BrandzView
Konten ini merupakan kerja sama Kompas.com dengan MITSUBISHI ELECTRIC INDONESIA

Jadi Sektor dengan Konsumsi Energi Tertinggi, Begini Cara Industri Manufaktur Lakukan Efisiensi

Kompas.com - 24/06/2022, 08:05 WIB
Aningtias Jatmika,
Sri Noviyanti

Tim Redaksi


KOMPAS.com – Sektor manufaktur disebut sebagai pengguna energi terbesar kedua setelah transportasi.

Menurut laporan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), proporsi konsumsi energi pada sektor industri manufaktur tercatat sebesar 34,07 persen pada 2020.

Adapun konsumsi energi yang paling besar dalam perusahaan manufaktur terdapat pada industri makanan, minuman, dan tembakau dengan porsi 18,5 persen.

Kemudian, industri pupuk, kimia, dan barang dari karet sebesar 18,1 persen. Lalu, disusul industri semen dan barang galian bukan logam sebesar 17,2 persen.

Selanjutnya, industri tekstil, barang dari kulit, dan alas kaki sebesar 17 persen. Sementara itu, industri logam dasar, besi, dan baja sebesar 9,7 persen.

Perlu diketahui, salah satu penyebab tingginya konsumsi energi pada industri manufaktur adalah terjadinya downtime pada mesin.

Downtime merupakan peristiwa penghentian mesin pada proses produksi sehingga menyebabkan konsumsi energi pada pabrik terbuang sia-sia.

Pengeluaran yang besar akibat penggunaan energi pada industri manufaktur itu kerap diartikan manajemen sebagai biaya yang tak bisa dikendalikan.

Karenanya, untuk melakukan penghematan, mereka berupaya menekan biaya di luar penggunaan energi, misalnya biaya material, karyawan, dan logistik. Padahal, tak selamanya cara tersebut berhasil.

(Baca juga: Penerapan Digital Manufacturing Jadi Kunci Penting Perusahaan untuk Bersaing di Era Industri 4.0)

Industri manufaktur kerap membayar lebih penggunaan konsumsi energi pada saat mesin tidak produktif sepenuhnya. Hal ini menjadi tantangan bagi para pelaku industri manufaktur karena mereka dihadapkan pada dua pilihan, yaitu membayar lebih untuk penggunaan energi atau mengurangi penggunaan energi tersebut.

Demi menghemat energi, perusahaan harus bisa memvisualisasi energi yang digunakan sekaligus dan monitoring penggunaan energi. Tanpa pengukuran secara tepat, pabrik pun akan kesulitan mengelola energi.

Monitoring secara real-time

Hal pertama yang perlu dilakukan dalam monitoring penggunaan energi adalah mengumpulkan data-data penting secara real-time pada suatu mesin atau lini produksi. Data-data ini termasuk data produksi, status perangkat, dan kualitas hasil produksi.

Selanjutnya, data konsumsi energi dan data produksi perlu digabungkan agar tervisualisasi dengan baik. Dengan demikian, data tersebut dapat dimonitor secara real-time sehingga bisa membantu perusahaan memahami kondisi terkini mengenai penggunaan energi.

Artinya, penanggung jawab pabrik dapat mengetahui jumlah pemakaian daya, tarif listrik, dan pemborosan energi pada periode tertentu. Kemudian, perusahaan juga dapat mengidentifikasi energi yang tidak terpakai dan sumber pemborosan energi.

Memonitor penggunaan konsumsi energi pada pabrik bisa membantu industri manufaktur menghemat penggunaan energi.Mitsubishi Electric Memonitor penggunaan konsumsi energi pada pabrik bisa membantu industri manufaktur menghemat penggunaan energi.

Hal tersebut kemudian bisa dijadikan pertimbangan untuk membayar lebih atau justru mengurangi penggunaan energi.

Untuk menjawab tantangan tersebut, Mitsubishi Electric menghadirkan sejumlah produk factory automation yang dapat digunakan untuk memonitor penggunaan konsumsi energi pada pabrik.

(Baca juga: Upaya Mengontrol Penggunaan Energi pada Pabrik Manufaktur untuk Efisiensi Produksi)

Pertama, EcoMonitorLight, EcoMonitorPlus, ME96SS Ver. B, Q Series, dan iQ-R Energy Measuring Module yang dapat melakukan pengukuran energi di setiap mesin atau fasilitas pabrik.

