KOLOM BIZ
Konten ini merupakan kerja sama Kompas.com dengan Experd Consultant
Eileen Rachman dan Emilia Jakob
Character Building Assessment & Training EXPERD

EXPERD (EXecutive PERformance Development) merupakan konsultan pengembangan sumber daya manusia (SDM) terkemuka di Indonesia. EXPERD diperkuat oleh para konsultan dan staf yang sangat berpengalaman dan memiliki komitmen penuh untuk berkontribusi pada perkembangan bisnis melalui layanan sumber daya manusia.

Pemimpin Ambidextrous

Kompas.com - 03/02/2024, 07:58 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

SEMUA orang sepertinya setuju bahwa perubahan yang terjadi di dunia sekarang ini tidak terbayangkan oleh kita pada 30 tahun yang lalu. Apa yang dulu menjadi sumber daya utama kita, sekarang ternyata harus dialihkan.

Perusahaan-perusahaan tambang dan minyak yang dahulu sangat berjaya, saat ini perlu mencari inovasi energi terbarukan. Bila dahulu banyak perusahaan yang bertahan 50, 70, bahkan hingga lebih dari 100 tahun, pada masa sekarang, begitu banyak perusahaan berguguran setelah 10–15 tahun saja. Jadi, tidak dimungkiri bahwa melakukan perubahan menjadi sebuah keniscayaan.

Namun, pada kenyataannya, perubahan tidak semudah membalik telapak tangan. Manusia sering merasa bosan dan ingin mengalami perubahan, tetapi begitu sulit untuk mengubah dirinya sendiri. Ketakutan terhadap “the unknown” pun begitu besar, membuat perubahan semakin dijauhi lagi.

Pertanyaannya, bagaimana melanggengkan perusahaan menghadapi masa depan yang mungkin tidak terbayang oleh kita dari masa sekarang? Pemimpin macam apa yang mampu menavigasi tantangan sebesar ini? Bagaimana cara mendisrupsi industri tanpa terkena disrupsi? Bagaimana gesit pada masa depan, tetapi tetap berjaya pada masa sekarang?

Kita membutuhkan pemimpin yang bisa mengeksploitasi sumber daya saat ini dengan mengoptimalkan operasional sekaligus mengeksplorasi kesempatan-kesempatan lain yang dapat membentuk model bisnis baru. Langkah ini perlu dilakukan sambil memastikan prestasi pada masa ini, berpikir keras, dan merancang masa depan.

Kekuatan mengembangkan dua pendekatan sekaligus inilah resep sukses pada masa depan. Seorang ahli menyebutkan, pemimpin yang sanggup melakukan pendekatan sekaligus ini disebut pemimpin ambidextrous.

Ambideksteritas atau dalam bahasa Indonesia disebut kekikanan adalah kemampuan individu untuk menggunakan kedua tangan sama terampilnya. Hanya 1 persen dari populasi dunia yang secara alamiah memiliki keterampilan ini.

Atlet yang ambidextrous dapat menggunakan bagian tangan yang menguntungkan baginya dan mengecoh lawannya yang hanya memiliki kekuatan di salah satu tangan saja. Diteliti dari lukisan-lukisannya, Leonardo da Vinci diyakini dapat memanfaatkan kedua tangannya dengan baik. Ia terlahir kidal, tetapi berlatih menggunakan tangan kanannya.

Istilah tersebut yang kemudian digunakan untuk merujuk pada para pemimpin yang terampil menguasai dua pendekatan yang berbeda.

Managing Director Strategi AKQA–perusahaan desain dan inovasi yang memasarkan berbagai merek terkenal–Sam Sterling, membuat studi terhadap 16 perusahaan dengan tingkat pertumbuhan tinggi. Tujuannya, untuk melihat aspek apa yang membuat perusahaan dapat bangkit kembali lebih cepat ketika mengalami hambatan.

Kesamaan yang ditemukan dari perusahaan-perusahaan tersebut adalah kemampuan mereka untuk mengoptimalkan aset yang dimiliki saat ini, sambil terus mengeksplorasi kesempatan-kesempatan pada masa mendatang. Mereka begitu gesit dalam mengidentifikasi pasar yang sedang berkembang, masuk ke kelompok-kelompok pelanggan baru, dan mengembangkan proses-proses baru.

