Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Arip Muttaqien
Akademisi, Peneliti, dan Konsultan

Doktor ekonomi dari UNU-MERIT/Maastricht University (Belanda). Alumni generasi pertama beasiswa LPDP master-doktor. Pernah bekerja di ASEAN Secretariat, Indonesia Mengajar, dan konsultan marketing. Saat ini berkiprah sebagai akademisi, peneliti, dan konsultan. Tertarik dengan berbagai topik ekonomi, pembangunan berkelanjutan, pembangunan internasional, Asia Tenggara, monitoring-evaluasi, serta isu interdisiplin. Bisa dihubungi di https://www.linkedin.com/in/aripmuttaqien/

Indonesia Menuju Keanggotaan OECD (Bagian II)

Kompas.com - 07/05/2024, 09:37 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

PROSES aksesi Indonesia ke Organisasi Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (OECD Council) terus berjalan.

Pada 2 Mei 2024, dalam pertemuan OECD Ministerial Council Meeting, Peta Jalan Aksesi OECD untuk Indonesia (OECD Accession Roadmap for Indonesia) secara resmi diserahkan oleh Sekretaris Jenderal OECD, Mathias Cormann.

Penyerahan Peta Jalan kepada Menko Perekonomian, Airlangga Hartarto, menandakan dimulainya secara resmi proses aksesi Indonesia ke OECD.

Seperti yang disebutkan dalam artikel pertama penulis, tidak ada batas waktu yang ditentukan untuk proses negosiasi. Namun secara umum, proses ini membutuhkan waktu antara 2 tahun hingga 5 tahun.

Negara-negara seperti Republik Ceko, Hungaria, dan Korea Selatan berhasil menyelesaikan proses aksesi dalam waktu kurang dari 2 tahun. Namun, negara-negara seperti Slowakia, Kolombia, dan Kosta Rika membutuhkan waktu lebih dari 5 tahun untuk menjadi anggota OECD.

Peta jalan aksesi

Seperti analisis penulis dalam artikel pertama, struktur Peta Jalan Aksesi untuk Indonesia tidak berbeda jauh dengan Peta Jalan Aksesi untuk negara lain.

Ada tujuh area kebijakan yang akan dipertimbangkan: (1) reformasi struktural, (2) keterbukaan perdagangan dan investasi, (3) pertumbuhan inklusif, (4) tata kelola pemerintahan, (5) lingkungan, keanekaragaman hayati dan iklim, (6) digital, dan (7) infrastruktur.

Sebanyak 26 komite teknis akan menilai kesiapan Indonesia dalam proses aksesi. Setiap komite memiliki tugas untuk mengevaluasi dua aspek penting berdasarkan standar yang telah ditetapkan.

Aspek pertama adalah keinginan dan kapabilitas Indonesia untuk mengimplementasikan instrumen hukum (legal instruments) OECD.

Aspek kedua adalah penilaian terhadap kebijakan dan praktik yang ada di setiap negara, dibandingkan dengan praktek standar OECD.

Komite-komite ini meliputi berbagai sektor seperti investasi, tata kelola, keuangan, fiskal, lingkungan, regulasi, statistik, pendidikan, kesehatan, ekonomi digital, kompetisi, pertanian, dan sebagainya.

Dalam rangka mengikuti Peta Jalan Aksesi, Indonesia diwajibkan untuk mengajukan Memorandum Awal kepada OECD.

Dokumen ini harus mencakup penilaian mandiri yang dilakukan oleh Indonesia, membandingkan kondisi lokal dengan standar OECD, termasuk dalam hal peraturan, kebijakan, dan implementasi.

Sumber rujukan utama adalah instrumen hukum OECD. Ini mencakup 270 instrumen hukum yang masih berlaku (legal instruments in force), 23 keputusan (decisions), 180 rekomendasi (recommendations), dan 40 dokumen hasil yang substansif (substantive outcome documents).

