keputusan kembali diserahkan ke tangan investor,” pungkas Iwan.

Bareksa Prioritas merupakan perusahaan wealth management yang diinisiasi Bareksa.com, yang merupakan marketplace reksa dana, dengan perusahaan penasihat investasi independen Jagartha Advisors.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kekhawatiran Inflasi Mencuat, Wall Street Berakhir di Zona Merah

Kekhawatiran Inflasi Mencuat, Wall Street Berakhir di Zona Merah

Whats New
Ada Hujan Lebat, Kecepatan Whoosh Turun hingga 40 Km/Jam, Perjalanan Terlambat

Ada Hujan Lebat, Kecepatan Whoosh Turun hingga 40 Km/Jam, Perjalanan Terlambat

Whats New
BTN Buka Kemungkinan Lebarkan Bisnis ke Timor Leste

BTN Buka Kemungkinan Lebarkan Bisnis ke Timor Leste

Whats New
[POPULER MONEY] Respons Bulog soal Program Makan Siang Gratis Butuh 6,7 Ton Beras Per Tahun | Iuran Pariwisata Bisa Bikin Tiket Pesawat Makin Mahal

[POPULER MONEY] Respons Bulog soal Program Makan Siang Gratis Butuh 6,7 Ton Beras Per Tahun | Iuran Pariwisata Bisa Bikin Tiket Pesawat Makin Mahal

Whats New
KCIC Minta Maaf Jadwal Whoosh Terlambat Gara-gara Hujan Lebat

KCIC Minta Maaf Jadwal Whoosh Terlambat Gara-gara Hujan Lebat

Whats New
Cara Pinjam Uang di Rp 5 Juta di Pegadaian, Bunga, dan Syaratnya

Cara Pinjam Uang di Rp 5 Juta di Pegadaian, Bunga, dan Syaratnya

Earn Smart
Kemenkeu Akui Pelemahan Rupiah dan Kenaikan Imbal Hasil Berdampak ke Beban Utang Pemerintah

Kemenkeu Akui Pelemahan Rupiah dan Kenaikan Imbal Hasil Berdampak ke Beban Utang Pemerintah

Whats New
Prudential Laporkan Premi Baru Tumbuh 15 Persen pada 2023

Prudential Laporkan Premi Baru Tumbuh 15 Persen pada 2023

Whats New
Bulog Siap Pasok Kebutuhan Pangan di IKN

Bulog Siap Pasok Kebutuhan Pangan di IKN

Whats New
Pintu Perkuat Ekosistem Ethereum di Infonesia

Pintu Perkuat Ekosistem Ethereum di Infonesia

Whats New
BTN Syariah Cetak Laba Bersih Rp 164,1 Miliar pada Kuartal I 2024

BTN Syariah Cetak Laba Bersih Rp 164,1 Miliar pada Kuartal I 2024

Whats New
Pegadaian Bukukan Laba Bersih Rp 1,4 Triliun pada Kuartal I 2024

Pegadaian Bukukan Laba Bersih Rp 1,4 Triliun pada Kuartal I 2024

Whats New
Program Makan Siang Gratis Butuh 6,7 Ton Beras Per Tahun, Bulog Tunggu Arahan Pemerintah

Program Makan Siang Gratis Butuh 6,7 Ton Beras Per Tahun, Bulog Tunggu Arahan Pemerintah

Whats New
BTN Cetak Laba Bersih Rp 860 Miliar pada Kuartal I 2024

BTN Cetak Laba Bersih Rp 860 Miliar pada Kuartal I 2024

Whats New
Bulog Siap Jadi Pembeli Gabah dari Sawah Hasil Teknologi Padi China

Bulog Siap Jadi Pembeli Gabah dari Sawah Hasil Teknologi Padi China

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com