Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tren Pelemahan Rupiah, Bos BCA Sebut Tak Ada Aksi Jual Beli Dollar AS yang Mencolok

Kompas.com - 22/04/2024, 20:12 WIB
Agustinus Rangga Respati,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - PT Bank Central Asia Tbk atau Bank BCA mengatakan, pihaknya tidak melihat adanya pergerakan penjualan atau pembelian dollar AS secara masif oleh nasabah yang memengaruhi dana pihak ketiga (DPK) valuta asing (valas).

Hal ini berkaitan dengan adanya tren penguatan dollar AS terhadap banyak mata uang di seluruh dunia, termasuk Indonesia.

Presiden Direktur PT Bank Central Asia Tbk Jahja Setiaatmadja mengatakan, masyarakat saat ini tidak mudah untuk jual dan beli mata uang asing, terutama dollar AS.

Baca juga: Penguatan Dollar AS Buat Suku Bunga Acuan Tak Kunjung Turun

"Untuk yang amount kecil mungkin iya, tetapi kalau amount jumlah besar yang memengaruhi market, untuk individual player, saya rasa hampir tidak ada atau sedikit sekali," kata dia dalam konferensi pers, Senin (22/4/2024).

Ia mengatakan, secara keseluruhan pertumbuhan DPK perbankan akan melambat pada awal tahun. Hal tersebut terjadi pada seluruh jenis DPK baik tabungan dan giro, maupun valas.

Di sisi lain, BCA mencetak pertumbuhan DPK mencapai 7,9 persen secara tahunan pada kuartal I-2024. Seiring dengan itu, DPK industri juga terlihat meningkat.

"Untuk itu, tidak ada pengaruh take profit," ucap dia.

Lebih lanjut Jahja menjelaskan, pelemahan nilai tukar rupiah yang mencapai Rp 16.200-16.300 per dollar AS disebabkan oleh beberapa faktor.

Pertama, adanya kebutuhan Idul Fitri yang membuat pengusaha harus membeli lebih banyak bahan impor dan materaial mentah untuk persiapan hari raya.

Pada kuartal I-2024 ini juga menjadi ajang banyak masyarakat yang liburan atau bepergian ke luar negeri dan membutuhkan dollar AS sebagai akomodasi.

Selain itu, pada beberapa waktu lalu, investor asing yang masuk ke pasar saham dan obligasi Indonesia mengurangi investasi dan menarik dana dari Tanah Air, yang berarti menarik dollar AS keluar.

Baca juga: Kembali Tertekan, Nilai Tukar Rupiah Dekati Rp 16.300 Per Dollar AS

Hal tersebut ditambah dengan musim pembagian dividen (dividen payout) emiten-emiten pasar saham yang juga dimiliki oleh investor besar dari luar negeri. Dengan demikian, banyak juga dividen ini yang mengalir ke luar negeri dalam bentuk dollar AS.

"Jadi ada masalah demand and supply," terang dia.

Lebih lanjut, Jahja mengaku sepakat dengan langkah Bank Indonesia yang tidak melakukan invervensi rupiah ketika permintaan sedang tinggi. Pasalnya, ia mengibaratkan intervensi di saat seperti ini seperti membuang garap ke laut.

Meskipun demikian, ketika kebutuhan dollar AS sudah normal kembali dan permintaannya menurut, BI diharapkan dapat membuat nilai tukar rupiah dapat di bawah level 16.000.

Sebagai informasi, nilai tukar rupiah terhadap dollar AS di pasar spot pagi ini menguat. Melansir data Bloomberg, sore ini rupiah ditutup pada level Rp 16.237 per dollar AS menguat 0,14 persen dibandingkan penutupan sebelumnya pada 16.260.

Baca juga: Erick Thohir Bantah Minta BUMN Borong Dollar AS

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Bank Mandiri Imbau Nasabah Hati-hati Terhadap Modus Penipuan Berkedok Undian Berhadiah

Bank Mandiri Imbau Nasabah Hati-hati Terhadap Modus Penipuan Berkedok Undian Berhadiah

Whats New
IHSG Turun Tipis di Awal Sesi, Rupiah Dekati Level Rp 16.000

IHSG Turun Tipis di Awal Sesi, Rupiah Dekati Level Rp 16.000

Whats New
Berapa Denda Telat Bayar Listrik? Ini Daftarnya

Berapa Denda Telat Bayar Listrik? Ini Daftarnya

Whats New
Detail Harga Emas Antam Senin 6 Mei 2024, Turun Rp 3.000

Detail Harga Emas Antam Senin 6 Mei 2024, Turun Rp 3.000

Spend Smart
Harga Emas Terbaru 6 Mei 2024 di Pegadaian

Harga Emas Terbaru 6 Mei 2024 di Pegadaian

Spend Smart
Bappeda DKI Jakarta Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan D3 dan S1, Ini Syarat dan Cara Daftarnya

Bappeda DKI Jakarta Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan D3 dan S1, Ini Syarat dan Cara Daftarnya

Work Smart
Transfer Pengetahuan dari Merger TikTok Shop dan Tokopedia Bisa Percepat Digitalisasi UMKM

Transfer Pengetahuan dari Merger TikTok Shop dan Tokopedia Bisa Percepat Digitalisasi UMKM

Whats New
Harga Bahan Pokok Senin 6 Mei 2024, Harga Ikan Tongkol Naik

Harga Bahan Pokok Senin 6 Mei 2024, Harga Ikan Tongkol Naik

Whats New
IHSG Diperkirakan Melaju, Simak Analisis dan Rekomendasi Sahamnya

IHSG Diperkirakan Melaju, Simak Analisis dan Rekomendasi Sahamnya

Earn Smart
Kesenjangan Konsumsi Pangan dan Program Makan Siang Gratis

Kesenjangan Konsumsi Pangan dan Program Makan Siang Gratis

Whats New
Lowongan Kerja Anak Usaha Pertamina untuk S1 Semua Jurusan, Ini Syarat dan Cara Daftarnya

Lowongan Kerja Anak Usaha Pertamina untuk S1 Semua Jurusan, Ini Syarat dan Cara Daftarnya

Work Smart
Erick Thohir: 82 Proyek Strategis BUMN Rampung, tapi Satu Proyek Sulit Diselesaikan

Erick Thohir: 82 Proyek Strategis BUMN Rampung, tapi Satu Proyek Sulit Diselesaikan

Whats New
Ketika Pajak Warisan Jadi Polemik di India

Ketika Pajak Warisan Jadi Polemik di India

Whats New
BTN Konsisten Dongkrak Inklusi Keuangan lewat Menabung

BTN Konsisten Dongkrak Inklusi Keuangan lewat Menabung

Whats New
[POPULER MONEY] HET Beras Bulog Naik | Kereta Tanpa Rel dan Taksi Terbang Bakal Diuji Coba di IKN

[POPULER MONEY] HET Beras Bulog Naik | Kereta Tanpa Rel dan Taksi Terbang Bakal Diuji Coba di IKN

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com