JAKARTA, KOMPAS.com - 89 tahun lalu, seorang anak bernama Sukamdani Sahid Gitosardjono lahir di tengah kondisi keluarganya yang sederhana daerah Solo, Jawa Tengah, tepatnya pada 14 Maret 1928. Sedari kecil, dia terbiasa membantu keluarganya mencari nafkah dengan ikut mengambil bagian dari pekerjaan ayah dan ibunya.
Dikutip dari laman ciputraceo.net, Sahid kecil diceritakan sering ikut menjajakan barang dagangan orangtuanya. Saat itu, keluarga Sahid memiliki usaha warung kelontong kecil-kecilan.
Setiap Sahid kecil menjual barang dagangan orangtuanya, dia diberi bagian berupa persenan dari total hasil dagangannya yang laku. Meski sudah merasakan mendapatkan uang sejak kecil, Sahid lebih memilih untuk menabung uangnya sedikit demi sedikit ketimbang dipakai untuk jajan.
Setelah uangnya terkumpul, Sahid membeli ayam untuk dipelihara. Tidak sampai di situ, setelah dia bisa membeli beberapa ekor ayam, Sahid menjualnya lalu membeli kambing dengan berharap keuntungan yang lebih besar dari sana.
Baca juga : Pengusaha Nasional Sukamdani Sahid Meninggal Dunia
Ketika menginjak usia remaja, Sahid semakin memperlihatkan jiwa bisnisnya sekaligus membantu tentara yang kala itu berjuang merebut kemerdakaan tahun 1945. Dia mengumpulkan kain batik untuk ditukar dengan beras, lalu beras itu diberikan kepada tentara yang kekurangan stok bahan makanan.
Seiring berjalannya waktu, Sahid berkesempatan untuk bekerja di Departemen Dalam Negeri. Namun, itu tidak berlangsung lama karena dia pada akhirnya memutuskan untuk merintis usahanya sendiri, yaitu usaha percetakan.
Bisnis percetakan Sahid kala itu bisa berkembang karena kebutuhan pemerintah akan jasa percetakan sangat besar, mengingat Ibu Kota dipindahkan dari Yogyakarta ke Jakarta. Perpindahan Ibu Kota membuat banyak dokumen yang harus dicetak sehingga usaha Sahid perlahan semakin besar.
Saat masih menjalankan bisnis percetakan, Sahid disebut sering bepergian ke luar kota. Pada satu waktu, Sahid muda pernah menginap cukup lama di sebuah hotel di Medan, Sumatera Utara, untuk kepentingan pekerjaan.
Baca juga : Wapres Jusuf Kalla Melayat Sukamdani Sahid
Dia pun terpikir, jika bisa menjalankan bisnis penginapan atau perhotelan, kelihatannya akan menjanjikan. Terlebih, saat itu pengusaha hotel belum terlalu banyak, sehingga Sahid tanpa ragu mengumpulkan modal dari bisnis percetakannya lalu merintis bisnis perhotelan.
Sahid pun membangun hotel pertamanya di Solo, yang kemudian semakin berkembang lagi sampai dia membentuk jaringan hotel di bawah naungan Sahid Group. Bisnis hotelnya masih eksis sampai saat ini, dan menjadi salah satu grup hotel besar di Indonesia.
Sosok Sahid tetap akan dikenang, baik inspirasi dalam berbisnis hingga moto-moto hidupnya selama ini. Salah satu moto yang terkenal adalah ucapan Sahid yang berbunyi, "Saya tak pernah berputus asa. Mengerjakan sesuatu selalu sampai tuntas".
Sahid berpulang pada Kamis (21/12/2017) pukul 09.15 WIB. Jenazah Sahid dimandikan di Sahid Sahirman Memorial Hospital, Jakarta Pusat.
Kemudian, jenazah dishalatkan oleh keluarga di Masjid Sahid, Grand Hotel Sahid Jaya. Setelah itu, jenazah disemayamkan di rumah duka, Jl. Imam Bonjol No 50, Jakarta Pusat dan rencananya akan dimakamkan di Pondok Pesantren Modern Sahid, Jalan Dasuki Bakri Kilometer 6, Kecamatan Pamijahan, Bogor, hari ini.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.