KOLOM BIZ
Konten ini merupakan kerja sama Kompas.com dengan BCA
Indra Sugiarto
Entrepreneur . Motivator Milenial . Content Creator

Indra Sugiarto, penulis buku motivasi best seller 'Teman Berjuang', 'Tumbuh Dari Luka', dan 'Berlari Di Tengah Hujan'. Indra juga merupakan Founder & CEO MasukKampus.

Quarter Life Crisis, Hal Wajar yang Dialami Manusia Usia 20-an, tapi Tetap Saja Menakutkan

Kompas.com - 21/10/2020, 08:03 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

SEJAK dulu, manusia senang sekali mengotak-ngotakkan sesama manusia. Contohnya dalam menyebut nama seseorang dengan panggilan si gagal, si sukses, si kaya, si miskin, si pintar, si bodoh, si aneh, dan masih banyak lagi. Kotak-kotak tersebut akhirnya menciptakan stigma atau label yang menakutkan di masyarakat secara turun-temurun.

Lalu, bagaimana bisa manusia menciptakan stigma yang ditakuti oleh generasi berikutnya? Mari kita ambil beberapa contoh sederhana.

“Lihat tuh, si Norak yang suka pakai baju tabrakan lagi ke sini”, “Eh, kalian tahu nggak si Ani.. itu lho yang gagal nikah, kasihan yah enggak laku-laku”, atau “Eh, kalian hati-hati deh berteman sama si Budi. Dia itu suka banget lho utang enggak pernah dibalikin, enggak bener tuh anak.”

Ungkapan-ungkapan bernada stigma dan label tadi sering kita dengar di masyarakat. Bahkan, saking seringnya, hal tersebut bisa tertanam di alam bawah sadar dan menjadi momok yang menakutkan. Akhirnya, berkali-kali kita bicara pada diri sendiri, “Jangan sampai aku jadi orang kayak begitu...”.

Quarter life crisis

Lalu, kita pun semakin takut menjadi manusia yang gagal di usia 20-an. Kita takut kalau berakhir miskin dan sangat bergantung dengan orang lain. Kita juga takut tidak berhasil dalam kehidupan percintaan, dan masih banyak ketakutan lainnya yang sudah tertanam kuat di alam bawah sadar.

Lambat laun, jika kita tak bisa mengontrol ketakutan itu dengan baik, terjadilah quarter life crisis (QLC) atau krisis di masa usia seperempat abad.

Sebenarnya, stigma dan label kepada manusia lain dimaksudkan untuk mengontrol kehidupan sosial kita atau biasa disebut social control. Dua hal itu berfungsi sebagai cara manusia survive menjadi masyarakat yang lebih baik, lebih unggul, dan lebih kuat di generasi berikutnya.

Masalahnya, tidak semua orang kuat menghindari jaring label kegagalan tadi di masyarakat. Akhirnya, kita merasa terkekang dan kadang merasa panik karena tak bisa berbuat apa-apa.

Untuk itulah, generasi usia 20-an harus mengenal dirinya sendiri. Caranya bisa dimulai dengan menjawab pertanyaan seperti “siapa kamu?”, “apa yang kamu inginkan dalam hidup?”, dan “bagaimana cara mengejar target-target tersebut?”.

Setiap orang pasti punya jawaban berbeda. Jadi, sebagai generasi usia 20-an, kamu tidak perlu merasa takut bila memiliki target yang berbeda dengan orang lain.

Nah, target dalam hidup ini penting banget untuk menjaga fokus berpikir kita.
QLC juga bisa terjadi jika dari awal kita enggak benar-benar tahu apa yang kita inginkan dalam hidup. Kita jarang membuat keputusan untuk diri sendiri. Sebab, segala langkah dari SD hingga lulus kuliah sudah terbiasa diputuskan oleh orang lain.

