Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sri Mulyani: Saat ini, Kami Belum Lihat Bank Pulih Secara Kuat

Kompas.com - 22/09/2021, 18:34 WIB
Fika Nurul Ulya,
Ambaranie Nadia Kemala Movanita

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan, kondisi perbankan di Tanah Air belum pulih karena pandemi Covid-19.

Perbankan belum maksimal menjalankan fungsi intermediasi seperti pra-pandemi.

Padahal salah satu indikator terjadinya pemulihan ekonomi apabila sektor perbankan mulai menjalankan fungsi intermediasi.

Baca juga: Sri Mulyani Ungkap Berbagai Pernyataan Obligor/Debitor BLBI, Ada yang Ngaku Tak Punya Utang

Fungsi intermediasi yang menyalurkan dana untuk kegiatan produktif menjadi salah satu kunci penggerak roda ekonomi.

"Untuk bidang ini memang kita belum melihat suatu pemulihan yang sangat kuat," kata Sri Mulyani dalam Penandatangan MoA Program Strategic Sharia Banking Management secara virtual, Rabu (22/9/2021).

Otoritas Jasa Keuangan mencatat, kredit bank baru tumbuh 0,5 persen pada Juli 2021.

Angka ini masih sangat kecil bila dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi kuartal II 2021 sebesar 7,07 persen.

Pun lebih kecil dibandingkan dengan kondisi pr Covid-19 yang biasanya tumbuh hingga 7 persen bahkan 10 persen.

Baca juga: Stafsus Sri Mulyani Beberkan Alasan Pemerintah Terus Menambah Utang

Di sisi lain, Dana Pihak Ketiga (DPK) yang tersimpan di bank selalu tumbuh dobel digit setiap bulan. Pada periode Juli lalu, DPK tumbuh 10,43 persen.

"Ini artinya perbankan di saat kondisi likuiditas yang sangat banyak atau ample, sedangkan juga masyarakat mendapat dana di perbankan namun bank belum melakukan penyaluran dalam kegiatan produktif," beber Sri Mulyani.

Sri Mulyani menjelaskan, sulitnya bank untuk menyalurkan kredit menjadi pekerjaan rumah bagi Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) yang terdiri dari pemerintah, Bank Indonesia, Otoritas Jasa Keuangan, dan Lembaga Penjamin Simpanan.

KSSK perlu mendorong sektor keuangan terus bergerak dan menopang pemulihan ekonomi, meski secara umum kondisi bank cukup baik selama pandemi Covid-19.

Tercatat, rasio kredit macet atau NPL saat ini masih terjaga berkisar 3,24 persen.

Baca juga: Sri Mulyani Pastikan APBN Dimanfaatkan untuk Menahan Dampak Pandemi Covid-19

"Tentu ini karena OJK melaksanakan relaksasi melalui POJK 42, yaitu relaksasi berdasarkan kriteria atau kualitas kreditnya (relaksasi kredit)," tutur Sri Mulyani.

Mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia ini menyampaikan, KSSK harus mendorong bank untuk menata diri secara kuat.

Sebab ke depan, tantangan sektor keuangan baik di Indonesia maupun secara global akan terus mengalami peningkatan.

Tantangan ini dikombinasikan dengan perubahan ekonomi secara global, yakni pesatnya transaksi keuangan antar negara tanpa batas (borderless) dan perubahan pola konsumsi maupun demografi masyarakat.

"Borderless menimbulkan komplikasi maupun kesempatan. Perubahan demografi serta makin terjadinya mobilitas akan menjadi tantangan yang dihadapi sektor keuangan. Oleh karena itu, industri bank harus menata dirinya secara kuat," pungkas Sri Mulyani.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com