Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Gara-gara Brexit, Perusahaan Baja Inggris Merugi dan akan PHK Karyawan

Kompas.com - 23/05/2019, 09:54 WIB
Mutia Fauzia,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

LONDON, KOMPAS.com - Perusahaan produsen baja terbesar ke dua di Inggris, British Steel, kolaps pada Rabu (22/5/2019) waktu setempat dan membuat 5.000 pegawainya terancam diberhentikan, begitu juga 20.000 pegawai yang terlibat dalam rantai pasokan perusahaan tersebut.

Perusahaan tengah berupaya untuk bisa mendapatkan dana talangan atau bailout dari pemerintah, namun upaya tersebut tidak membuahkan hasil. Pengadilan tinggi setempat memerintahkan perusahaan untuk melakukan likudiasi.

Seperti dilansir dari CNN, Kamis (23/5/2019), British Steel berupaya untuk bisa mendapatkan dana talangan dari pemerintah sebesar 95 juta dollar AS untuk menutupi kerugiannya. Mereka menyatakan rugi lantaran pesanan dari Uni Eropa yang terus tergerus lantaran ketidakpastian dari Brexit.

Sebelumnya, British Steel telah mendapatkan utang dari pemerintah sebesar 152 juta dollar AS tahun lalu dan dibeli oleh perusahaan investasi Grebybull Capital dari Tata Steel India hanya dengan 1 poundsterling.

Pemerintah pun mengatakan telah meminta perusahaan konsultan, EY, untuk mencari pemilik baru perusahaan.

British Steel akan terus beroperasi sehingga pegawainya bisa tetap mendapatkan bayaran seiring berlangsungnya proses pencarian pemilik baru perusahaan.

"Kegagalan dalam mencari pembeli (perusahaan) akan menghancurkan banyak bidang dalam industri ini," ujar Co-executive Director Kamar Dagang Inggris Hannad Essex.

Sebagai informasi, produsen baja Eropa berada di bawah tekanan dalam beberapa tahun terakhir lantaran persaingan dengan China yang memroduksi baja dengan harga lebih murah.

Komisi Eropa pun melakukan tindakan anti-dumping pada baja China pada 2017 dan memperpanjang pada 2018 setelah proses penyelidikan menunjukkan, baja-baja asal China yang membanjiri pasar memiliki harga di bawah biaya produksi.

Selain itu, produsen baja di seluruh dunia juga sedang terkena imbas dari tarif impor yang diberlakukan pemerintah Amerika Serikat sejak tahun lalu.

Meskipun tarif dinilai menguntungkan produsen baja Amerika Serikat, analis mengatakan masa depan mereka pun tak pasti. Saham produsen baja utama Amerika Serikat pun anjlok tahun ini sejak tarif diberlakukan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Genjot Layanan Kesehatan, Grup Siloam Tingkatkan Digitalisasi

Genjot Layanan Kesehatan, Grup Siloam Tingkatkan Digitalisasi

Whats New
Pelita Air Siapkan 273.000 Kursi Selama Periode Angkutan Lebaran 2024

Pelita Air Siapkan 273.000 Kursi Selama Periode Angkutan Lebaran 2024

Whats New
Puji Gebrakan Mentan Amran, Perpadi: Penambahan Alokasi Pupuk Prestasi Luar Biasa

Puji Gebrakan Mentan Amran, Perpadi: Penambahan Alokasi Pupuk Prestasi Luar Biasa

Whats New
Pengertian Kebijakan Fiskal, Instrumen, Fungsi, Tujuan, dan Contohnya

Pengertian Kebijakan Fiskal, Instrumen, Fungsi, Tujuan, dan Contohnya

Whats New
Ekspor CPO Naik 14,63 Persen pada Januari 2024, Tertinggi ke Uni Eropa

Ekspor CPO Naik 14,63 Persen pada Januari 2024, Tertinggi ke Uni Eropa

Whats New
Tebar Sukacita di Bulan Ramadhan, Sido Muncul Beri Santunan untuk 1.000 Anak Yatim di Jakarta

Tebar Sukacita di Bulan Ramadhan, Sido Muncul Beri Santunan untuk 1.000 Anak Yatim di Jakarta

BrandzView
Chandra Asri Bukukan Pendapatan Bersih 2,15 Miliar Dollar AS pada 2023

Chandra Asri Bukukan Pendapatan Bersih 2,15 Miliar Dollar AS pada 2023

Whats New
Tinjau Panen Raya, Mentan Pastikan Pemerintah Kawal Stok Pangan Nasional

Tinjau Panen Raya, Mentan Pastikan Pemerintah Kawal Stok Pangan Nasional

Whats New
Kenaikan Tarif Dinilai Jadi Pemicu Setoran Cukai Rokok Lesu

Kenaikan Tarif Dinilai Jadi Pemicu Setoran Cukai Rokok Lesu

Whats New
Puasa Itu Berhemat atau Boros?

Puasa Itu Berhemat atau Boros?

Spend Smart
Kadin Proyeksi Perputaran Uang Saat Ramadhan-Lebaran 2024 Mencapai Rp 157,3 Triliun

Kadin Proyeksi Perputaran Uang Saat Ramadhan-Lebaran 2024 Mencapai Rp 157,3 Triliun

Whats New
Kebutuhan Dalam Negeri Jadi Prioritas Komersialisasi Migas

Kebutuhan Dalam Negeri Jadi Prioritas Komersialisasi Migas

Whats New
Ratusan Sapi Impor Asal Australia Mati Saat Menuju RI, Badan Karantina Duga gara-gara Penyakit Botulisme

Ratusan Sapi Impor Asal Australia Mati Saat Menuju RI, Badan Karantina Duga gara-gara Penyakit Botulisme

Whats New
Watsons Buka 3 Gerai di Medan dan Batam, Ada Diskon hingga 50 Persen

Watsons Buka 3 Gerai di Medan dan Batam, Ada Diskon hingga 50 Persen

Spend Smart
Utang Pemerintah Kian Bengkak, Per Februari Tembus Rp 8.319,22 Triliun

Utang Pemerintah Kian Bengkak, Per Februari Tembus Rp 8.319,22 Triliun

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com