Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

PGN: CNG dalam Tabung Jadi Alternatif Bahan Bakar Pengganti Elpiji

Kompas.com - 15/11/2017, 09:48 WIB
Yoga Hastyadi Widiartanto

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - PT Perusahaan Gas Negara (PGN) mengatakan rencana mereka menjual compressed natural gas (CGN) dalam tabung. Hal itu untuk membantu mengurangi beban impor liquefied petroleum gas (elpiji) negara.

Bagi konsumen, CNG akan jadi alternatif energi selain kompor listrik dan elpiji yang dijual oleh Pertamina.

Division Head Corporate Communication PGN, Desy Anggia mengungkap bahwa PGN memang memiliki niat untuk menjual CNG. Namun sekarang perusahaan masih melakukan kajian mengenai target pasar, harga dan lokasinya.

Pasalnya CNG memiliki cara penanganan yang berbeda dibandingkan elpiji. Salah satunya adalah soal penyalurannya yang sangat bergantung spesifik lokasi dan pelanggan.

Menurutnya, tidak akan terjadi persaingan antara PNG dan Pertamina dalam hal pasar CNG, Elpiji atau kompor listrik. Ketiganya justru diharapkan akan saling melengkapi.

"Karena itu bertujuan untuk mengurangi impor elpiji yang menyebabkam harga mahal dan, tentu, juga membebani Pertamina. Diharapkan program ini merupakan ntuk sinergi BUMN untuk mencapai kedaulatan energi," terang Desy saat kepada Kompas.com, Selasa (13/11/2017) malam.

"(Selain itu) targetnya juga untuk komplemen terhadap kompor listrik atau yang belum bisa dilayani dengan kompor listrik, jadi saling melengkapi," imbuhnya.

Terkait dengan rencana ini, pengamat energi sekaligus peneliti Center for Energy Security Studies (CESS) Ali Ahmudi, saat ini kempuan Indonesia memproduksi gas elpiji hanyalah 1,7 metrik ton. Sedangkan konsumsinya mencapai 5 juta metrik ton. Artinya ada sisa 3,3 juta metrik ton yang mesti diperoleh dengan impor.

CNG dan elpiji sendiri sama-sama merupakan bahan bakar yang berasal dari gas alam. Bedanya, CNG didominasi metana dan etana serta dikompresi tanpa mengubahnya menjadi cair. Sedangkan elpiji didominasi campuran propana dan butana, dengan massa jenis lebih besar.

Meski sama-sama berasal dari gas alam, keduanya memiliki karakter dan penanganan berbeda. CNG membutuhkan tempat penyimpanan besar serta tekanan sangat tinggi, sementara itu elpiji bisa dicairkan dalam tekanan lebih rendah dan lebih mudah disimpan.

Di sisi lain, Kepala Biro Komunikasi, Layanan Informasi, dan Kerja Sama, Kementerian ESDM, Dadan Kusdiana melalui keterangan resminya mengatakan ada niat untuk mendorong penggunaan kompor induksi sebagai alternatif kompor gas elpiji.

Kompor induksi merupakan jenis kompor yang memanfaatkan reaksi magnet dari energi listrik untuk menghasilkan panas. Kompor tersebut menggunakan daya sekitar 350 hingga 500 watt.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Cara Bayar Tagihan FIF di ATM BCA, BRI, BNI, Mandiri, dan BTN

Cara Bayar Tagihan FIF di ATM BCA, BRI, BNI, Mandiri, dan BTN

Spend Smart
Bank Mandiri Tegaskan Tetap Jadi Pemegang Saham Terbesar BSI

Bank Mandiri Tegaskan Tetap Jadi Pemegang Saham Terbesar BSI

Whats New
Cek Jadwal Pembagian Dividen Astra Otoparts

Cek Jadwal Pembagian Dividen Astra Otoparts

Whats New
Syarat Ganti Kartu ATM Mandiri di CS Machine dan Caranya

Syarat Ganti Kartu ATM Mandiri di CS Machine dan Caranya

Whats New
Status Internasional Bandara Supadio Dihapus, Pengamat: Hanya Jadi 'Feeder' bagi Malaysia dan Singapura

Status Internasional Bandara Supadio Dihapus, Pengamat: Hanya Jadi "Feeder" bagi Malaysia dan Singapura

Whats New
Naik 36 Persen, Laba Bersih Adaro Minerals Capai Rp 1,88 Triliun Sepanjang Kuartal I-2024

Naik 36 Persen, Laba Bersih Adaro Minerals Capai Rp 1,88 Triliun Sepanjang Kuartal I-2024

Whats New
Jokowi Tambah Alokasi Pupuk Subsidi Jadi 9,55 Juta Ton di 2024

Jokowi Tambah Alokasi Pupuk Subsidi Jadi 9,55 Juta Ton di 2024

Whats New
Dampak Erupsi Gunung Ruang, 5 Bandara Masih Ditutup Sementara

Dampak Erupsi Gunung Ruang, 5 Bandara Masih Ditutup Sementara

Whats New
Kadin Gandeng Inggris, Dukung Bisnis Hutan Regeneratif

Kadin Gandeng Inggris, Dukung Bisnis Hutan Regeneratif

Whats New
Harita Nickel Catat Kenaikan Pendapatan 26 Persen pada  Kuartal I 2024

Harita Nickel Catat Kenaikan Pendapatan 26 Persen pada Kuartal I 2024

Whats New
Bappenas Buka Lowongan Kerja hingga 5 Mei 2024, Simak Persyaratannya

Bappenas Buka Lowongan Kerja hingga 5 Mei 2024, Simak Persyaratannya

Work Smart
Wujudkan Visi Indonesia Emas 2045, Kemenko Perekonomian Berupaya Percepat Keanggotaan RI dalam OECD

Wujudkan Visi Indonesia Emas 2045, Kemenko Perekonomian Berupaya Percepat Keanggotaan RI dalam OECD

Whats New
Indonesia dan Arab Saudi Sepakat Menambah Rute Penerbangan Baru

Indonesia dan Arab Saudi Sepakat Menambah Rute Penerbangan Baru

Whats New
BJBR Bukukan Laba Rp 453 Miliar pada Kuartal I 2024

BJBR Bukukan Laba Rp 453 Miliar pada Kuartal I 2024

Whats New
Microsoft Investasi Rp 27,6 Triliun di RI, Luhut: Tidak Akan Menyesal

Microsoft Investasi Rp 27,6 Triliun di RI, Luhut: Tidak Akan Menyesal

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com