Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 15/02/2018, 11:30 WIB
Sakina Rakhma Diah Setiawan,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

Sumber CNET

NEW YORK, KOMPAS.com - Melonjaknya harga mata uang virtual seperti bitcoin dan lainnya memang berhasil menciptakan sederetan miliarder baru. Namun demikian, akhir-akhir ini harga mata uang virtual juga sangat berfluktuasi hingga sempat turun tajam.

Mengutip CNet.com, Kamis (15/2/2018), saat ini ada setidaknya lebih dari 1.500 jenis mata uang virtual yang beredar di dunia. Tidak hanya bitcoin, ripple, atau ethereum, ada pula semisal Dogecoin, PinkDog, hingga Californium.

Banyak pihak memandang mata uang virtual merupakan sebuah aset layaknya emas. Akan tetapi, tidak sedikit pula pihak yang memperingatkan risiko mata uang virtual lantaran menjadi sarana tindak kejahatan.

Mata uang virtual adalah metode pembayaran yang kerap dipilih oleh para peretas yang membahayakan komputer di seluruh dunia.

Baca juga : Regulator Uni Eropa: Mata Uang Virtual Tak Cocok untuk Investasi

 

Para peretas juga menciptakan malware yang seolah seperti aplikasi mata uang virtual, mengelabui mereka yang tersihir tren untung bitcoin dan kawan-kawan.

"(Mata uang) virtual biasanya digunakan untuk sesuatu yang ilegal. Diestimasikan 99 persen kegiatan ilegal menggunakan mata uang virtual," kata Steve McGregory, direktur intelijen aplikasi di perusahaan keamanan Ixia.

Ketika mata uang virtual telah menjelma menjadi instrumen investasi baru yang kian populer, maka ini menjadi pintu kesempatan bagi peretas dan pelaku kejahatan siber untuk mengeksploitasinya.

Periset kejahatan siber di perusahaan keamanan Digital Shadows Rick Holland mengungkapkan, dengan berkembangnya mata uang virtual, saat ini ada banyak cara untuk menjaring korban kejahatan.

"Dengan mata uang virtual, saat ini seperti memilih petualangan Anda sendiri," jelas Holland.

Alasan mata uang virtual saat ini menjadi bentuk mata uang yang dipercaya dan bernilai memiliki aspek yang sama bahwa instrumen tersebut menjadi aset yang bernilai pula bagi pelaku kejahatan siber, yang ingin memperoleh uang dari tindakan mereka.

Kompas TV Situs jejaring sosial Facebook resmi melarang penayangan iklan uang virtual seperti Bitcoin. Facebook menilai iklan Bitcoin cenderung menyesatkan konsumen.


Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Waspada Modus Penipuan Keuangan Baru yang Mengincar Masyarakat pada 2024

Waspada Modus Penipuan Keuangan Baru yang Mengincar Masyarakat pada 2024

Whats New
Menkominfo: Jurnalistik Harus Investigasi, Masa Harus Dilarang...?

Menkominfo: Jurnalistik Harus Investigasi, Masa Harus Dilarang...?

Whats New
Maskapai Emirates Buka Lowongan Kerja di Jakarta, Lulusan SMA Bisa Daftar

Maskapai Emirates Buka Lowongan Kerja di Jakarta, Lulusan SMA Bisa Daftar

Whats New
Didukung Konsumsi yang Tinggi, Prospek Bisnis Distribusi Beras Dinilai Makin Cerah

Didukung Konsumsi yang Tinggi, Prospek Bisnis Distribusi Beras Dinilai Makin Cerah

Whats New
PGN Lunasi Utang Obligasi Dollar AS Pada 2024

PGN Lunasi Utang Obligasi Dollar AS Pada 2024

Whats New
Sandiaga: Investasi di Sektor Parekraf Capai Rp 11 Triliun di Kuartal I 2024

Sandiaga: Investasi di Sektor Parekraf Capai Rp 11 Triliun di Kuartal I 2024

Whats New
Kelas 1,2,3 Diganti Jadi KRIS, Ini Penjelasan Dirut BPJS Kesehatan

Kelas 1,2,3 Diganti Jadi KRIS, Ini Penjelasan Dirut BPJS Kesehatan

Whats New
Harga Bahan Pokok Selasa 14 Mei 2024 Mayoritas Naik

Harga Bahan Pokok Selasa 14 Mei 2024 Mayoritas Naik

Whats New
Pendaftaran Sekolah Kedinasan Dibuka Besok Lewat SSCASN

Pendaftaran Sekolah Kedinasan Dibuka Besok Lewat SSCASN

Whats New
Lowongan Kerja Astra Honda Motor, Ini Posisi dan Persyaratannya

Lowongan Kerja Astra Honda Motor, Ini Posisi dan Persyaratannya

Work Smart
Harga Emas Terbaru 14 Mei 2024 di Pegadaian

Harga Emas Terbaru 14 Mei 2024 di Pegadaian

Spend Smart
Perilaku Petugas Penagihan 'Fintech Lending' Paling Banyak Diadukan Masyarakat

Perilaku Petugas Penagihan "Fintech Lending" Paling Banyak Diadukan Masyarakat

Whats New
Imbas Kasus Kekerasan, Kemenhub Tidak Buka Penerimaan Taruna Baru STIP Jakarta Tahun Ini

Imbas Kasus Kekerasan, Kemenhub Tidak Buka Penerimaan Taruna Baru STIP Jakarta Tahun Ini

Whats New
Sri Mulyani Lagi-lagi Bertemu Pimpinan Bea Cukai, Bahas Keluhan Masyarakat

Sri Mulyani Lagi-lagi Bertemu Pimpinan Bea Cukai, Bahas Keluhan Masyarakat

Whats New
Mengapa Malaysia dan Singapura Hambat Industri Semikonduktor Indonesia?

Mengapa Malaysia dan Singapura Hambat Industri Semikonduktor Indonesia?

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com