Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Wamendag: RCEP Bakal Berkontribusi Besar pada Ekonomi ASEAN

Kompas.com - 25/11/2020, 19:05 WIB
Yohana Artha Uly,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Wakil Menteri Perdagangan (Wamendag) Jerry Sambuaga mengatakan, Kemitraan Ekonomi Komprehensif Regional (Regional Comprehensive Economic Partnership/RCEP) menjadi perjanjian yang penting bagi negara-negara ASEAN, tak terkecuali Indonesia.

Lantaran kerja sama multilateral ini menekan pada keberlanjutan, karakteristik unik negara-negara anggota, dan volume perdagangan antar anggota. Sehingga diyakini akan berdampak besar pada ekonomi ASEAN.

"RCEP ke depan akan berkontribusi besar dalam pertumbuhan ekonomi di kawasan, mengingat secara kebijakan politik perdagangan antar anggota sangatlah identik," ujar dia dalam 7th Annual Indonesia Economic Forum yang digelar secara virtual, Kamis (25/11/2020).

Baca juga: Pakta Perdagangan Terbesar, RCEP Bisa Tekan Impor RI?

Menurut dia, berbeda dengan kawasan Uni Eropa dan Amerika Serikat, kawasan Asia Tenggara lebih terbuka terhadap kerja sama perdagangan multilateral. Kerja sama pun lebih terbuka untuk diperluas ke negara anggota lain di luar kawasan.

Oleh sebab itu, dalam perjanjian RCEP mencakup 15 negara terdiri dari keterlibatan 10 negara ASEAN serta 5 negara mitra.

Kesepuluh negara itu  yakni Brunei, Kamboja, Indonesia, Laos, Malaysia, Myanmar, Filipina, Singapura, Thailand, Vietnam. Serta lima mitranya yakni China, Jepang, Korea Selatan, Australia, dan Selandia Baru.

RCEP pun menjadi perjanjian perdagangan terbesar di dunia di luar Organisasi Perdagangan Dunia (WTO), denga mencakup 29,6 persen penduduk dunia, 30,2 persen ekonomi global, 27,4 persen perdagangan global, dan 29,8 persen arus investasi global.

"Bagi kawasan Asia Tenggara, RCEP adalah kerja sama terbesar kedua setelah WTO. Harapannya ini juga bisa menarik kerjasama perdagangan dengan negara di kawasan lain," ujarnya.

Perdagangan Indonesia dengan negara-negara peserta RCEP juga menunjukkan tren peningkatan yakni rata-rata 7 persen dalam lima tahun terakhir. Saat ini volume dagangnya sudah lebih dari 103 miliar dollar AS.

Oleh sebab itu, ia menilai, Indonesia perlu tetap menjaga dan meningkatkan perdagangan dengan negara-negara dalam RCEP. Perjanjian ini juga dinilai menjadi solusi atas berbagai tantangan perdagangan baik di regional maupun global.

Sehingga diharapkan bisa mendorong pemulihan ekonomi global melalui peningkatan volume dagang, di tengah tekanan akibat pandemi Covid-19.

"Kita harus sama-sama memanfaatkan momentum ini dengan sebaik-baiknya," pungkas Jerry.

Baca juga: Menimbang Untung Rugi Indonesia dalam Perjanjian Perdagangan ASEAN

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com