Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

BI: Tak Ada Risiko Rupiah Melemah ke Rp 15.000 per Dollar AS

Kompas.com - 14/03/2018, 17:35 WIB
Pramdia Arhando Julianto,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Kepala Departemen Pengelolaan Moneter Bank Indonesia (BI) Doddy Zulverdi menegaskan, pihaknya tidak melihat adanya potensi nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat (AS) terus melemah hingga mencapai Rp 15.000 per dollar AS.

Menurut dia, dari sisi domestik, kondisi ekonomi makro masih menopang nilai tukar rupiah terhadap dollar AS.

"Tidak melihat risiko ke arah sana, dari sisi nilai tukar. Dengan kondisi fundamental sekarang, berapapun angka psikologis yang muncul, secara fundamental, tidak akan terjadi," ujar Doddy saat konferensi pers di Kantor Pusat Bank Indonesia, Jakarta, Rabu (14/3/2018).

Dia mengatakan, saat ini nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat (AS) mulai menunjukan tren penguatan akibat sentimen global mulai berkurang. "Pagi ini kembali menguat Rp 13.730 sekitar itu kisarannya, tentu kami berupaya agar tren positif ini terus bertahan sesuai fundamental," ungkap Doddy.

Baca juga: Rupiah Diramal Melemah hingga Rp 15.000 Per Dollar AS, Ini Komentar Gubernur BI

Dia menilai, fluktuasi nilai tukar rupiah yang terjadi belakangan ini lebih dipengaruhi oleh faktor eksternal, mulai dari Presiden AS, Donald Trump, yang mengeluarkan kebijakan tarif bea masuk baja dan alumunium.

Kemudian, ekspektasi pasar global yang memprediksi kenaikan suku bunga bank sentral AS The Fed juga mendorong pelemahan nilai tukar rupiah. Akan tetapi, saat ini berbagai sentimen global tersebut mulai mereda dan membuat pelemahan nilai tukar rupiah cenderung menguat.

Terlebih didukung adanya perkembangan dinamika politik dan ekonomi di AS, seperti rencana Presiden AS, Donald Trump yang akan bertemu dengan Pemimpin Tertinggi Republik Demokratik Rakyat Korea Utara Kim Jong-un. "Kalau ini terjadi, akan positif dan akan membantu mengurangi tekanan rupiah," ujar dia.

Kendati demikian, tren penguatan nilai tukar rupiah terhadap dollar AS saat ini masih dianggap belum sesuai dengan kondisi fundamental dalam negeri.  "Level sekarang itu menurut kami belum sesuai fundamental, mudah-mudahan dapat segera kembali yang sesuai dengan fundamental kita," ucapnya.

Sebelumnya, Lembaga rating Standard and Poor’s (S&P) mengatakan, pelemahan rupiah ke level Rp 15.000 per dollar Amerika Serikat (AS) perlu diwaspadai.

Mengutip Kontan.co.id, Selasa (13/3/2018), Senior Director Corporate Ratings S&P, Xavier Jean mengatakan, rupiah perlu diawasi jika mencapai level ini. Dia menambahkan, depresiasi bisa berlangsung cepat. Dia mencontohkan pelemahan nilai tukar rupiah pada tahun 2015.

Saat itu, rupiah melemah dari Rp 12.000 ke Rp 15.000 hanya dalam hitungan beberapa bulan. "Kami melihat, level ini akan menimbulkan tekanan finansial bagi banyak perusahaan," kata dia pada saat konferensi pers, Selasa (13/3/2018).

Kompas TV Bank Indonesia memastikan akan terus melakukan stabilisasi rupiah melalui operasi pasar.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Perluasan Sektor Kredit, 'Jamu Manis' Terbaru dari BI untuk Perbankan

Perluasan Sektor Kredit, "Jamu Manis" Terbaru dari BI untuk Perbankan

Whats New
Survei BI: Kebutuhan Pembiayaan Korporasi pada Kuartal I-2024 Meningkat

Survei BI: Kebutuhan Pembiayaan Korporasi pada Kuartal I-2024 Meningkat

Whats New
Stranas Bisnis dan HAM, Upaya Pemerintah Lindungi Pekerja dalam Praktik Bisnis

Stranas Bisnis dan HAM, Upaya Pemerintah Lindungi Pekerja dalam Praktik Bisnis

Whats New
Soal Boks Mainan Megatron 'Influencer' Rusak, Ini Penjelasan Bea Cukai dan DHL

Soal Boks Mainan Megatron "Influencer" Rusak, Ini Penjelasan Bea Cukai dan DHL

Whats New
Kredit Bank Jatim Naik 18,7 Persen Sepanjang Kuartal I-2024

Kredit Bank Jatim Naik 18,7 Persen Sepanjang Kuartal I-2024

Whats New
Menteri Trenggono Akui Sulit Cegah Penyelundupan Benih Lobster

Menteri Trenggono Akui Sulit Cegah Penyelundupan Benih Lobster

Whats New
Ormas Bakal Bisa Kelola Izin Tambang, Ini Alasan Bahlil

Ormas Bakal Bisa Kelola Izin Tambang, Ini Alasan Bahlil

Whats New
TRIS Bakal Bagikan Dividen Final, Simak Besarannya

TRIS Bakal Bagikan Dividen Final, Simak Besarannya

Whats New
Kenaikan BI Rate Tak Beri Dampak Langsung ke Industri Fintech Lending

Kenaikan BI Rate Tak Beri Dampak Langsung ke Industri Fintech Lending

Whats New
Menteri Trenggono Ungkap Ada 5 Perusaahan Vietnam yang Tertarik Investasi Benur

Menteri Trenggono Ungkap Ada 5 Perusaahan Vietnam yang Tertarik Investasi Benur

Whats New
Stagwell Tambahkan Leverate Group ke Program Global Affiliate

Stagwell Tambahkan Leverate Group ke Program Global Affiliate

Whats New
Tertahan Sejak 2022, Bea Cukai Akhirnya Serahkan Alat Belajar SLB ke Pihak Sekolah

Tertahan Sejak 2022, Bea Cukai Akhirnya Serahkan Alat Belajar SLB ke Pihak Sekolah

Whats New
BI Beberkan Perbedaan Kondisi Ekonomi Saat Ini dengan Krisis 1998

BI Beberkan Perbedaan Kondisi Ekonomi Saat Ini dengan Krisis 1998

Whats New
Kemenperin: Indeks Kepercayaan Industri April Melambat Jadi 52,30

Kemenperin: Indeks Kepercayaan Industri April Melambat Jadi 52,30

Whats New
Intip 'Modern'-nya Pasar Tradisional Lebak Budi di Lampung, Usai Tawar Menawar Bayarnya Pakai QRIS

Intip "Modern"-nya Pasar Tradisional Lebak Budi di Lampung, Usai Tawar Menawar Bayarnya Pakai QRIS

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com