Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rhenald Kasali: CEO Harus Bisa Bedakan Resesi dan Disrupsi

Kompas.com - 16/10/2019, 08:42 WIB
Fika Nurul Ulya,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Akademisi dan praktisi bisnis Rhenald Kasali mengingatkan agar pelaku usaha dan BUMN bisa membedakan ancaman resesi dengan disrupsi.

Terlebih, saat sejumlah unicorn mulai diuji di pasar modal dan beralih dari angel investor ke publik.

“Ancaman resesi kali ini menimpa negara-negara yang perekonomiannya mengandalkan pasar ekspor. Indonesia mungkin sedikit terganggu, tetapi tak sebesar Singapura atau Thailand yang benar-benar mengandalkan ekspor," kata Rhenald Kasali dalam penjelasannya, Rabu (16/10/2019).

"Sedangkan ancaman disrupsi, bisa lebih berbahaya, khususnya bila CEO menggunakan cara-cara lama dan terlena,” imbuhnya.

Disrupsi Teknologi

Ia menambahkan, disrupsi teknologi mengakibatkan pasar tergerus oleh pendatang baru, mengalami great shifting, terimbas substitusi. Hal ini mengakibatkan sumber-sumber pendapatan usaha yang utama kehilangan relevansi.

Baca juga : Ekonom: Antisipasi Resesi, Pemerintah Perlu Ambil Langkah Ini

Contohnya saat ini tidak ada lagi pendapatan dari penjualan koran dalam industri surat kabar. Begitu pun kantor-kantor cabang bank yang masih berdiri sudah jarang nasabah yang datang.

Bukan tidak mungkin, perubahan itu akan terus berlanjut ke sektor lainnya, seperti mobil listrik.

"Kelak, kalau kendaraan beralih ke mobil listrik, bagaimana nasib SPBU atau pompa bensin? Belum lagi model bisnis yang mengandalkan kendali atas seluruh sumberdaya yang digantikan platform yang lebih efisien,” tambahnya.

Disrupsi Mudah Diatasi

Kendati begitu, ia mengatakan disrupsi lebih mudah diatasi ketimbang resesi. Sebab, kendalinya ada di tangan CEO.

Menurut Rhenald, CEO perlu menggunakan cara-cara baru dan mengubah sudut pandang. Jangan pula asal beli teknologi lalu sudah merasa telah melakukan transformasi digital.

Adapun saat ini, mulai banyak CEO yang tertarik berinvestasi pada startup milik anak muda. Namun, agak terganggu dengan ancaman resesi. Padahal, kasus-kasus seperti PHK yang terjadi di sejumlah platform Uber dan Bukalapak mesti dilihat case by case dan tidak mengaitkannya langsung dengan resesi. Sebab startup bersifat ekspansif.

"Start up itu bersifat ekspansif, sedang pada fase pertumbuhan. Metriknya adalah growth dan matching quality. Sedangkan korporasi metriknya adalah rasio keuangan yang mencerminkan keuntungan dan efisiensi," jelasnya.

Metrik antara startup dan korporasi tentu tidak bisa disamakan. Karenanya, Rhenald menjelaskan, para CEO kini dituntut untuk memahami cara kerja baru. Tak cukup bermodalkan metrik lama yang dipelajari di berbagai sekolah bisnis pada era tahun 80-90an.

“Kalau tidak, pelaku usaha kita akan semakin diserang asing secara proxy menggunakan platform dari jauh. Kan kita hanya menjadi penonton saja sambil menyalahkan resesi,” tutupnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Bandara Internasional Soekarno-Hatta Peringkat 28 Bandara Terbaik di Dunia

Bandara Internasional Soekarno-Hatta Peringkat 28 Bandara Terbaik di Dunia

Whats New
IHSG Ambles 1,07 Persen, Rupiah Melemah ke Level Rp 16.266 Per Dollar AS

IHSG Ambles 1,07 Persen, Rupiah Melemah ke Level Rp 16.266 Per Dollar AS

Whats New
Buka Asia Business Council's 2024, Airlangga Tegaskan Komitmen Indonesia Percepat Pembangunan Ekonomi

Buka Asia Business Council's 2024, Airlangga Tegaskan Komitmen Indonesia Percepat Pembangunan Ekonomi

Whats New
Voucher Digital Pizza Hut Kini Tersedia di Ultra Voucher

Voucher Digital Pizza Hut Kini Tersedia di Ultra Voucher

Spend Smart
Harga Bahan Pokok Jumat 19 April 2024, Harga Cabai Rawit Merah Naik

Harga Bahan Pokok Jumat 19 April 2024, Harga Cabai Rawit Merah Naik

Whats New
Detail Harga Emas Antam Jumat 19 April 2024, Naik Rp 10.000

Detail Harga Emas Antam Jumat 19 April 2024, Naik Rp 10.000

Earn Smart
Chandra Asri Group Jajaki Peluang Kerja Sama dengan Perum Jasa Tirta II untuk Kebutuhan EBT di Pabrik

Chandra Asri Group Jajaki Peluang Kerja Sama dengan Perum Jasa Tirta II untuk Kebutuhan EBT di Pabrik

Whats New
IHSG Bakal Lanjut Menguat? Simak Analisis dan Rekomendasi Sahamnya

IHSG Bakal Lanjut Menguat? Simak Analisis dan Rekomendasi Sahamnya

Earn Smart
Perkenalkan Produk Lokal, BNI Gelar Pameran UMKM di Singapura

Perkenalkan Produk Lokal, BNI Gelar Pameran UMKM di Singapura

Whats New
Harga Emas Dunia Terus Menguat di Tengah Ketegangan Konflik Iran dan Israel

Harga Emas Dunia Terus Menguat di Tengah Ketegangan Konflik Iran dan Israel

Whats New
Menko Airlangga Ingin Pedagang Ritel Berdaya, Tak Kalah Saling dengan Toko Modern

Menko Airlangga Ingin Pedagang Ritel Berdaya, Tak Kalah Saling dengan Toko Modern

Whats New
Allianz dan HSBC Rilis Asuransi untuk Perencanaan Warisan Nasabah Premium

Allianz dan HSBC Rilis Asuransi untuk Perencanaan Warisan Nasabah Premium

Whats New
Saham Teknologi Tertekan, Wall Street Berakhir Mayoritas di Zona Merah

Saham Teknologi Tertekan, Wall Street Berakhir Mayoritas di Zona Merah

Whats New
Rincian Harga Emas Hari Ini di Pegadaian 19 April 2024

Rincian Harga Emas Hari Ini di Pegadaian 19 April 2024

Spend Smart
Bapanas Tugaskan ID Food Impor 20.000 Ton Bawang Putih Asal China

Bapanas Tugaskan ID Food Impor 20.000 Ton Bawang Putih Asal China

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com