Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

OECD: Ekonomi Dunia Hanya Akan Tumbuh 2,9 Persen pada 2019 dan 2020

Kompas.com - 22/11/2019, 08:33 WIB
Mutia Fauzia,
Sakina Rakhma Diah Setiawan

Tim Redaksi

Sumber Bloomberg

NEW YORK, KOMPAS.com - Organisasi Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (OECD) menyatakan, ekonomi global terjebak di dalam sebuah kondisi tak menguntungkan.

Negara-negara di dunia dikatakan tak akan bisa keluar dari kondisi tersebut kecuali dilakukan revolusi kebijakan sekaligus memperbaiki metode investasi, daripada hanya berharap adanya siklus perbaikan.

Dikutip dari Bloomberg, Jumat (22/11/2019), OECD memperkirakan, ekonomi global hanya akan tumbuh 2,9 persen tahun ini dan tahun depan, sementara di tahun 2021 mendatang akan membaik di 3 persen.

OECD juga memangkas prediksi pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat jadi 2,3 persen dari seelumnya 2,4 persen tahun ini. Untuk tahun depan, Produk Domestik Bruto (PDB) diperkirakan hanya akan tumbuh 2 persen.

Baca juga: Perlambatan Ekonomi Dunia Berimbas ke Pertumbuhan Ekonomi RI

Organisasi yang berbasis di Paris tersebut menilai, masalah yang dihadapi dunia kali ini lebih dari pada perang dagang yang tak kunjung usai antara Amerika Serikat dan China.

Mereka juga menekankan pada tantangan-tangan sistemik mulai dari perubahan iklim, teknologi dan fakta bahwa perang dagang hanyalah bagian dari perubahan besar yang terjadi dalam sistem global.

Kepala Ekonom OECD Laurence Boone mengatakan, mulai muncul kekhawatiran ekonomi dunia bisa melambat hingga bertahun-tahun ke depan jika regulator hanya melakukan perbaikan-perbaikan fiskal dan moneter yang bersifat jangka pendek.

"Kekhawatiran terbesar adalah kemunduran pandangan terus berlanjut, mencerminkan perubahan struktural yang tidak tertangani lebih dari kejutan siklis apa pun,” kata Boone.

“Ini akan menjadi kesalahan kebijakan melihat berbagai pergeseran ini sebagai faktor sementara yang dapat diatasi dengan kebijakan moneter dan fiskal, mereka (pergeseran sistem dunia) struktural," ujar dia.

Baca juga: Ekonomi Indonesia Tumbuh Berkualitas di Tengah Ketidakpastian Ekonomi Global

Pesimisme tentang masalah mendalam dalam ekonomi global kontras dengan sinyal yang lebih optimis datang dari pasar keuangan, di mana investor semakin bertaruh pada kenaikan tahun depan. Optimisme tersebut tergantung pada harapan-harapan baru dalam proses negosiasi perdagangan.

Morgan Stanley memrediksi perbaikan pertumbuhan global bakal terjadi mulai tahun depan, meski masih ada risiko pelemahan. Sementara Goldman Sachs mengatakan adanya perbaikan kebijakan-kebijakan dagang artinya pertumbuhan global akan membaik.

Adapun OECD menilai, dar segi perdagangan, risiko adanya eskalasi ketegangan merupakan masalah serius.

Mereka pun menikai, pertumbuhan bisnis investasi di negara-negara ekonomi utama bakal tumbuh melambat jadi hanya 1,25 persen tahun ini dari hampir 2 persen tahun 2018 lalu.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber Bloomberg
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Whats New
Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Whats New
Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Whats New
Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Whats New
Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Whats New
Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Whats New
Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Whats New
Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Work Smart
Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Whats New
Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Whats New
Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Whats New
Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Whats New
Mulai Mei 2024, Dana Perkebunan Sawit Rakyat Naik Jadi Rp 60 Juta Per Hektar

Mulai Mei 2024, Dana Perkebunan Sawit Rakyat Naik Jadi Rp 60 Juta Per Hektar

Whats New
KA Argo Bromo Anggrek Pakai Kereta Eksekutif New Generation per 29 Maret

KA Argo Bromo Anggrek Pakai Kereta Eksekutif New Generation per 29 Maret

Whats New
Mudik Lebaran 2024, Bocoran BPJT: Ada Diskon Tarif Tol Maksimal 20 Persen

Mudik Lebaran 2024, Bocoran BPJT: Ada Diskon Tarif Tol Maksimal 20 Persen

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com