Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pemerintah Atur Penjualan Ayam Ras, Kinerja Emiten Ini Menarik

Kompas.com - 29/11/2017, 20:39 WIB
Sakina Rakhma Diah Setiawan

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Pemerintah telah mengumumkan Peraturan Menteri Pertanian tentang penyediaan, peredaran, dan pengawasan ayam ras dan telur konsumsi. Melalui aturan baru ini, pemerintah ingin memastikan ketersediaan ayam dan telur aman dengan harga yang semakin murah di pasaran.

Tentunya, kebijakan ini dibuat tanpa mengganggu kinerja perusahaan besar yang bergerak di industri ayam dan telur. Perusahaan ini antara lain PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk dan PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk.

Menurut Analis PT Bahana Sekuritas Michael Setjoadi, melalui aturan baru tersebut pemerintah serius ingin terus menjaga inflasi rendah Namun, di sisi lain para peternak ayam dan perusahaan besar yang bergerak di industri pakan ternak dan pengolahan ayam tidak terganggu.

Bahkan melalui aturan baru tersebut, kinerja kedua perusahaan besar seperti Japfa dan Charoen lebih stabil.

''Japfa dan Charoen sebenarnya sudah mengikuti aturan baru tersebut, jadi ke depan kinerja mereka akan lebih stabil, sebab pemerintah sudah membatasi minimal 50 persen stok day old chick atau DOC harus dijual kepada peternak independen, jadi kedua perusahaan ini tidak bisa lagi menjual stok DOC lebih banyak kepada peternak yang selama ini sudah kerja sama dengan mereka,'' kata Michael dalam pernyataannya, Rabu (29/11/2017).

Melalui aturan baru ini, dampak dari volatilitas harga ayam dan telur tidak akan sangat signifikan mempengaruhi kinerja perseroan. Pasalnya, yang terjadi di lapangan selama ini, saat harga ayam jatuh di pasaran, para peternak akan menjual semua ayamnya kepada perseroan karena sudah ada kesepakatan harga beli kembali sejak awal.

Rekomendasi Bahana atas Japfa ini lebih positif, karena fundamentalnya lebih baik dengan kemampuan bayar utang yang stabil karena tingkat bunga yang lebih rendah dan valuasi harga juga murah. Bahana merekomendasikan beli dengan target harga Rp 1.650 per lembar saham.

Pendapatan Japfa pada akhir tahun ini diperkirakan naik sekitar 9 persen secara tahunan menjadi Rp 29,54 triliun, namun laba bersih diperkirakan turun sekitar 44 persen menjadi Rp 1,15 triliun dari pencapaian akhir 2016 yang tercatat sebesar Rp 2,06 triliun.

Namun, tahun depan, pendapatan diperkirakan naik sekitar 7 persen menjadi Rp 31,59 triliun, dengan proyeksi laba bersih diperkirakan melonjak sekitar 36 persen menjadi Rp 1,57 triliun.

Adapun Bahana memperkirakan pendapatan Charoen Pokphand akan naik sekitar 25 persen atau Rp 47,89 triliun pada akhir 2017 dibandingkan akhir tahun lalu. Tahun depan, diperkirakan pendapatan CPIN tumbuh sekitar 8 persen menjadi sekitar Rp 51,61 triliun.

Sehingga, laba bersih pada akhir 2017 diperkirakan tumbuh sekitar 14 persen secara tahunan menjadi Rp 2,53 triliun dan tahun depan diperkirakan tumbuh cukup signifikan sekitar 35 persen menjadi sekitar Rp 3,42 triliun.

Dengan perkiraan kinerja ini serta mempertimbangkan harga saham CPIN yang bergerak saat ini telah mendekati perkiraan target harga yang ditetapkan Bahana Sekuritas, anak usaha BPUI ini merekomendasikan tahan untuk saham CPIN dengan target harga Rp 3.200 per lembar saham

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Astra Life Catat Premi Bruto Rp 6,1 Triliun Sepanjang 2023

Astra Life Catat Premi Bruto Rp 6,1 Triliun Sepanjang 2023

Whats New
Rugi Bersih GOTO Susut 78 Persen, Jadi Rp 862 Miliar pada Kuartal I-2024

Rugi Bersih GOTO Susut 78 Persen, Jadi Rp 862 Miliar pada Kuartal I-2024

Whats New
Industri Fintech Lending Rugi pada Awal 2024, Ini Sebabnya Menurut Asosiasi

Industri Fintech Lending Rugi pada Awal 2024, Ini Sebabnya Menurut Asosiasi

Whats New
Menteri Trenggono Minta Reklamasi PIK Pakai Sedimentasi Laut

Menteri Trenggono Minta Reklamasi PIK Pakai Sedimentasi Laut

Whats New
Tren dan Peluang Investasi Kripto, Indonesia Berpotensi Pimpin Pasar ASEAN

Tren dan Peluang Investasi Kripto, Indonesia Berpotensi Pimpin Pasar ASEAN

Spend Smart
Kredit BNI Tumbuh Jadi Rp 695,16 Triliun pada Kuartal I 2024, UMKM dan Konsumer Jadi Mesin Baru

Kredit BNI Tumbuh Jadi Rp 695,16 Triliun pada Kuartal I 2024, UMKM dan Konsumer Jadi Mesin Baru

Whats New
Elnusa dan Pertagas Siap Kerjakan Proyek Kolaborasi Infrastruktur Energi di Kandis Riau

Elnusa dan Pertagas Siap Kerjakan Proyek Kolaborasi Infrastruktur Energi di Kandis Riau

Whats New
Perluasan Sektor Kredit, 'Jamu Manis' Terbaru dari BI untuk Perbankan

Perluasan Sektor Kredit, "Jamu Manis" Terbaru dari BI untuk Perbankan

Whats New
Survei BI: Kebutuhan Pembiayaan Korporasi pada Kuartal I-2024 Meningkat

Survei BI: Kebutuhan Pembiayaan Korporasi pada Kuartal I-2024 Meningkat

Whats New
Stranas Bisnis dan HAM, Upaya Pemerintah Lindungi Pekerja dalam Praktik Bisnis

Stranas Bisnis dan HAM, Upaya Pemerintah Lindungi Pekerja dalam Praktik Bisnis

Whats New
Soal Boks Mainan Megatron 'Influencer' Rusak, Ini Penjelasan Bea Cukai dan DHL

Soal Boks Mainan Megatron "Influencer" Rusak, Ini Penjelasan Bea Cukai dan DHL

Whats New
Kredit Bank Jatim Naik 18,7 Persen Sepanjang Kuartal I-2024

Kredit Bank Jatim Naik 18,7 Persen Sepanjang Kuartal I-2024

Whats New
Menteri Trenggono Akui Sulit Cegah Penyelundupan Benih Lobster

Menteri Trenggono Akui Sulit Cegah Penyelundupan Benih Lobster

Whats New
Ormas Bakal Bisa Kelola Izin Tambang, Ini Alasan Bahlil

Ormas Bakal Bisa Kelola Izin Tambang, Ini Alasan Bahlil

Whats New
TRIS Bakal Bagikan Dividen Final, Simak Besarannya

TRIS Bakal Bagikan Dividen Final, Simak Besarannya

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com