BrandzView
Konten ini merupakan kerja sama Kompas.com dengan Schneider

Kenali Kebutuhan Manajemen Data Perusahaan, Kunci Raih Peluang Ekonomi Digital

Kompas.com - 23/05/2019, 11:00 WIB
Alek Kurniawan,
Mikhael Gewati

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Dunia saat ini tengah memasuki era revolusi industri 4.0, era di mana terjadinya disruptif teknologi secara masif.

Sebagai contoh, kini Anda tak melulu harus pergi ke pusat perbelanjaan hanya untuk membeli pakaian dan barang kebutuhan lainnya.

Cukup dengan sebuah smartphone dan aplikasi jual beli online, Anda bisa memilih jutaan keperluan barang yang tersedia.

Tak hanya itu, hadirnya Internet of Things (IoT), artificial intelligence, big data mining, genetic editing, mobil swakendara, serta superkomputer juga menjadi bukti nyata adanya revolusi industri generasi ke-4.

Disadari atau tidak, ternyata perubahan ini cukup berpengaruh terhadap semakin ketatnya persaingan global. Masing-masing individu maupun perusahaan harus menciptakan inovasi dan karya terbarunya agar tidak tenggelam akibat laju zaman.

Di sisi lain, bila mereka mampu memanfaatkan momentum ini secara efektif, maka meraih peluang memenangkan era ekonomi digital adalah bukan suatu kemustahilan.

Sebagai contoh, coba lirik industri ritel masa kini. Arus perkembangan teknologi yang begitu kencang perlahan menenggelamkan satu-persatu perusahaan ritel.

Untuk mengantisipasinya, dibutuhkan transformasi tata kelola perusahaan yang sesuai dengan zaman.

Transformasi ini misalnya adalah dengan membangun basis online dan berkolaborasi dengan berbagai marketplace yang dinilai memiliki lebih banyak peluang dalam era digital.

Nah, bila berbicara tentang era digital, maka topik data center atau pusat data akan mengemuka.

Hal ini karena digitalisasi sangat erat hubungannya dengan pusat data. Tanpa pusat data yang bagus dan reliable, digitalisasi akan sukar diwujudkan.

Ilustrasi masyarakat 5.0FREEPIK/jannoon028 Ilustrasi masyarakat 5.0
Lonjakan big data

Menurut data riset IHS Markit—perusahaan penyedia informasi global berbasis di London, perangkat digital yang telah terkoneksi pada manusia adalah sebesar 15,4 miliar perangkat pada 2015.

Jumlah tersebut diyakini akan terus bertambah pada 2020 sebesar 30,7 miliar perangkat dan menjadi 75,4 miliar perangkat pada 2025.

Sebuah angka yang fantastis karena angka total perangkat yang terhubung pada manusia tersebut jumlahnya 10 kali lebih banyak daripada hubungan antarmanusia itu sendiri.

Lonjakan big data dan konsumsi energi yang semakin besar ini seakan menuntut perusahaan untuk memiliki strategi pengelolaan pusat data agar dapat mengubah data menjadi informasi berguna.

Informasi ini pun dibutuhkan untuk pengambilan keputusan bisnis yang lebih tepat sasaran secara real time atau cepat.

Selanjutnya, strategi pengelolaan energi diperlukan pula perusahaan agar bisa berdampak langsung pada efisiensi biaya operasional dan peningkatan produktivitas.

Sementara itu, menurut data riset Ipsos Business Consulting, pertumbuhan pasar data center di Indonesia telah meningkat dua kali lipat sejak 2015 hingga 2018.

Terkait hal tersebut, Vice President of Secure Power Division Schneider Electric Indonesia, Yana Achmad Haikal mengungkapkan, tantangan ke depan bagi perusahaan adalah mengenali kebutuhan akan pengelolaan datanya.

Ilustrasi dataSHUTTERSTOCK Ilustrasi data
Misalnya, Yana mencontohkan, perusahaan ritel masa kini perlu mengombinasikan antara centralized data center on premise (data center yang terpusat), local edge data center (data center lokal yang penempatannya terdistribusi), dan cloud (tempat penyimpanan pada internet, metafora dari awan).

Hal itu perlu agar mereka dapat memastikan kelancaran arus lalu lintas data dari sisi kecepatan maupun besarnya data yang akan dikelola.

“Setelah mengenali kebutuhan pengelolaan data perusahaan, tantangan berikutnya adalah memastikan ketahanan dan keberlangsungan operasional di dalam ekosistem data center dan strategi pengelolaan energi yang lebih andal serta efisien dalam satu platform,” ujar Yana.

