Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

IHSG Awal Sesi Tancap Gas, Rupiah Masih Lesu

Kompas.com - 30/04/2024, 09:32 WIB
Kiki Safitri,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bergerak di zona hijau pada awal perdagangan Bursa Efek Indonesia (BEI) Selasa (30/4/2024). Hal ini berbeda dengan mata uang garuda yang melemah dalam pada perdagangan pasar spot.

Melansir data RTI pada pukul 09.14 WIB, IHSG berada pada level 7.212,53 atau naik 56,7 poin (0,79 persen) dibanding penutupan sebelumnya pada level 7.155,78.

Sebanyak 238 saham melaju di zona hijau dan 142 saham di zona merah. Sedangkan 179 saham lainnya stagnan. Adapun nilai transaksi hingga saat ini mencapai Rp 1,9 triliun dengan volume 1,8 miliar saham.

Baca juga: IHSG Bakal Lanjut Menguat? Simak Analisis dan Rekomendasi Saham Hari Ini

Founder WH Project William Hartanto mengatakan, indikator MACD pada IHSG memperlihatkan pembentukan bullish divergence, IHSG memiliki peluang rebound, dan potensi untuk mengakhiri pelemahan pada 7.000.

“IHSG masih menguji support psikologis pada 7.000. Penguatan yang terjadi pada IHSG beberapa hari ke belakang adalah efek dari saham-saham big caps tertentu saja, misalnya saham-saham Prajogo Pangestu,” kata William.

Bursa Asia menghijau dengan kenaikan Nikkei 1,52 persen (576,9 poin) ke level 38.511,19, Strait Times bertambah 0,24 persen (7,9 poin) ke level 3.290, Shanghai Komposit menguat 0,31 persen (9,5 poin) ke level 3.122,54, dan Hang Seng Hong Kong yang naik 0,77 persen (137,17 poin) ke posisi 17.884,08.

Rupiah

Adapun nilai tukar rupiah terhadap dollar AS di pasar spot pagi ini melemah. Melansir data Bloomberg, pukul 09.10 WIB rupiah berada pada level Rp 16.272 per dollar AS atau turun 16 poin (0,1 persen) dibanding penutupan sebelumnya Rp 16.262 per dollar AS.

Pengamat pasar uang Ariston Tjendra mengatakan, pekan ini pelaku pasar menantikan hasil rapat kebijakan moneter the Fed untuk mendengar pernyataan The Fed soal prospek pemangkasan suku bunga acuannya tahun ini.

“Rupiah kelihatannya masih berpeluang melemah terhadap dollar AS. Data indikator inflasi AS yang masih menunjukkan inflasi AS sulit turun ke target 2 persen sehingga peluang untuk pemangkasan suku bunga semakin mengecil. Ini yang menjaga dollar AS tetap kuat,” kata Ariston kepada Kompas.com.

Pagi ini data PMI manufaktur China bulan April masih menunjukkan pertumbuhan. Ini mungkin bisa memberikan sentimen positif dan menahan pelemahan rupiah lebih dalam. Selain itu, indeks saham Asia juga bergerak menguat pagi ini.

“Sentimen pasar terhadap aset berisiko juga cukup positif dan mungkin bisa menahan pelemahan rupiah hari ini. Potensi pelemahan rupiah hari ini ke arah Rp 16.280 per dollar AS - Rp 16.300 per dollar AS, dengan potensi support di sekitar Rp 16.200 per dollar AS,” lanjut Ariston.

Baca juga: Wall Street Menghijau, Saham Tesla Melesat 15 Persen

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Viral Video Petani Menangis, Bulog Bantah Harga Jagung Anjlok

Viral Video Petani Menangis, Bulog Bantah Harga Jagung Anjlok

Whats New
9,9 Juta Gen Z Indonesia Tidak Bekerja dan Tidak Sekolah

9,9 Juta Gen Z Indonesia Tidak Bekerja dan Tidak Sekolah

Whats New
Rombak Direksi ID Food, Erick Thohir Tunjuk Sis Apik Wijayanto Jadi Dirut

Rombak Direksi ID Food, Erick Thohir Tunjuk Sis Apik Wijayanto Jadi Dirut

Whats New
OJK Bakal Buka Akses SLIK kepada Perusahaan Asuransi, Ini Sebabnya

OJK Bakal Buka Akses SLIK kepada Perusahaan Asuransi, Ini Sebabnya

Whats New
Gelar RUPST, KLBF Tebar Dividen dan Rencanakan 'Buyback' Saham

Gelar RUPST, KLBF Tebar Dividen dan Rencanakan "Buyback" Saham

Whats New
Layanan LILO Lion Parcel Bidik Solusi Pergudangan untuk UMKM

Layanan LILO Lion Parcel Bidik Solusi Pergudangan untuk UMKM

Whats New
60 Persen Pekerja RI Bekerja di Sektor Informal dan Gig, Hadapi Tantangan Keterbatasan Akses Modal

60 Persen Pekerja RI Bekerja di Sektor Informal dan Gig, Hadapi Tantangan Keterbatasan Akses Modal

Whats New
Surat Utang Negara adalah Apa?

Surat Utang Negara adalah Apa?

Work Smart
Luhut Minta Kasus Tambak Udang di Karimunjawa Tak Terulang Lagi

Luhut Minta Kasus Tambak Udang di Karimunjawa Tak Terulang Lagi

Whats New
Kemenhub Bebastugaskan Sementara Kepala Kantor OBU Wilayah X Merauke yang Diduga KDRT

Kemenhub Bebastugaskan Sementara Kepala Kantor OBU Wilayah X Merauke yang Diduga KDRT

Whats New
Demi Tingkatkan Kinerja, Bakrie & Brothers Berencana Lakukan Kuasi Reorganisasi

Demi Tingkatkan Kinerja, Bakrie & Brothers Berencana Lakukan Kuasi Reorganisasi

Whats New
Seberapa Penting Layanan Wealth Management untuk Pebisnis?

Seberapa Penting Layanan Wealth Management untuk Pebisnis?

BrandzView
Kejar Produksi Tanaman Perkebunan Menuju Benih Unggul, Kementan Lakukan Pelepasan Varietas

Kejar Produksi Tanaman Perkebunan Menuju Benih Unggul, Kementan Lakukan Pelepasan Varietas

Whats New
Pemerintah Siapkan 2 Hektar Lahan Perkebunan Tebu di Merauke

Pemerintah Siapkan 2 Hektar Lahan Perkebunan Tebu di Merauke

Whats New
Mudahkan Reimbursement Perjalanan Bisnis, Gojek Bersama SAP Concur Integrasikan Fitur Profil Bisnis di Aplikasi

Mudahkan Reimbursement Perjalanan Bisnis, Gojek Bersama SAP Concur Integrasikan Fitur Profil Bisnis di Aplikasi

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com