Bagaimana generasi usia 20-an bisa tahu dan mampu dengan tegas membuat keputusan sendiri dengan segala risiko yang ada jika selama 20 tahun banyak keputusan besar diambil oleh orang lain?

#BeraniKomit

Maka biasakanlah #BeraniKomit. Saat membuat keputusan, bertanggung jawablah dengan keputusan tersebut supaya saat QLC itu mulai terasa, kamu sudah lebih siap secara mental.

Saat membuat target, lalu diiringi dengan membuat keputusan-keputusan (decisions making) untuk mengejar target-target tersebut, kita butuh perencanaan. Dua aspek perencanaan yang sangat penting adalah timeline dan keuangan.

Pertama, kita bahas pentingnya timeline. Target yang tidak disertai deadline waktu yang jelas akan mudah terlupakan dan menguap seiring berjalannya waktu.

Saat kita lupa dengan target-target kita, maka siap-siap QLC akan datang menghantui karena kita enggak punya pijakan jelas apa yang kita inginkan. Kebingungan dan perasaan hilang adalah pemantik utama QLC.

Jadi, berikanlah timeline untuk setiap target yang ingin dicapai. Tidak masalah jika pada akhirnya target itu terlewati. Jauh lebih baik terlambat mengejar target daripada tidak jelas target apa yang ingin kamu kejar.

Aspek penting perencanaan berikutnya adalah keuangan. Dalam mengejar target, kita harus realistis. Target yang besar akan terasa sedikit lebih ringan jika kita breakdown ke dalam perencanaan keuangan yang lebih rinci dalam kurun waktu tertentu.

Misalnya, target membeli rumah seharga Rp 1 miliar atau Rp 2 miliar akan terlihat besar. Namun, target tersebut akan lebih realistis jika kita breakdown dengan perencanaan keuangan yang jelas, dalam kurun waktu sekian tahun #BeraniKomit menyisihkan uang tiap bulannya.

Dana jaga-jaga

Nah, memulai untuk #BeraniKomit itu memang susah-susah gampang dan dibutuhkan kemauan juga konsistensi.

Sebelum mencapai target yang besar, kamu bisa melatih dengan memulai komitmen dari hal kecil. Salah satunya dengan menyiapkan dana jaga-jaga di era pandemi seperti saat ini.

Menabung Rp 500.000 per bulan untuk dana jaga-jaga bisa jadi awal yang baik. Jika dihitung, minimal kita #BeraniKomit menyisihkan uang Rp 17.000 per hari. Berani?

Target yang besar memang terlihat menakutkan, tapi ingat apa menariknya hidup kalau setiap menemukan sesuatu yang menakutkan, kamu selalu menghindar. Ingat tadi di awal, tegaskan apa yang benar-benar kamu inginkan lalu kejar target tersebut.

Mungkin si A ingin beli rumah pertama di usia 27 tahun, tapi si B punya impian sudah pernah jalan-jalan di 20 negara pada usia 27 tahun. It’s okay! Target setiap orang sangat boleh berbeda-beda. Hal yang paling penting adalah jelas apa targetnya, jelas kapan kamu menginginkannya, dan #BeraniKomit dalam perencanaan keuangan.

Maka, mulailah membuat targetmu dan mengejarnya. Buat hidupmu terasa lebih hidup. Masa muda adalah masa yang menyenangkan, jangan biarkan masa mudamu habis terbakar percuma karena rasa takut dan gelisah. Kamu punya power untuk membuat keputusan. Kamu punya power untuk mengejar apa pun yang kamu inginkan.

Nah, untuk membantu kamu membangun pondasi keuangan yang kuat dalam mengejar target, ini saatnya kamu mulai mewujudkan.

Misalnya, dengan mulai membuka Tahapan Berjangka lewat KlikBCA #DiRumahAja. Setelah menentukan jumlah komitmen, nantinya rekening tabungan utama kamu akan di-autodebet sesuai jumlah komitmen dan masuk ke rekening Tahapan Berjangka. Dengan begitu, enggak akan ada kata lupa.

