Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Masyarakat Ekonomi ASEAN Hampir Final

Kompas.com - 19/11/2012, 09:00 WIB

PHNOM PENH, KOMPAS.com — Implementasi cetak biru Masyarakat Ekonomi ASEAN sampai dengan Oktober 2012 mencapai 74,5 persen. Indonesia sendiri implementasinya 82 persen atau tertinggi ketiga di bawah Singapura dan Malaysia.

Menteri Perdagangan Gita Wirjawan di sela-sela Konferensi Tingkat Tinggi ke-21 ASEAN, di Phnom Penh, Kamboja, Minggu (18/11), menyatakan, laporan dari sekretariat ASEAN menyebutkan bahwa perkembangan implementasi Masyarakat Ekonomi ASEAN cukup bagus.

Kinerja Indonesia sendiri selama 2008-2011, menurut Gita, berada pada tingkat rata-rata. "Tidak terlalu bagus-bagus banget, tetapi juga tidak terlalu jelek-jelek banget," kata Gita seperti dilaporkan wartawan Kompas FX Laksana Agung Saputra.

Jika ditarik sampai dengan Oktober 2012, Gita melanjutkan, skor kumulatif Indonesia adalah 82 persen. Ini menempatkan Indonesia pada urutan ketiga negara dengan tingkat implementasi tertinggi di bawah Singapura dan Malaysia.

Dalam KTT ke-21 ASEAN di Phnom Penh, para menteri perekonomian negara anggota ASEAN memahami bahwa tak mungkin semua target dalam cetak biru akan tercapai 100 persen pada tahun 2015. Dengan demikian, pencapaian sampai dengan 90-95 persen menjadi realistis.

Persoalan di setiap negara, menurut Gita, biasanya berkaitan dengan kemauan politik, proses administrasi, dan prosedur ratifikasi yang berbeda-beda di antara negara anggota. Ada beberapa isu yang setiap pemerintah harus menangkap dinamika domestiknya.

"Tentu ada beberapa hal yang tidak bisa kita lakukan dalam konteks liberalisasi. Ini tergantung pembangunan politik, ekonomi, dan sosial, di masing-masing negara. Kita harus peka dengan perkembangan hal-hal tersebut. Ini tidak hanya terjadi di Indonesia, tetapi juga di negara-negara lain,” kata Gita.

Untuk Indonesia, Gita menambahkan, sejumlah prioritas akan dikejar selama tiga tahun ke depan, di antaranya penyempurnaan national single window dan infrastruktur untuk memfasilitasi perdagangan guna meningkatkan kelancaran arus barang dan jasa.

Menteri Perindustrian MS Hidayat mengatakan, Masyarakat Ekonomi ASEAN kurang disosialisasikan kepada berbagai pemangku kepentingan dalam negeri. Mereka, di antaranya, pemerintah daerah dan pelaku usaha.

Di sisi lain, sejumlah pihak, seperti kementerian dan lembaga pemerintah, yang semestinya menjadi pionir dalam membangun kesadaran atas Masyarakat Ekonomi ASEAN, terkesan tak peduli. "Kalau sudah tiba waktunya nanti (tahun 2015) baru pada mengeluh, barang-barang luar masuk dan sebagainya," kata Hidayat.

Masyarakat Ekonomi ASEAN adalah bentuk integrasi ekonomi ASEAN yang direncanakan dimulai pada tahun 2015. Tujuannya adalah meningkatkan daya saing kawasan, mendorong pertumbuhan ekonomi, mengurangi kemiskinan, dan meningkatkan standar hidup penduduk negara anggota ASEAN.

Sementara itu, KTT ke-21 ASEAN akan meluncurkan kerja sama ekonomi regional yang komprehensif dengan enam negara di luar keanggotaan ASEAN.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Pertamina Geothermal Kantongi Laba Bersih Rp 759,84 Miliar per Kuartal I-2024

    Pertamina Geothermal Kantongi Laba Bersih Rp 759,84 Miliar per Kuartal I-2024

    Whats New
    Ekspansi Pabrik Terealisasi, Emiten Alat Kesehatan OMED Catat Laba Bersih Rp 63,5 Miliar per Kuartal I-2024

    Ekspansi Pabrik Terealisasi, Emiten Alat Kesehatan OMED Catat Laba Bersih Rp 63,5 Miliar per Kuartal I-2024

    Whats New
    Harga Bahan Pokok Jumat 3 Mei 2024, Harga Ikan Kembung Naik

    Harga Bahan Pokok Jumat 3 Mei 2024, Harga Ikan Kembung Naik

    Whats New
    PermataBank Cetak Laba Bersih Rp 807,3 Miliar per Maret 2024

    PermataBank Cetak Laba Bersih Rp 807,3 Miliar per Maret 2024

    Whats New
    Harga Saham BNI Turun hingga 8 Persen, Apa Sebabnya?

    Harga Saham BNI Turun hingga 8 Persen, Apa Sebabnya?

    Whats New
    Mampukah IHSG Bangkit Hari Ini? Simak Analisis dan Rekomendasi Sahamnya

    Mampukah IHSG Bangkit Hari Ini? Simak Analisis dan Rekomendasi Sahamnya

    Whats New
    Bank OCBC NISP Raup Laba Bersih Rp 1,17 Triliun per Kuartal I-2024

    Bank OCBC NISP Raup Laba Bersih Rp 1,17 Triliun per Kuartal I-2024

    Whats New
    Resmikan Jarvis 2024, Menperin Pacu Kualitas dan Kuantitas Pendidikan Vokasi Industri

    Resmikan Jarvis 2024, Menperin Pacu Kualitas dan Kuantitas Pendidikan Vokasi Industri

    Whats New
    Sentimen Laporan Korporasi, Dorong Penguatan Wall Street

    Sentimen Laporan Korporasi, Dorong Penguatan Wall Street

    Whats New
    BSI Tunjuk Wisnu Sunandar Jadi Sekretaris Perusahaan Baru

    BSI Tunjuk Wisnu Sunandar Jadi Sekretaris Perusahaan Baru

    Whats New
    Indonesia Selangkah Lebih Dekat Gabung Klub Negara Maju

    Indonesia Selangkah Lebih Dekat Gabung Klub Negara Maju

    Whats New
    Pemangkasan Jumlah Bandara Internasional Dinilai Tepat, tetapi Perlu Kajian yang Mendalam

    Pemangkasan Jumlah Bandara Internasional Dinilai Tepat, tetapi Perlu Kajian yang Mendalam

    Whats New
    Ingin Mencoba Investasi Saham? Ini 7 Tips yang Bisa Diperhatikan

    Ingin Mencoba Investasi Saham? Ini 7 Tips yang Bisa Diperhatikan

    Work Smart
    Kenapa Ada Dua Mesin 'Tap' di MRT Jakarta? Ini Alasannya

    Kenapa Ada Dua Mesin "Tap" di MRT Jakarta? Ini Alasannya

    Whats New
    Pelamar Wajib Tahu, Ini Tips Membuat Surat Lamaran Kerja

    Pelamar Wajib Tahu, Ini Tips Membuat Surat Lamaran Kerja

    Work Smart
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com