Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Suku Bunga Acuan Naik Jadi 6,25 Persen, Bos BI: Untuk Memperkuat Stabilitas Rupiah

Kompas.com - 24/04/2024, 14:48 WIB
Rully R. Ramli,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Bank Indonesia (BI) memutuskan untuk menaikkan BI Rate sebesar 25 basis points atau 0,25 persen ke level 6,25 persen. Keputusan ini merupakan hasil dari gelaran Rapat Dewan Gubernur BI periode Aprill 2024.

Selain itu, bank sentral juga mengerek tingkat suku bunga deposit facility dan lending facility. Dengan demikian, suku bunga deposit facility pun menjadi 5,50 persen dan lending facility tetap di level 7,00 persen.

"Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia pada 23-24 April 2024 memutuskan untuk menaikkan BI Rate sebesar 25 bps menjadi 6,25 persen. ," ujar Gubernur BI, Perry Warjiyo, dalam konferensi pers, di Jakarta, Rabu (24/4/2024).

Baca juga: Rupiah Diramal Bisa Kembali Menguat di Bawah Rp 16.000 Tahun Ini

"Kenaikan suku bunga ini untuk memperkuat stabilitas nilai tukar rupiah dari kemungkinan memburuknya risiko global serta sebagai langkah preemptive dan forwrad looking untuk memastikan inflasi tetap dalam sasaran 2,5 plus minus 1 persen pada tahun 2024 dan 2025," sambungnya.

Keputusan BI untuk mengerek suku bunga acuan diambil dengan melihat perkembangan kondisi perekonomian global. Perry menyebutkan, ketidakpastian global meningkat, seiring dengan perubahan arah kebijakan bank sentral AS, The Federal Reserve, serta eskalasi ketegangan geopolitik di kawasan Timur Tengah.

"Dinamika ekonomi keuangan global berubah cepat dengan risiko dan ketidakpastian meningkat," katanya.

Perry menjelaskan, arah kebijakan suku bunga The Fed berubah, dari semula diproyeksi mengalami penurunan dalam waktu dekat, menjadi bertahan di level tinggi dengan periode waktu lebih lama. Hal ini seiring dengan kuatnya prospek pertumbuhan ekonomi serta masih tingginya tingkat inflasi di Negeri Paman Sam.

Pada saat bersamaan, terjadi eskalasi konflik geopolitik di kawasan Timur Tengah. Fenomena-fenomena tersebut memicu peningkatan ketidakpastian global, sehingga mengakibatkan peralihan modal asing investor dari pasar keuangan negara berkembang.

"Investor global memindahkan portofolio ke aset yag lebih aman, khususnya ke mata uang dollar AS dan emas, sehingga menyebabakn pelarian modal keluar dan pelemahan nilai tukar di berbagai negara," tuturnya.

Baca juga: Rupiah Anjlok, Airlangga Sebut Masih Lebih Baik Dibanding Negara Lain

Di tengah ketidakpastian global yang meningkat, bank sentral menilai, fundamental perekonomian RI tetap terjaga. Bahkan, Perry bilang, tingkat pertumbuhan ekonomi nasional pada periode kuartal I dan kuartal II 2024 akan lebih tinggi dari angka pertumbuhan kuartal IV 2023, yakni sebesar 5,04 persen.

"Dengan perkembangan tersebut pertumbuhan ekonomi Indonesia di tahun 2024 diperkirakan berada dalam kisaran 4,7 sampai 5,5 persen," katanya.

"Ke depan Bank Indonesia akan terus meperkaut sinergi kebijakan dengan pemerintah, termasuk melalui stimulus fiskal pemerintah dnegna stimulus makroprudensial Bank Indonesia, guna mendukung pertumbuhan ekonomi secara berkelanjutan," ucapnya.

Baca juga: Penguatan Dollar AS Buat Suku Bunga Acuan Tak Kunjung Turun

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com