KOLOM BIZ
Konten ini merupakan kerja sama Kompas.com dengan Experd Consultant
Eileen Rachman dan Emilia Jakob
Character Building Assessment & Training EXPERD

EXPERD (EXecutive PERformance Development) merupakan konsultan pengembangan sumber daya manusia (SDM) terkemuka di Indonesia. EXPERD diperkuat oleh para konsultan dan staf yang sangat berpengalaman dan memiliki komitmen penuh untuk berkontribusi pada perkembangan bisnis melalui layanan sumber daya manusia.

Komunikasi Tatap Muka

Kompas.com - 16/01/2021, 08:03 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

MENGAPA selama pandemi Covid-19, kita ingin sekali berkumpul dengan teman-teman, meski sebenarnya bisa bertemu secara virtual? Mengapa tatap muka virtual tidak menghilangkan rindu? Mengapa interaksi tatap muka langsung terasa magic sekali?

Pada hari-hari ini, kita jadi sangat menyadari bahwa kontak antarmanusia sangat dibutuhkan. Kita seolah lapar akan hubungan interpersonal yang lebih mendalam daripada sekadar saling sapa di layar komputer.

Kita butuh merasakan antusiasme, energi, dan excitement yang muncul ketika sedang bertemu muka. Kehadiran orang lain secara fisik serasa bisa memberikan energi baru kepada kita.

Dunia bisnis pun sekarang menyadari hal tersebut. Koneksi secara tatap muka bisa menguatkan interaksi dan membangun hubungan bisnis yang lebih baik.

Seorang teman yang bekerja di bidang market research mengeluh mengenai kesulitan membaca respons peserta focused group discussion dalam sesi daring (online).

Melalui metode virtual, ia mengaku kesulitan membaca like-dislike peserta secara jelas dan meraba ketulusan respons.

Selain itu, ia juga kesulitan menjaga fokus atensi peserta agar terus berada dalam sesi FGD online dan tidak sibuk membalas chatting di ruang yang lain. Hal tersebut bisa terjadi lantaran kebanyakan dari kita memang terbiasa melakukan multitasking.

Dengan tatap muka, kita bisa mendapatkan beragam pesan nonverbal, selain isi pembicaraan semata. Ada body language (bahasa tubuh), nada, dan bahkan reaksi spontan akan perasaan yang muncul.

Seperti kita tahu, dalam setiap momen komunikasi, pesan bisa diperoleh melalui 55 persen bahasa tubuh, 38 persen nada suara, dan 5 persen kata-kata. Bisa dibayangkan, betapa banyak saluran pesan tersirat hilang dalam setiap pertemuan nontatap muka.

Baca juga: 2021, Saatnya Berkreativitas…

Para neuroscientist juga mengingatkan, pertemuan tatap muka memberikan pengaruh positif pada diri kita. Menurut psikolog Susan Pinker, kontak person to person merangsang sistem saraf untuk melepas sejumlah neurotransmiter yang mampu meregulasi stres dan kekhawatiran. Dengan demikian, kapasitas kita untuk merespons positif perubahan lebih kuat.

Tatap muka juga bisa memperkuat cara kita mengingat dengan mengimajinasikan konteks atau situasinya. Hal ini tentunya dapat melindungi otak kita dari kemungkinan mengalami degenerasi.

Eileen RachmanDok. EXPERD Eileen Rachman

Dengan bertatap muka, kemungkinan kita untuk kebetulan bertemu dengan orang yang memiliki energi positif juga lebih luas. Semakin positif kita memandang dunia, semakin besar pula harapan untuk menempuh jalan menuju kesuksesan.

Interaksi antarmanusia membantu badan dan otak untuk mengerti secara lebih mendalam apa yang sedang kita alami dan solusi apa yang bisa kita pilih untuk memecahkan masalah.

