JAKARTA, KOMPAS.com - Pekan lalu, bank sentral Amerika Serikat Federal Reserve (The Fed) memutuskan untuk tidak mengubah tingkat suku bunga acuan.
The Fed mempertahankan tingkat suku bunga tetap sama seperti sebelumnya, yaitu sekitar 5,25 persen hingga 5,5 persen.
Dikutip dari CNBC, Kamis (28/3/2024) The Fed juga mengatakan bahwa mereka berencana untuk menurunkan suku bunga sebanyak tiga kali pada akhir tahun nanti. Keputusan ini membuat pasar saham di Amerika Serikat dan di seluruh dunia naik, dengan nilai pasar mencapai rekor tertinggi yang baru.
Baca juga: The Fed Isyaratkan 3 Kali Penurunan Suku Bunga, Wall Street Berakhir di Zona Hijau
Pertama, kebijakan suku bunga yang diambil oleh The Fed dapat mempengaruhi arus modal global, termasuk masuknya investasi ke Indonesia.
Jika The Fed memutuskan untuk mempertahankan suku bunga yang tinggi, hal ini dapat membuat investor lebih tertarik untuk menyimpan dana mereka di AS daripada mengalokasikan investasi ke negara-negara berkembang seperti Indonesia.
Sebaliknya, jika The Fed memutuskan untuk memotong suku bunga, hal ini dapat meningkatkan minat investor asing untuk berinvestasi di pasar keuangan Indonesia.
Baca juga: The Fed Tahan Suku Bunga, dan Isyaratkan Tiga Kali Penurunan Tahun Ini
Selain itu, kebijakan suku bunga The Fed juga dapat mempengaruhi nilai tukar rupiah terhadap dollar AS.
Jika The Fed memutuskan untuk menaikkan suku bunga, maka kurs dollar AS dapat menjadi lebih kuat, yang pada gilirannya dapat menekan nilai tukar rupiah.