Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

India Akan Geser China jadi Mesin Pertumbuhan Ekonomi Dunia

Kompas.com - 19/09/2017, 05:28 WIB
Sakina Rakhma Diah Setiawan

Penulis

Sumber Bloomberg

NEW YORK, KOMPAS.com - India diprediksi bakal menjadi kekuatan super perekonomian dunia karena populasinya yang muda, sementara China dan beberapa negara di Asia Timur lainnya mengalami penuaan populasi.

Hal ini diungkapkan oleh Deloitte LLP. Mengutip Bloomberg, Selasa (19/9/2017), jumlah masyarakat yang berusia 65 tahun ke atas di Asia akan bertambah dari saat ini mencapai 365 juta orang menjadi lebih dari 500 juta orang pada tahun 2027 mendatang.

Ini mencakup 60 persen dari jumlah penduduk dunia yang berada pada usia tersebut pada tahun 2030. Dalam laporannya, Deloitte menyatakan India akan menjadi gelombang besar perekonomian Asia di bawah Jepang dan China.

Jumlah angkatan kerja di India akan meningkat dari 885 juta orang menjadi 1,08 miliar orang dalam 20 tahun ke depan.

"India akan menyumbang lebih dari separuh peningkatan jumlah angkatan kerja di Asia dalam dekade ke depan, namun ini bukan hanya soal pekerja yang lebih banyak, namun para pekerja baru ini akan lebih terlatih dan terdidik dibandingkan angkatan kerja India saat ini," jelas Anis Chakravarty, ekonom di Deloitte India.

Chakravarty mengungkapkan, akan ada peningkatan potensi ekonomi di India. Ini berkat peningkatan jumlah perempuan di dalam angkatan kerja dan peningkatan kemampuan dan minat untuk bekerja lebih lama. Namun, bukan hanya India yang menjadi pendorong ekonomi Asia.

Indonesia dan Filipina juga memiliki populasi yang muda, yang mana menurut Deloitte akan memicu kedua negara tersebut menikmati pertumbuhan yang serupa dengan India.

Deloitte menyebut beberapa negara yang akan menghadapi tantangan terbesar terkait populasi yang mulai menua.

Negara-negara tersebut antara lain China, Hong Kong, Taiwan, Korea Selatan, Singapura, Thailand, dan Selandia Baru.

Australia juga akan mengalami penuaan populasi seperti yang terjadi pada Jepang. Namun, bukan berarti populasi yang menua tidak memberikan kesempatan.

"Jarang terjadi di antara negara-negara kaya, Australia memiliki rekam jejak dalam menyambut kehadiran migran. Ini menurunkan risiko perlambatan terkait penuaan populasi dalam beberapa dekade ke depan," ujar Ian Tatcher, deputy managing partner di Deloitte Asia Pacific.

Deloitte menyebut, Asia harus menyesuaikan diri untuk menghadapi jumlah penduduk usia 65 tahun ke atas yang mencapai 1 miliar orang pada tahun 2050 mendatang. Oleh karena itu, dibutuhkan beberapa hal seperti peningkatan usia pensiun, menambah partisipasi perempuan dalam angkatan kerja, menerima migran, dan meningkatkan produktivitas.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com