Hal ini karena hubungan dan kontak sosial memang selalu menimbulkan tantangan baru bagi kita. Kita tidak dibiarkan berhenti pada status quo. Keadaan tidak stabil inilah yang justru membuat kita beradaptasi dengan kesempatan-kesempatan baru dan transformasi yang mengangkat energi kita.

Dalam teori hierarki Maslow, kebutuhan sosial adalah kebutuhan tier 3, sesudah kebutuhan dasar dan rasa aman. Ini lebih penting daripada prestasi.

Sementara, isolasi sosial sudah terbukti meningkatkan kebiasaan merokok, tekanan darah, tingkat kecemasan, depresi, sampai obesitas karena kurangnya berolahraga.

Neocortex manusia jauh lebih besar daripada binatang. Sebagian besar area yang membedakan manusia dengan binatang adalah pada kognisi sosialnya, seperti conscious thoughts, bahasa, empati, mindset, pengaturan tata krama, dan emosi. Itulah mengapa pembatasan aktivitas sosial akan membuat kita sebagai makhluk sosial menderita.

Baca juga: Menjadi “Gamemakers” pada 2021

Sekarang kita mengerti, mengapa berdiam di rumah serta bekerja dengan dikelilingi keluarga tersayang lama-lama juga bisa membuat kita jengah. Namun, dalam situasi ini, kita tidak punya pilihan. Dalam pekerjaan, ada kegiatan-kegiatan yang tetap memerlukan kontak tatap muka.

Berdasarkan penelitian, ada empat dimensi dampak interaksi sosial dalam pengembangan manajemen yang perlu kita perhatikan.

Pertama, kolaborasi yang membutuhkan kepercayaan dan konstruksi pemahaman yang sama. Kedua, inovasi. Kita perlu brainstorming bersama menggenjot otak untuk mengeluarkan ide-ide dan secara kolektif berkolaborasi, belajar bersama, serta menciptakan sesuatu yang baru. Kegiatan ini membutuhkan rasa percaya dan kebersamaan yang cukup panjang dalam keadaan tanpa tekanan.

Ketiga, akulturasi. Kita bisa membuat kultur perusahaan yang solid, yakni dengan memperkuat pemahaman bersama dan sense of shared identity. Keempat, dedikasi, sense of purpose yang kuat, dan perasaan berada dalam komunitas yang sama.

Peranan ekspresi dalam komunikasi

Dalam berkomunikasi, ekspresi wajah memegang peranan sangat penting untuk memberi konteks terhadap isi pembicaraan. Wajah kita terdiri dari bagian atas, tengah, dan bawah.

Di bagian tengah, ada hidung yang bisa mengernyit. Di bagian bawah, ada dagu, bibir, dan rahang. Bibir bisa tersenyum, bisa mencibir, atau terkatup rapat bila menahan amarah. Kita lihat bahwa bagian tengah dan bawah wajah memegang peranan sangat penting.

Bisa kita bayangkan betapa komunikasi terganggu dengan dua pertiga wajah yang ditutupi masker? Lalu, apa yang bisa kita lakukan dalam berkomunikasi dengan penutup masker?

Pertama, kita perlu meningkatkan kesadaran bahwa kita sedang menggunakan masker yang membuat senyum maupun gerak bibir tidak kelihatan. Kesadaran ini perlu dimiliki oleh kedua belah pihak. Kemudian, keduanya perlu menguatkan bagian-bagian lain yang kelihatan, seperti mata, kening, dan otot-otot lainnya di bagian atas wajah.

Kita bisa mendukung pesan kita dengan mata dan wajah, misalnya dengan sedikit mengangguk ataupun memperkuat ekspresi mata kita. Ingat, mata adalah jendela jiwa. Senyum yang dilakukan hanya dengan otot bibir tanpa dibarengi ekspresi mata bisa terasa seperti senyum palsu.

Kedua, memperkuat ekspresi bahasa tubuh. Kita bisa mengintensifkan gerakan tangan untuk mendukung maksud yang ingin disampaikan.

