Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bos BI Optimistis Rupiah Bakal Kembali di Bawah Rp 16.000 Per Dollar AS

Kompas.com - 24/04/2024, 16:13 WIB
Rully R. Ramli,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Bank Indonesia (BI) meyakini, nilai tukar rupiah terhadap dollar AS bakal menguat ke depan, pasca kenaikkan suku bunga acuan BI Rate menjadi 6,25 persen. Namun demikian, nilai tukar rupiah diproyeksi tetap berada di kisaran Rp 16.000 per dollar AS hingga kuartal III-2024.

Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan, bank sentral memutuskan untuk mengerek suku bunga acuan untuk memperkuat stabilitas nilai tukar rupiah. Keputusan pengetatan moneter ini diambil dengan melihat peningkatan risiko global.

Dengan dinaikannya suku bunga acuan, Perry meyakini, nilai tukar rupiah akan stabil di kisaran Rp 16.200 per dollar AS pada kuartal II-2024. Kemudian, pada kuartal III-2024, nilai tukar rupiah diproyeksi menguat ke kisaran Rp 16.000 per dollar AS.

Baca juga: Suku Bunga Acuan Naik Jadi 6,25 Persen, Bos BI: Untuk Memperkuat Stabilitas Rupiah

"Dan akan menguat ke Rp 15.800 di triwulan IV-2024," kata dia, dalam konferensi pers hasil Rapat Dewan Gubernur BI, Rabu (24/4/2024).

Perry menjelaskan, nilai tukar mata uang negara berkembang atau emerging market tengah berada dalam tren depresiasi terhadap dollar AS, seiring dengan meningkatnya ketidakpastian di pasar keuangan global.

Perubahan arah kebijakan bank sentral AS, The Federal Reserve (The Fed), dan meningkatnya eskalasi konflik geopolitik kawasan Timur Tengah membuat investor mengalihkan modalnya dari pasar keuangan emerging market ke instrumen yang lebih aman, khususnya instrumen berkaitan dollar AS dan emas.

"Sehingga menyebabkan pelaroan modal keluar dan pelemahan nilai tukar di berbagai negara, termasuk di negara berkembang yang semakin besar," tuturnya.

"Ke depan risk terkait arah penurunan Fed Fund Rate dan dinamika ketegangan geopolitik global akan terus dicermati karena dapat mendorong berlanjutnya ketidakpastian pasar keungan global," sambungnya.

Bank sentral mencatat, indeks nilai tukar dollar AS terhadap mata uang utama (DXY) menguat tajam mencapai level tertinggi 106,25 pada tanggal 16 April 2024 atau mengalami apresiasi 4,86 persen dibandingkan dengan level akhir tahun 2023.

"Perkembangan ini memberikan tekanan depresiasi kepada hampir seluruh mata uang dunia, termasuk nilai tukar rupiah," ujarnya.

Baca juga: Tren Pelemahan Rupiah, Bos BCA Sebut Tak Ada Aksi Jual Beli Dollar AS yang Mencolok

Seiring dengan penguatan indeks dollar AS, nilai tukar rupiah telah terkoreksi 5,07 persen secara tahun jalender (year to date/ytd) hingga 23 April lalu.

Merespons pelemahan itu, selain mengerek suku bunga acuan, BI terus memperkuat kebijakan stabilisasi nilai tukar dengan mengoptimalkan seluruh instrumen moneter yang tersedia, baik melalui intervensi di pasar valas secara spot dan DNDF, pembelian SBN dari pasar sekunder, pengelolaan likuiditas.

"Strategi operasi moneter pro-market melalui instrumen SRBI, SVBI, dan SUVBI terus dioptimalkan guna menarik masuknya aliran portofolio asing dari luar negeri," ucap Perry.

Baca juga: Rupiah Diramal Bisa Kembali Menguat di Bawah Rp 16.000 Tahun Ini

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com