Mulai sekarang, belajar untuk #BeraniKomit dalam mengejar targetmu demi masa depan yang lebih baik. Ini adalah solusi agar kamu tetap fokus dengan apa yang kamu inginkan. Semoga tulisan ini menjadi pengingat bahwa kamu punya alasan kuat untuk bangun pagi dan memulai hari.


Terkini Lainnya

Bawaslu Buka 18.557 Formasi CPNS dan PPPK 2024, Ini Prioritas Kebutuhannya

Bawaslu Buka 18.557 Formasi CPNS dan PPPK 2024, Ini Prioritas Kebutuhannya

Whats New
Ingin Produksi Padi Meningkat, Kementan Kerahkan 3.700 Unit Pompa Air di Jatim

Ingin Produksi Padi Meningkat, Kementan Kerahkan 3.700 Unit Pompa Air di Jatim

Whats New
Kemehub Buka 18.017 Formasi CPNS dan PPPK 2024, Ini Rinciannya

Kemehub Buka 18.017 Formasi CPNS dan PPPK 2024, Ini Rinciannya

Whats New
Melalui Pompanisasi, Mentan Amran Targetkan Petani di Lamongan Tanam Padi 3 Kali Setahun

Melalui Pompanisasi, Mentan Amran Targetkan Petani di Lamongan Tanam Padi 3 Kali Setahun

Whats New
Konflik Iran-Israel Bisa Picu Lonjakan Inflasi di Indonesia

Konflik Iran-Israel Bisa Picu Lonjakan Inflasi di Indonesia

Whats New
Kartu Prakerja Gelombang 66 Resmi Dibuka, Berikut Persyaratannya

Kartu Prakerja Gelombang 66 Resmi Dibuka, Berikut Persyaratannya

Whats New
Kemensos Buka 40.839 Formasi CPNS dan PPPK 2024, Ini Rinciannya

Kemensos Buka 40.839 Formasi CPNS dan PPPK 2024, Ini Rinciannya

Whats New
Pemudik Lebaran 2024 Capai 242 Juta Orang, Angka Kecelakaan Turun

Pemudik Lebaran 2024 Capai 242 Juta Orang, Angka Kecelakaan Turun

Whats New
Pasar Sekunder adalah Apa? Ini Pengertian dan Alur Transaksinya

Pasar Sekunder adalah Apa? Ini Pengertian dan Alur Transaksinya

Work Smart
Signifikansi 'Early Adopters' dan Upaya 'Crossing the Chasm' Koperasi Multi Pihak

Signifikansi "Early Adopters" dan Upaya "Crossing the Chasm" Koperasi Multi Pihak

Whats New
Rupiah Tertekan Dekati Rp 16.300 Per Dollar AS, BI Terus Intervensi Pasar

Rupiah Tertekan Dekati Rp 16.300 Per Dollar AS, BI Terus Intervensi Pasar

Whats New
Cara Gadai BPKB Motor di Pegadaian, Syarat, Bunga, dan Angsuran

Cara Gadai BPKB Motor di Pegadaian, Syarat, Bunga, dan Angsuran

Earn Smart
Harga Minyak Dunia Melonjak 3 Persen, Imbas Serangan Balasan Israel ke Iran

Harga Minyak Dunia Melonjak 3 Persen, Imbas Serangan Balasan Israel ke Iran

Whats New
Kembangkan Karier Pekerja, Bank Mandiri Raih Peringkat 1 Top Companies 2024 Versi LinkedIn

Kembangkan Karier Pekerja, Bank Mandiri Raih Peringkat 1 Top Companies 2024 Versi LinkedIn

Whats New
Cara Cek Angsuran KPR BCA secara 'Online' melalui myBCA

Cara Cek Angsuran KPR BCA secara "Online" melalui myBCA

Work Smart
komentar di artikel lainnya
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com