Ketiga, memperjelas artikulasi kata-kata, berbicara lebih keras, perlahan, dan memastikan bahwa lawan bicara menangkap pesan dari kata-kata kita dengan tepat. Sadari kemungkinan adanya gangguan suara dari lingkungan sekitar.

So, we really have no choice but to be social creatures. We can’t help it - it's the way we’re made.


Terkini Lainnya

Daftar 30 Mitra Distribusi Pembelian Sukuk Tabungan ST012 dan Linknya

Daftar 30 Mitra Distribusi Pembelian Sukuk Tabungan ST012 dan Linknya

Whats New
Lowongan Kerja PT Honda Prospect Motor untuk S1, Ini Persyaratannya

Lowongan Kerja PT Honda Prospect Motor untuk S1, Ini Persyaratannya

Whats New
Sudah Bisa Dibeli, Ini Besaran Kupon Sukuk Tabungan ST012

Sudah Bisa Dibeli, Ini Besaran Kupon Sukuk Tabungan ST012

Whats New
Revisi Target Penyaluran Kredit, BTN Antisipasi Era Suku Bunga Tinggi

Revisi Target Penyaluran Kredit, BTN Antisipasi Era Suku Bunga Tinggi

Whats New
Mampukah IHSG Bangkit Hari Ini ? Simak Analisis dan Rekomendasi Sahamnya

Mampukah IHSG Bangkit Hari Ini ? Simak Analisis dan Rekomendasi Sahamnya

Whats New
Kekhawatiran Inflasi Mencuat, Wall Street Berakhir di Zona Merah

Kekhawatiran Inflasi Mencuat, Wall Street Berakhir di Zona Merah

Whats New
Ada Hujan Lebat, Kecepatan Whoosh Turun hingga 40 Km Per Jam, Perjalanan Terlambat

Ada Hujan Lebat, Kecepatan Whoosh Turun hingga 40 Km Per Jam, Perjalanan Terlambat

Whats New
BTN Buka Kemungkinan Lebarkan Bisnis ke Timor Leste

BTN Buka Kemungkinan Lebarkan Bisnis ke Timor Leste

Whats New
[POPULER MONEY] Respons Bulog soal Program Makan Siang Gratis Butuh 6,7 Ton Beras Per Tahun | Iuran Pariwisata Bisa Bikin Tiket Pesawat Makin Mahal

[POPULER MONEY] Respons Bulog soal Program Makan Siang Gratis Butuh 6,7 Ton Beras Per Tahun | Iuran Pariwisata Bisa Bikin Tiket Pesawat Makin Mahal

Whats New
KCIC Minta Maaf Jadwal Whoosh Terlambat gara-gara Hujan Lebat

KCIC Minta Maaf Jadwal Whoosh Terlambat gara-gara Hujan Lebat

Whats New
Cara Pinjam Uang di Rp 5 Juta di Pegadaian, Bunga, dan Syaratnya

Cara Pinjam Uang di Rp 5 Juta di Pegadaian, Bunga, dan Syaratnya

Earn Smart
Kemenkeu Akui Pelemahan Rupiah dan Kenaikan Imbal Hasil Berdampak ke Beban Utang Pemerintah

Kemenkeu Akui Pelemahan Rupiah dan Kenaikan Imbal Hasil Berdampak ke Beban Utang Pemerintah

Whats New
Prudential Laporkan Premi Baru Tumbuh 15 Persen pada 2023

Prudential Laporkan Premi Baru Tumbuh 15 Persen pada 2023

Whats New
Bulog Siap Pasok Kebutuhan Pangan di IKN

Bulog Siap Pasok Kebutuhan Pangan di IKN

Whats New
Pintu Perkuat Ekosistem Ethereum di Infonesia

Pintu Perkuat Ekosistem Ethereum di Infonesia

Whats New
komentar di artikel lainnya
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com