Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

BPR Rawan Dilikuidasi Karena Masalah "Fraud"

Kompas.com - 14/09/2017, 16:15 WIB
Sakina Rakhma Diah Setiawan

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Hingga 31 Agustus 2017, Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) telah melikuidasi 81 bank. Angka tersebut terdiri dari 1 bank umum, 75 bank perkreditan rakyat (BPR), dan 5 BPR syariah.

Adapun hingga 31 Agustus 2017, bank yang telah selesai proses likuidasinya sebanyak 67 bank. Angka tersebut terdiri dari 1 bank umum, 63 BPR, dan 3 BPR syariah.

Kepala Eksekutif LPS Fauzi Ichsan menjelaskan, akan selalu ada bank-bank, khususnya BPR yang bermasalah sehingga kemudian dilikuidasi.

Fauzi menyebut, jumlah BPR yang ada di seluruh Indonesia mencapai hampir 1.800 bank. (Baca: "Fintech" Menjamur, Bagaimana Nasib BPR?)

"Rata-rata itu karena fraud (permasalahan sengketa, penipuan) karena pemiliknya atau manajemen dari BPR tersebut melakukan fraud," kata Fauzi di kantornya di Jakarta, Kamis (14/9/2017).

Fauzi menjelaskan, sebagian besar kasus penutupan BPR disebabkan oleh fraud. Bahkan, angkanya mencapai persentase 99 persen.

Berdasarkan laporan LPS, hingga 31 Agustus 2017, jumlah bank dalam likuidasi (BDL) masih didominasi di wilayah Jawa.

Di Jabodetabek dan Banten, ada 18 bank dalam kategori BDL, di mana 16 di antaranya selesai dilikuidasi dan 2 dalam proses likuidasi.

(Baca: Relatif Tinggi, Kredit Macet BPR Dianggap Belum Mengkhawatirkan)

 

Sementara itu, di Jawa Barat, ada 21 BDL, di mana 18 selesai dilikuidasi dan 3 dalam proses likuidasi. Di Jawa Timur, ada 6 BDL, dengan rincian 2 bank selesai proses likuidasi dan 4 dalam proses likuidasi.

Kompas TV Apa yang harus digenjot untuk menaikkan level UMKM Indonesia?
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Mobil Tertabrak KA Pandalungan, KAI Sampaikan Belasungkawa

Mobil Tertabrak KA Pandalungan, KAI Sampaikan Belasungkawa

Whats New
Pabrik Tutup, Bata Janji Beri Hak-hak Karyawan Sesuai Aturan

Pabrik Tutup, Bata Janji Beri Hak-hak Karyawan Sesuai Aturan

Whats New
Meski Ada Momen Ramadhan dan Pemilu, Konsumsi Rumah Tangga Dinilai Tidak Tumbuh Maksimal

Meski Ada Momen Ramadhan dan Pemilu, Konsumsi Rumah Tangga Dinilai Tidak Tumbuh Maksimal

Whats New
Era Suku Bunga Tinggi, Bank Mega Syariah Terapkan Jurus Angsuran Tetap untuk Pembiayaan Rumah

Era Suku Bunga Tinggi, Bank Mega Syariah Terapkan Jurus Angsuran Tetap untuk Pembiayaan Rumah

Whats New
Gojek Luncurkan Paket Langganan Gojek Plus, Ada Diskon di Setiap Transaksi

Gojek Luncurkan Paket Langganan Gojek Plus, Ada Diskon di Setiap Transaksi

Whats New
Laba Bersih MPXL Melonjak 123,6 Persen, Ditopang Jasa Angkut Material ke IKN

Laba Bersih MPXL Melonjak 123,6 Persen, Ditopang Jasa Angkut Material ke IKN

Whats New
Emiten Migas SUNI Cetak Laba Bersih Rp 33,4 Miliar per Kuartal I-2024

Emiten Migas SUNI Cetak Laba Bersih Rp 33,4 Miliar per Kuartal I-2024

Whats New
CEO Perusahaan Migas Kumpul di IPA Convex 2024 Bahas Solusi Kebijakan Industri Migas

CEO Perusahaan Migas Kumpul di IPA Convex 2024 Bahas Solusi Kebijakan Industri Migas

Whats New
Ramai soal 9 Mobil Mewah Pengusaha Malaysia Ditahan, Bea Cukai Beri Penjelasan

Ramai soal 9 Mobil Mewah Pengusaha Malaysia Ditahan, Bea Cukai Beri Penjelasan

Whats New
BEI Ubah Aturan 'Delisting', Ini Ketentuan Saham yang Berpotensi Keluar dari Bursa

BEI Ubah Aturan "Delisting", Ini Ketentuan Saham yang Berpotensi Keluar dari Bursa

Whats New
BEI Harmonisasikan Peraturan Delisting dan Relisting

BEI Harmonisasikan Peraturan Delisting dan Relisting

Whats New
Hadirkan Solusi Transaksi Internasional, Bank Mandiri Kenalkan Keandalan Livin’ by Mandiri di London

Hadirkan Solusi Transaksi Internasional, Bank Mandiri Kenalkan Keandalan Livin’ by Mandiri di London

Whats New
Biasakan 3 Hal Ini untuk Membangun Kekayaan

Biasakan 3 Hal Ini untuk Membangun Kekayaan

Earn Smart
Pertumbuhan Ekonomi RI 5,11 Persen Dinilai Belum Maksimal

Pertumbuhan Ekonomi RI 5,11 Persen Dinilai Belum Maksimal

Whats New
Laba Bersih JTPE Tumbuh 11 Persen pada Kuartal I 2024, Ditopang Pesanan E-KTP

Laba Bersih JTPE Tumbuh 11 Persen pada Kuartal I 2024, Ditopang Pesanan E-KTP

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com