Berkaca pada kebutuhan tersebut, Schneider Electric pun berupaya untuk mengembangkan teknologi hybrid cloud melalui produk EcoStruxure. Teknologi dan produk ini bisa memberikan fleksibilitas dalam pengelolaan data serta dapat disesuaikan dengan kebutuhan kapasitas dan anggaran perusahaan.

Untuk diketahui, platform hybrid cloud memanfaatkan kecanggihan artificial intelligence dan machine learning yang memungkinkan konsolidasi data dari berbagai aset infrastruktur data center di pusat cloud.

Teknologi ini juga memberikan analisa prediktif dan proaktif untuk pengambilan keputusan secara real time.

“Dengan EcoStruxure, perusahaan dapat meningkatkan efisiensi energi hingga 30 persen, meningkatkan pengelolaan infrastruktur dan mengurangi risiko kendala listrik hingga 30 persen, serta menurunkan biaya operasional sampai 20 persen,” ujar Yana.


Terkini Lainnya

BTN Buka Kemungkinan Lebarkan Bisnis ke Timor Leste

BTN Buka Kemungkinan Lebarkan Bisnis ke Timor Leste

Whats New
[POPULER MONEY] Respons Bulog soal Program Makan Siang Gratis Butuh 6,7 Ton Beras Per Tahun | Iuran Pariwisata Bisa Bikin Tiket Pesawat Makin Mahal

[POPULER MONEY] Respons Bulog soal Program Makan Siang Gratis Butuh 6,7 Ton Beras Per Tahun | Iuran Pariwisata Bisa Bikin Tiket Pesawat Makin Mahal

Whats New
KCIC Minta Maaf Jadwal Whoosh Terlambat Gara-gara Hujan Lebat

KCIC Minta Maaf Jadwal Whoosh Terlambat Gara-gara Hujan Lebat

Whats New
Cara Pinjam Uang di Rp 5 Juta di Pegadaian, Bunga, dan Syaratnya

Cara Pinjam Uang di Rp 5 Juta di Pegadaian, Bunga, dan Syaratnya

Earn Smart
Kemenkeu Akui Pelemahan Rupiah dan Kenaikan Imbal Hasil Berdampak ke Beban Utang Pemerintah

Kemenkeu Akui Pelemahan Rupiah dan Kenaikan Imbal Hasil Berdampak ke Beban Utang Pemerintah

Whats New
Prudential Laporkan Premi Baru Tumbuh 15 Persen pada 2023

Prudential Laporkan Premi Baru Tumbuh 15 Persen pada 2023

Whats New
Bulog Siap Pasok Kebutuhan Pangan di IKN

Bulog Siap Pasok Kebutuhan Pangan di IKN

Whats New
Pintu Perkuat Ekosistem Ethereum di Infonesia

Pintu Perkuat Ekosistem Ethereum di Infonesia

Whats New
BTN Syariah Cetak Laba Bersih Rp 164,1 Miliar pada Kuartal I 2024

BTN Syariah Cetak Laba Bersih Rp 164,1 Miliar pada Kuartal I 2024

Whats New
Pegadaian Bukukan Laba Bersih Rp 1,4 Triliun pada Kuartal I 2024

Pegadaian Bukukan Laba Bersih Rp 1,4 Triliun pada Kuartal I 2024

Whats New
Program Makan Siang Gratis Butuh 6,7 Ton Beras Per Tahun, Bulog Tunggu Arahan Pemerintah

Program Makan Siang Gratis Butuh 6,7 Ton Beras Per Tahun, Bulog Tunggu Arahan Pemerintah

Whats New
BTN Cetak Laba Bersih Rp 860 Miliar pada Kuartal I 2024

BTN Cetak Laba Bersih Rp 860 Miliar pada Kuartal I 2024

Whats New
Bulog Siap Jadi Pembeli Gabah dari Sawah Hasil Teknologi Padi China

Bulog Siap Jadi Pembeli Gabah dari Sawah Hasil Teknologi Padi China

Whats New
Bulog Baru Serap 633.000 Ton Gabah dari Petani, Dirut: Periode Panennya Pendek

Bulog Baru Serap 633.000 Ton Gabah dari Petani, Dirut: Periode Panennya Pendek

Whats New
Dari Perayaan HUT hingga Bagi-bagi THR, Intip Kemeriahan Agenda PUBG Mobile Sepanjang Ramadhan

Dari Perayaan HUT hingga Bagi-bagi THR, Intip Kemeriahan Agenda PUBG Mobile Sepanjang Ramadhan

Rilis
komentar di artikel lainnya
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com