Dua panah pemimpin

Kita sering kali mengelompokkan pemimpin dalam dua kelompok besar, yaitu people leader atau task leader karena kecenderungan seseorang untuk lebih kuat di salah satu aspek. Namun, sebenarnya, manakah yang lebih dibutuhkan untuk menjadi seorang pemimpin yang efektif?

Konsultan Zenger Folkman dalam penelitiannya terhadap 4.900 pemimpin menemukan bahwa 32 persen dari mereka yang dinilai memiliki kompetensi driving for result lebih tinggi daripada building relationship dikategorikan sebagai high potential. Sementara itu, hanya 27 persen dari yang memiliki kompetensi building relationship yang lebih tinggi daripada driving for result yang masuk kategori high potential.

Namun, ternyata, sebanyak 46 persen dari mereka yang kuat dalam dua kompetensi itu termasuk kategori high potential. Menurut Zenger, kekuatan dari kombinasi dua kompetensi ini adalah pencapaian target yang didapatkan dari hubungan baik yang mendorong para anggota tim bekerja lebih keras.

Eileen RachmanDok. EXPERD Eileen Rachman

Sama halnya dengan dikotomi kepribadian introver-ekstrover. Mereka yang introver secara alamiah terlihat lebih dapat berempati dan aktif mendengar. Sementara itu, para ekstrover tampil memukau dalam memengaruhi orang lain.

Namun, ekstrover biasanya lebih dominan dan tidak memedulikan orang lain. Sementara itu, introver sulit tampil mengambil peran. Individu yang dapat memadukan kedua kekuatan kepribadian ini dengan memahami orang lain tentunya akan lebih kuat dalam menginspirasi dan memengaruhi pihak lain untuk berubah.

Di sinilah, seni kepemimpinan perlu diasah. Bagaimana bermain tarik-ulur dalam memberikan keleluasaan, tetapi juga kuat menentukan arahan.

Melatih keterampilan ambidextrous

Menjadi ambidextrous berarti kita harus berhenti mengatakan “ini bukan gaya saya”. Namun, justru siap membuka diri dan melakukan eksplorasi baru. Kita harus berani mempertanyakan pendapat dan asumsi kita sendiri. Mendisrupsi diri dengan mengajukan pertanyaan what if, why not kepada diri sendiri.

Setiap kali kita merasa telah menemukan ide atau strategi baru yang terbaik bagi diri atau organisasi, tantang diri untuk mengembangkan lima kemungkinan lain yang dapat menunjukkan bahwa ide tersebut tidak tepat. Dengan cara ini, kita berusaha memperluas area pemikiran kita dengan hal-hal yang di luar batas pemikiran kita sebelumnya.

Kemudian, bangun visi yang bersifat “exploit and explore”. Tantang diri dan anggota tim untuk senantiasa memikirkan cara-cara mengurangi biaya dan melakukan efisiensi dalam bisnis utama, sekaligus mendorong diri untuk menemukan kesempatan-kesempatan baru di luar model bisnis saat ini yang dapat diterapkan pada masa depan. Ajak tim berdiskusi mengenai kekhawatiran dan ketakutan mereka menghadapi konflik yang mungkin terjadi dalam proses menjalankan dua pendekatan yang berbeda ini.

Terakhir, hindari keseragaman. Model exploit and explore tentu akan menghasilkan strategi yang berbeda. Dalam mengeksplorasi, kita mendorong tim untuk mau mengambil risiko, berpikir kreatif dengan tujuan pengembangan dan inovasi. Sebaliknya, ketika sedang melakukan manuver eksploitasi, kita perlu melakukan efisiensi dan menghitung efektivitas. Memaksakan strategi yang sama pada dua kebutuhan berbeda hanya menimbulkan kekacauan.

Jika ingin menjadi pemimpin yang kreatif, inovatif, dan efektif, Anda harus mengembangkan keahlian ganda. Hal ini tidak mudah, tetapi merupakan jalan yang lebih kaya untuk meraih kesuksesan pada masa-masa yang penuh gejolak dan oportunistis ini.


komentar di artikel lainnya
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com