Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ekonomi Global Bergejolak, Investasi Properti Juga Lesu?

Kompas.com - 22/05/2019, 04:02 WIB
Fika Nurul Ulya,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Gejolak ekonomi global yang tak tentu arah seperti perang dagang AS-China belum membuahkan hasil. IHSG sempat menurun tajam, volatilitas rupiah terganggu, dan sejumput masalah lainnya memang mempengaruhi beberapa sektor, termasuk sektor investasi properti.

Ronald Yusuf Wijaya Co-Founder Ethis Indonesia, sebuah fintech peer to peer lending syariah properti dan real estate mengatakan, dampak ekonomi global memang sedikit banyak mempengaruhi investasi di beberapa segmen properti.

"Dampak ekonomi global ini berpengaruh untuk segmen properti berjenis premium. Seperti proyek apartemen, rumah seharga Rp 2 miliar, bahkan harga Rp 1 miliar pun sekarang cukup challenging karena penjualan tidak semulus biasanya," ucap Ronald Yusuf Wijaya di Jakarta, Selasa (21/5/2019).

Ronald mengakui, industri properti memang memiliki siklus fluktuatif sama seperti instrumen investasi lain. Namun, bagaimana pun siklus tersebut akan kembali normal setelah beberapa saat.

"Sudah pasti akan balik lagi siklusnya. Tapi balik lagi kepada si pengusaha properti akan kuat modal atau tidak. Kalau kuat, saat roda industri properti berputar naik, harusnya profitnya tetap terjamin," jelas Ronald.

Kendati properti premium lesu kata Ronald, ada juga segmen properti yang tidak terpengaruh oleh kondisi ekonomi global, yaitu rumah subsidi.

"Tapi kalau rumah subsidi enggak berpengaruh karena ini kebutuhan mendasar. Apapun yg terjadi di ekonomi, di politik, tidak akan berpengaruh. Kecuali andaikan bangsa itu terjadi kerusuhan mungkin akan berpengaruh," kata Ronald.

Ronald justru mengatakan industri properti masih sangat potensial untuk para investor saat ini meski marginnya tak sebesar properti premium.

"Kalau kita lihat industri ini masih sangat potensial, masih sangat seksi. Tapi karena industri ini cenderung marginnya lebih kecil, kadang-kadang developer tidak memberikan spec yang terbaik. karena dia mau make sure profitnya maksimal," terang Ronald.

Untuk menyiasati hal itu, Ronald pun tak sembarangan memilih developer. Dia lebih memilih developer yang memiliki portofolio dan hasil yang baik dalam membangun rumah subsidi sesuai standar pemerintah.

"Apalagi pemerintah saat ini telah mengeluarkan peraturan bahwa rumah-rumah subsidi ini harus punya standar dari pemerintah," ucapnya.

Ronald memastikan, rumah-rumah subsidi yang cenderung dicicil sampai 20 tahun tidak mengalami kerusakan maupun renovasi kembali oleh pemilik saat pencicilan berlangsung. Sebab, para penyicil rumah subsidi ini sebagian besar berpenghasilan rendah.

"Kami harus memastikan dalam masa pencicilan rumah tersebut harus kuat kokoh bahkan tidak ada renovasi kalau bisa. Karena orang-orang yang memiliki rumah ini adalah yang berpenghasilan rendah. Terbayang sulitnya kalau sekarang lagi nyicil tiba-tiba harus renovasi juga," tandasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Soal Gas Murah buat Industri, Menteri ESDM: Insya Allah Akan Dilanjutkan

Soal Gas Murah buat Industri, Menteri ESDM: Insya Allah Akan Dilanjutkan

Whats New
Cara Bayar Pajak Daerah secara Online lewat Tokopedia

Cara Bayar Pajak Daerah secara Online lewat Tokopedia

Spend Smart
Apa Itu 'Cut-Off Time' pada Investasi Reksadana?

Apa Itu "Cut-Off Time" pada Investasi Reksadana?

Earn Smart
Mengenal Apa Itu 'Skimming' dan Cara Menghindarinya

Mengenal Apa Itu "Skimming" dan Cara Menghindarinya

Earn Smart
BRI Beri Apresiasi untuk Restoran Merchant Layanan Digital

BRI Beri Apresiasi untuk Restoran Merchant Layanan Digital

Whats New
Kemenhub Tingkatkan Kualitas dan Kompetensi SDM Angkutan Penyeberangan

Kemenhub Tingkatkan Kualitas dan Kompetensi SDM Angkutan Penyeberangan

Whats New
CGAS Raup Pendapatan Rp 130,41 Miliar pada Kuartal I 2024, Didorong Permintaan Ritel dan UMKM

CGAS Raup Pendapatan Rp 130,41 Miliar pada Kuartal I 2024, Didorong Permintaan Ritel dan UMKM

Whats New
Simak Cara Menyiapkan Dana Pendidikan Anak

Simak Cara Menyiapkan Dana Pendidikan Anak

Earn Smart
HET Beras Bulog Naik, YLKI Khawatir Daya Beli Masyarakat Tergerus

HET Beras Bulog Naik, YLKI Khawatir Daya Beli Masyarakat Tergerus

Whats New
Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Lampaui Malaysia hingga Amerika Serikat

Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Lampaui Malaysia hingga Amerika Serikat

Whats New
KKP Terima 99.648 Ekor Benih Bening Lobster yang Disita TNI AL

KKP Terima 99.648 Ekor Benih Bening Lobster yang Disita TNI AL

Rilis
Di Hadapan Menko Airlangga, Wakil Kanselir Jerman Puji Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

Di Hadapan Menko Airlangga, Wakil Kanselir Jerman Puji Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

Whats New
Soal Rencana Kenaikan Tarif KRL, Anggota DPR: Jangan Sampai Membuat Penumpang Beralih...

Soal Rencana Kenaikan Tarif KRL, Anggota DPR: Jangan Sampai Membuat Penumpang Beralih...

Whats New
Menteri ESDM Pastikan Perpanjangan Izin Tambang Freeport Sampai 2061

Menteri ESDM Pastikan Perpanjangan Izin Tambang Freeport Sampai 2061

Whats New
Pertumbuhan Ekonomi 5,11 Persen, Sri Mulyani: Indonesia Terus Tunjukan 'Daya Tahannya'

Pertumbuhan Ekonomi 5,11 Persen, Sri Mulyani: Indonesia Terus Tunjukan "Daya Tahannya"

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com