Secara prinsip, Indonesia wajib mematuhi semua instrumen hukum OECD. Jika terdapat aspek yang belum sesuai dengan instrumen hukum OECD, maka Indonesia harus mengambil langkah tindak lanjut untuk melakukan penyesuaian.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Perbankan Antisipasi Kenaikan Kredit Macet Imbas Pencabutan Relaksasi Restrukturisasi Covid-19

Perbankan Antisipasi Kenaikan Kredit Macet Imbas Pencabutan Relaksasi Restrukturisasi Covid-19

Whats New
KKP Tangkap Kapal Ikan Berbendera Rusia di Laut Arafura

KKP Tangkap Kapal Ikan Berbendera Rusia di Laut Arafura

Whats New
Defisit APBN Pertama Pemerintahan Prabowo-Gibran Dipatok 2,45 Persen-2,58 Persen

Defisit APBN Pertama Pemerintahan Prabowo-Gibran Dipatok 2,45 Persen-2,58 Persen

Whats New
Bos Bulog Sebut Hanya Sedikit Petani yang Manfaatkan Jemput Gabah Beras, Ini Sebabnya

Bos Bulog Sebut Hanya Sedikit Petani yang Manfaatkan Jemput Gabah Beras, Ini Sebabnya

Whats New
Emiten Gas Industri SBMA Bakal Tebar Dividen Rp 1,1 Miliar

Emiten Gas Industri SBMA Bakal Tebar Dividen Rp 1,1 Miliar

Whats New
Citi Indonesia Tunjuk Edwin Pribadi jadi Head of Citi Commercial Bank

Citi Indonesia Tunjuk Edwin Pribadi jadi Head of Citi Commercial Bank

Whats New
OJK: Guru Harus Punya Pengetahuan tentang Edukasi Keuangan

OJK: Guru Harus Punya Pengetahuan tentang Edukasi Keuangan

Whats New
Sekjen Anwar: Kemenaker Punya Tanggung Jawab Besar Persiapkan SDM Unggul dan Berdaya Saing

Sekjen Anwar: Kemenaker Punya Tanggung Jawab Besar Persiapkan SDM Unggul dan Berdaya Saing

Whats New
Lowongan Kerja BUMN Viramakarya untuk Posisi di IKN, Ini Posisi dan Persyaratannya

Lowongan Kerja BUMN Viramakarya untuk Posisi di IKN, Ini Posisi dan Persyaratannya

Whats New
Soal Relaksasi HET Beras Premium, Dirut Bulog: Biasanya Sulit Dikembalikan...

Soal Relaksasi HET Beras Premium, Dirut Bulog: Biasanya Sulit Dikembalikan...

Whats New
Potensi Pasar Geospasial di Indonesia

Potensi Pasar Geospasial di Indonesia

Whats New
OJK Minta Lembaga Keuangan Bikin 'Student Loan' Khusus Mahasiswa S-1

OJK Minta Lembaga Keuangan Bikin "Student Loan" Khusus Mahasiswa S-1

Whats New
Soal Tarif PPN 12 Persen, Sri Mulyani: Kami Serahkan kepada Pemerintahan Baru

Soal Tarif PPN 12 Persen, Sri Mulyani: Kami Serahkan kepada Pemerintahan Baru

Whats New
Citilink Buka Lowongan Kerja Pramugari untuk Lulusan SMA, D3, dan S1, Ini Syaratnya

Citilink Buka Lowongan Kerja Pramugari untuk Lulusan SMA, D3, dan S1, Ini Syaratnya

Whats New
Kerangka Ekonomi Makro 2025: Pertumbuhan Ekonomi 5,1 - 5,5 Persen, Inflasi 1,5 - 3,5 Persen

Kerangka Ekonomi Makro 2025: Pertumbuhan Ekonomi 5,1 - 5,5 Persen, Inflasi 1,5 - 3,5 Persen

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com