Kemudian, data-data hasil pengukuran energi atau penggunaan konsumsi energi dapat dikumpulkan menggunakan EcoWebServerIII, Programmable Logic Controller MELSEC Q Series, dan MELSEC iQ-R Series.

Sementara itu, untuk memvisualisasi data konsumsi energi, pabrik bisa memanfaatkan EcoAdviser dan GENESIS64. Dengan kedua produk ini, data tersebut dapat dianalisis sehingga penanggung jawab pabrik bisa menemukan masalah penggunaan energi dari mesin individual, lini produksi, dan data keseluruhan pabrik.

Beragam teknologi tersebut pada akhirnya dapat membantu industri manufaktur menghemat biaya penggunaan energi pada produksi pabrik.

Untuk informasi lebih lengkap terkait monitoring penggunaan energi pada produksi pabrik, silakan kunjungi tautan ini. Selain itu, untuk informasi lebih lanjut mengenai produk Factory Automation, kunjungi situs resmi Mitsubishi Electric Indonesia.


Terkini Lainnya

BTN Syariah Cetak Laba Bersih Rp 164,1 Miliar pada Kuartal I 2024

BTN Syariah Cetak Laba Bersih Rp 164,1 Miliar pada Kuartal I 2024

Whats New
Pegadaian Bukukan Laba Bersih Rp 1,4 Triliun pada Kuartal I 2024

Pegadaian Bukukan Laba Bersih Rp 1,4 Triliun pada Kuartal I 2024

Whats New
Program Makan Siang Gratis Butuh 6,7 Ton Beras Per Tahun, Bulog Tunggu Arahan Pemerintah

Program Makan Siang Gratis Butuh 6,7 Ton Beras Per Tahun, Bulog Tunggu Arahan Pemerintah

Whats New
BTN Cetak Laba Bersih Rp 860 Miliar pada Kuartal I 2024

BTN Cetak Laba Bersih Rp 860 Miliar pada Kuartal I 2024

Whats New
Bulog Siap Jadi Pembeli Gabah dari Sawah Hasil Teknologi Padi China

Bulog Siap Jadi Pembeli Gabah dari Sawah Hasil Teknologi Padi China

Whats New
Bulog Baru Serap 633.000 Ton Gabah dari Petani, Dirut: Periode Panennya Pendek

Bulog Baru Serap 633.000 Ton Gabah dari Petani, Dirut: Periode Panennya Pendek

Whats New
Dari Perayaan HUT hingga Bagi-bagi THR, Intip Kemeriahan Agenda PUBG Mobile Sepanjang Ramadhan

Dari Perayaan HUT hingga Bagi-bagi THR, Intip Kemeriahan Agenda PUBG Mobile Sepanjang Ramadhan

Rilis
INACA: Iuran Pariwisata Tambah Beban Penumpang dan Maskapai

INACA: Iuran Pariwisata Tambah Beban Penumpang dan Maskapai

Whats New
Bank DKI Sumbang Dividen Rp 326,44 Miliar ke Pemprov DKI Jakarta

Bank DKI Sumbang Dividen Rp 326,44 Miliar ke Pemprov DKI Jakarta

Whats New
OASA Bangun Pabrik Biomasa di Blora

OASA Bangun Pabrik Biomasa di Blora

Rilis
Pengumpulan Data Tersendat, BTN Belum Ambil Keputusan Akuisisi Bank Muamalat

Pengumpulan Data Tersendat, BTN Belum Ambil Keputusan Akuisisi Bank Muamalat

Whats New
Cara Hapus Daftar Transfer di Aplikasi myBCA

Cara Hapus Daftar Transfer di Aplikasi myBCA

Work Smart
INA Digital Bakal Diluncurkan, Urus KTP hingga Bayar BPJS Jadi Lebih Mudah

INA Digital Bakal Diluncurkan, Urus KTP hingga Bayar BPJS Jadi Lebih Mudah

Whats New
Suku Bunga Acuan BI Naik, Anak Buah Sri Mulyani: Memang Kondisi Global Harus Diantisipasi

Suku Bunga Acuan BI Naik, Anak Buah Sri Mulyani: Memang Kondisi Global Harus Diantisipasi

Whats New
Ekonom: Kenaikan BI Rate Bakal 'Jangkar' Inflasi di Tengah Pelemahan Rupiah

Ekonom: Kenaikan BI Rate Bakal "Jangkar" Inflasi di Tengah Pelemahan Rupiah

Whats New
komentar di artikel lainnya
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com