Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Meski Ada Momen Ramadhan dan Pemilu, Konsumsi Rumah Tangga Dinilai Tidak Tumbuh Maksimal

Kompas.com - 07/05/2024, 16:55 WIB
Rully R. Ramli,
Sakina Rakhma Diah Setiawan

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Tulang punggung perekonomian Indonesia, yaitu konsumsi rumah tangga, dinilai tidak tumbuh maksimal pada kuartal I-2024.

Padahal, pada periode tiga bulan pertama tahun ini terdapat momen pergelaran Pemilihan Umum (Pemilu) dan Ramadhan.

Peneliti ekonomi makro dan keuangan Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Riza Annisa Pujarama mengatakan, tidak maksimalnya pertumbuhan konsumsi rumah tangga tercermin dari angka realisasi pertumbuhan yang lebih rendah dari angka pertumbuhan ekonomi nasional.

Baca juga: Ada Bansos dan Pemilu, Konsumsi Pemerintah Tumbuh Pesat ke Level Tertinggi Sejak 2006

Ilustrasi belanja di supermarket atau pasar swalayan.SHUTTERSTOCK/STOKKETE Ilustrasi belanja di supermarket atau pasar swalayan.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), konsumsi rumah tangga yang berkontribusi terhadap 54,93 persen produk domestik bruto (PDB) tumbuh 4,91 persen secara tahunan.

Angka itu memang lebih rendah dari realisasi pertumbuhan ekonomi nasional yang mencapai 5,11 persen.

"Padahal momentumnya banyak sekali, untuk bisa meningkatkan konsumsi rumah tangga, ada Ramadhan, ada persiapan Lebaran, dari belanja pemerintah sudah kuat ada Bansos, ada Pemilu," tutur dia, dalam diskusi yang digelar secara virtual, Selasa (7/5/2024).

"Kalau daya beli masyarakat masih baik-baik saja, itu harusnya bisa mendongkrak lebih dari 5,11 persen," sambung Riza.

Baca juga: Konsumsi Rumah Tangga Kembali Jadi Penopang Pertumbuhan Ekonomi Indonesia pada Kuartal I-2024

Menurutnya, salah satu pemicu tidak maksimalnya pertumbuhan konsumsi rumah tangga ialah tren kenaikan inflasi pangan, utamanya beras, yang terjadi sejak paruh kedua tahun lalu. Angka inflasi komponen barang harga bergejolak tercatat tetap tinggi di kisaran 10 persen hingga awal tahun ini.

Dengan meningkatnya inflasi pangan, daya beli masyarakat mengalami tekanan. Ini membuat masyarakat tidak terlalu gencar untuk belanja barang yang sifatnya sekunder atau bahkan tersier.

"Kita bisa lihat lebih detail dari konsumsi rumah tangga ini dia pertumbuhannya terbatas, utamanya dari sektor-sektor yang diharapkan meningkat dari pembelian pertumbuhan pakaian alas kaki dan jasa perawatan," tuturnya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com