Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Daya Serap Pasar Modal melemah dalam 3 Bulan Terakhir

Kompas.com - 15/05/2018, 14:50 WIB
Bambang P. Jatmiko

Editor

Sumber

JAKARTA, KOMPAS.com - Selama tiga bulan terakhir, pasar saham domestik bergerak melemah. Tren ini sejalan dengan turunnya minat perusahaan menghimpun pendanaan dari pasar modal.

Mengacu data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) per 20 April 2018, hanya tiga emiten yang menggelar penawaran umum terbatas (rights issue) dengan nilai Rp 851,04 miliar. Di periode sama tahun lalu, nilai total emisi rights issue mencapai Rp 9,49 triliun.

Namun, pasar saham perdana pada tahun ini lebih ramai dibandingkan setahun lalu. Hingga 14 Mei 2018, nilai emisi initial public offering (IPO) mencapai Rp 3,93 triliun. Adapun nilai emisi IPO setahun lalu senilai Rp 719,68 miliar.

Kepala Riset Narada Kapital Indonesia Kiswoyo Adi Joe berpendapat, pasar yang kurang kondusif menjadi pertimbangan emiten untuk menggalang dana.

"Saat IHSG turun, jika tetap IPO atau rights issue cukup berat karena tidak terserap, maka sebaiknya ditunda saat IHSG bullish," ujar Kiswoyo.

Apalagi, beberapa perusahaan yang IPO tahun ini sempat menurunkan target dana. Kiswoyo pun menilai, momentum terbaik untuk menggalang dana lewat IPO maupun rights issue adalah saat IHSG di kisaran 6.250 hingga 6.500.

Analis Artha Sekuritas, Juan Harahap menyatakan saat pasar tak kondusif. Sehingga, investor lebih selektif memilih investasi.

Hal senada disampaikan pengamat pasar modal Teguh Hidayat. Pasar yang tak kondusif menghambat IPO maupun rights issue. "IHSG saat ini masih stagnan, sejak lima tahun terakhir, agak susah kalau mau jualan saham IPO," ungkap dia.

Teguh mencatat, sejak 2013, tak ada IPO yang mampu menyerap dana dalam jumlah besar.

"Tidak ada IPO yang bisa menggalang dana hingga Rp 11 triliun seperti ADRO pada 2007. Saat itu ekonomi dan pasar bagus, sehingga IPO sangat diminati," tutur dia. Saat ini tren IPO lebih mengarah pada kuantitas emiten ketimbang nilai dananya.

Sementara, Fixed Income Fund Manager Ashmore Asset Management Indonesia Anil Kumar menyebut, minat emiten masih cukup tinggi untuk menerbitkan obligasi di tahun ini.

"Obligasi diminati karena bunganya lebih rendah daripada emiten harus pinjam dana ke bank," kata dia.

Namun, Anil memprediksi imbal hasil obligasi korporasi masih cenderung flat hingga akhir tahun ini. Selain itu, penerbitan obligasi korporasi masih dibayangi sentimen yang juga mempengaruhi obligasi pemerintah.

Faktor eksternal yang menekan rupiah membuat pasar kurang meminati obligasi.

"Pasar punya kemampuan menyerap obligasi, hanya saja kemauan ada atau tidak, saat ini minat pasar pada obligasi pemerintah memudar dan berdampak ke obligasi korporasi," kata Anil. (Dian Sari Pertiwi)

 

Berita ini telah tayang di Kontan.co.id dengan judul: Tiga bulan terakhir, daya serap pasar modal melemah

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Penerimaan Pajak Konsumsi Terkontraksi 16,1 Persen

Penerimaan Pajak Konsumsi Terkontraksi 16,1 Persen

Whats New
Catat, 7 Strategi Punya Rumah untuk Milenial dan Gen Z

Catat, 7 Strategi Punya Rumah untuk Milenial dan Gen Z

Earn Smart
Simak 8 Tips Menabung untuk Beli Rumah

Simak 8 Tips Menabung untuk Beli Rumah

Earn Smart
Melalui Transportasi Laut, Kemenhub Berupaya Wujudkan Konektivitas di Indonesia Timur

Melalui Transportasi Laut, Kemenhub Berupaya Wujudkan Konektivitas di Indonesia Timur

Whats New
Status 17 Bandara Internasional Dihapus, INACA Ungkap Sederet Manfaatnya untuk Penerbangan Nasional

Status 17 Bandara Internasional Dihapus, INACA Ungkap Sederet Manfaatnya untuk Penerbangan Nasional

Whats New
1 Lot Berapa Lembar Saham? Ini Perhitungan Mudahnya

1 Lot Berapa Lembar Saham? Ini Perhitungan Mudahnya

Spend Smart
Jumlah Bandara Internasional Dipangkas, InJourney Airports: Banyak yang Tidak Efisien

Jumlah Bandara Internasional Dipangkas, InJourney Airports: Banyak yang Tidak Efisien

Whats New
Usai Gempa Garut, Pertamina Pastikan SPBU hingga Pangkalan Elpiji di Jabar Aman

Usai Gempa Garut, Pertamina Pastikan SPBU hingga Pangkalan Elpiji di Jabar Aman

Whats New
Kemenkop-UKM Tegaskan Tidak Melarang Warung Madura Beroperasi 24 Jam

Kemenkop-UKM Tegaskan Tidak Melarang Warung Madura Beroperasi 24 Jam

Whats New
BTN Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan D3 dan S1, Simak Kualifikasinya

BTN Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan D3 dan S1, Simak Kualifikasinya

Work Smart
Ada Gempa Garut, Kereta Cepat Whoosh Tetap Beroperasi Normal

Ada Gempa Garut, Kereta Cepat Whoosh Tetap Beroperasi Normal

Whats New
Akhirnya, Bea Cukai Bebaskan Bea Masuk Alat Belajar SLB yang Tertahan Sejak 2022

Akhirnya, Bea Cukai Bebaskan Bea Masuk Alat Belajar SLB yang Tertahan Sejak 2022

Whats New
Sri Mulyani Minta Ditjen Bea Cukai Perbaiki Layanan Usai 3 Keluhan Terkait Pelayanan Viral di Medsos

Sri Mulyani Minta Ditjen Bea Cukai Perbaiki Layanan Usai 3 Keluhan Terkait Pelayanan Viral di Medsos

Whats New
Menuju Indonesia Emas 2045, Pelaku Usaha Butuh Solusi Manajemen SDM yang Terdigitalisasi

Menuju Indonesia Emas 2045, Pelaku Usaha Butuh Solusi Manajemen SDM yang Terdigitalisasi

Whats New
Jadi Sorotan, Ini 3 Keluhan Warganet soal Bea Cukai yang Viral Pekan Ini

Jadi Sorotan, Ini 3 Keluhan Warganet soal Bea Cukai yang Viral Pekan Ini

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com