Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bulog: Imbas Rupiah Melemah, Biaya Impor Beras dan Jagung Naik

Kompas.com - 26/04/2024, 11:20 WIB
Haryanti Puspa Sari,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Direktur Utama Perum Bulog Bayu Krisnamurthi mengatakan, biaya impor beras dan jagung ikut naik seiring dengan pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dollar AS.

"Kalau kurs naik 10 persen maka total kebutuhan biaya membayar impor naik 10 persen, itu aja. Jadi langsung sifatnya," kata Bayu dalam Halal Bihalal di Jakarta, Kamis (25/4/2024).

Bayu mengatakan, asumsi dolar yang digunakan dalam menghitung biaya impor yang dilakukan Bulog adalah asumsi APBN. Ia mengatakan, selisih asumsi kurs membuat kenaikan biaya Bulog.

Adapun dalam APBN 2024 pemerintah dan DPR telah menyepakati nilai tukar rupiah sebesar Rp 15.000 per dollar AS.

"Jadi Anda bisa melihat perbedaan antara dolar riil saat ini dengan asumsi APBN, di situlah terjadinya kenaikan biaya Bulog," ujarnya.

Baca juga: Utang Pemerintah ke Bulog Capai Rp 16 Triliun, Dirut: Hampir Semua Sudah Dibayarkan

Berdasarkan kondisi tersebut, Bayu mengatakan, pemerintah perlu menjaga stabilitas pangan dalam jangka panjang tidak hanya melalui impor tetapi penyerapan dalam negeri.

"Bukan karena kita pengen impor jangka panjang tapi buat merencanakan dan melakukan langkah-langkah memitigasi resiko yang mungkin terjadi," ucap dia.

Baca juga: Kemenkeu Akui Pelemahan Rupiah dan Kenaikan Imbal Hasil Berdampak ke Beban Utang Pemerintah

Sebelumnya, berdasarkan data Google Finance, nilai tikar rupiah telah menyentuh angka 16.117 per dollar AS pada Sabtu (13/4/2024).

Staf Bidang Ekonomi, Industri, dan Global Markets dari Bank Maybank Indonesia Myrdal Gunarto mengatakan, pada dasarnya di pasar forex domestik, nilai tukar rupiah terhadap dollar AS (USDIDR) masih belum menyentuh 16.000. Hal tersebut karena sebenarnya pasar FX domestik masih libur.

"Nah, pelemahan rupiah terhadap dollar AS yang sudah menembus 16.000 bisa jadi dikarenakan mekanisme transaksi yang terjadi di pasar luar negeri, seperti di pasar non delivarble forward (NDF) Singapura. Itupun rupiah terlihat melemah karena posisi dollar AS yang tengah menguat secara global maupun regional Asia," kata dia dalam keterangan resmi, dikutip Minggu (14/4/2024).

Baca juga: Ekonom: Kenaikan BI Rate Bakal Jangkar Inflasi di Tengah Pelemahan Rupiah

Ia menjelaskan, hal itu tercermin dari posisi variabel indeks Dollar DXY yang posisinya terus menanjak. Penguatan indeks Dollar DXY tersebut merupakan gambaran dari perpindahan arus dana di pasar keuangan internasional yang mengarah pada pergerakan pelaku pasar global, baik di pasar saham maupun obligasi.

Arus dana ini pada dasarnya bertujuan memindahkan aset investasinya ke pasar Amerika Serikat. Terutama pasar obligasi Amerika Serikat yang terlihat lebih menarik saat imbal hasil (yield) dari surat utangnya terus meningkat saat ekspektasi penurunan bunga bank sentral Amerika Serikat (AS) The Fed semakin tidak menentu (uncertain).

"Pergerakan USDIDR di pasar FX lokal sendiri baru akan dibuka pada Selasa (16/4/24) nanti," imbuh dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com