Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tahun 2018, Rupiah Bergerak di Kisaran Rp 13.800 hingga Rp 14.000

Kompas.com - 26/05/2018, 11:45 WIB
Mutia Fauzia,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Rupiah sepanjang tahun ini diprediksi berada di kisaran Rp 13.800 hingga Rp 14.100 per dollar AS.

Hal ini didorong oleh perubahan suku bunga acuan sebanyak 25 basis point (bps), ekspektasi bahwa suku bunga acuan akan naik lagi sebanyak 25 bps, dan terjadinya pergeseran nilai di pasar obligasi.

Berbagai kondisi tersebut, menurut Chief Economist Bank CIMB Niaga Adrian Panggabean, menggeser rerata rupiah yang diprediksi Rp 13.550 per dollar AS sepanjang tahun 2018, saat ini menjadi Rp 13.850 perdollar AS.

"Ekspektasi terhadap rentang rupiah yang baru pun diaksentuasi oleh memburuknya neraca perdagangan di sepanjang bulan Januari-April 2018. Dari sudut Neraca Pembayaran, tekanan jual di pasar saham juga menyebabkan

Pergeseran persepsi terhadap besaran Neraca Finansial (Financial Account) dalam Balance of Payment Indonesia, terangnya melalui keterangan pers yang diberikan kepada Kompas.com, Jumat (25/5/2018).

Namun, dinamika perekonomian saat ini, menurutnya tidak akan menggeser prediksi tekanan inflasi di sisa tahun 2018. Rata-rata inflasi sepanjang tahun 2018 hanya akan bergerak di kisaran 3,5 persen hingga 3,6 persen.

"Bahkan bila kami asumsikan pemerintah menaikkan harga BBM dalam negeri sebesar 5 persen, rerata inflasi headline di 2018 hanya bergerak dari 3,5 persen menjadi 3,6," jelas dia.

Peningkatan suku bunga yang dilakukan oleh BI dirasa kurang tepat, karena kala itu perekonomian Indonesia masih belum cukup siap dari segi potensi yang dimiliki. Target pertumbuhan kredit pun menjadi bergeser, dari 9 persen menjadi 8,5 persen.

Naiknya sukubunga juga diperkirakan berpengaruh pada aktivitas di pasar modal. Angka pertumbuhan produksi industri (industrial production index), yang di kuartal 1 2018 masih di kisaran 5 persen, nampaknya akan masih berada di kisaran yang sama di kuartal 2 2018 ini. Kesemuanya itu pada gilirannya akan berpengaruh pada laju pertumbuhan investasi dalam PDB.

"Rerata bergerak-enam-bulan (6-month moving average) dari retail sales index Indonesia nampaknya sulit mencapai angka 6 persen bahkan sampai penghujung tahun 2018, sebagiannya diterangkan oleh prospek melemahnya tingkat keyakinan konsumen sebagai dampak langsung dari pelemahan rupiah," lanjut Adrian.

Adrian juga menjelaskan, keputusan BI untuk meningkatkan suku bunga sebanyak 25 bps saat inflasi masih dibawah target kebijakan moneter, ditambah dengan masih lemahnya pertumbuhan ekonomi di kuartal 1 2018, kemudian direspon oleh pasar obligasi dengan aksi jual yang pada gilirannya menjadi pemicu tekanan terhadap rupiah.

"Beberapa hari yang lalu, misalnya, IDR sempat melewati angka 14.200 per USD," ujar dia.

Selain itu, dengan merujuk pada dinamika produksi serta pergerakan konsumsi di lapangan, dan juga depresiasi rupiah yang kemudian memicu naiknya suku bunga oleh BI, prediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia di 2018 pun bergeser dari 5,2 persen menjadi 5,1 persen.

Sebagai informasi, berbagai pergeseran yang terjadi dalam proyeksi perekonomian Indonesia ini dipengaruhi oleh perubahan yang terjadi di tataran global.

Seperti, keluarnya Amerika Serikat dari “Kesepakatan Iran” yang telah menyebabkan bergolaknya harga minyak dunia dan kemungkinan terjadinya 3 kali lagi kenaikan Fed Funds Rate (suku bunga acuan AS) di tahun 2018 yang memicu penguatan kurs dollar AS (DXY) lebih lanjut.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Soarl Rencana Kenaikan Tarif KRL, Anggota DPR: Jangan Sampai Membuat Penumpang Beralih...

Soarl Rencana Kenaikan Tarif KRL, Anggota DPR: Jangan Sampai Membuat Penumpang Beralih...

Whats New
Menteri ESDM Pastikan Perpanjangan Izin Tambang Freeport Sampai 2061

Menteri ESDM Pastikan Perpanjangan Izin Tambang Freeport Sampai 2061

Whats New
Pertumbuhan Ekonomi 5,11 Persen, Sri Mulyani: Indonesia Terus Tunjukan 'Daya Tahannya'

Pertumbuhan Ekonomi 5,11 Persen, Sri Mulyani: Indonesia Terus Tunjukan "Daya Tahannya"

Whats New
“Wanti-wanti” Mendag Zulhas ke Jastiper: Ikuti Aturan, Kirim Pakai Kargo

“Wanti-wanti” Mendag Zulhas ke Jastiper: Ikuti Aturan, Kirim Pakai Kargo

Whats New
Astra Honda Motor Buka Lowongan Kerja untuk D3-S1, Simak Kualifikasinya

Astra Honda Motor Buka Lowongan Kerja untuk D3-S1, Simak Kualifikasinya

Work Smart
Jadwal Lengkap Perjalanan Ibadah Haji 2024

Jadwal Lengkap Perjalanan Ibadah Haji 2024

Whats New
Kasus SPK Fiktif Rugikan Rp 80 Miliar, Kemenperin Oknum Pegawai yang Terlibat

Kasus SPK Fiktif Rugikan Rp 80 Miliar, Kemenperin Oknum Pegawai yang Terlibat

Whats New
Laba Bersih Avrist Assurance Tumbuh 18,3 Persen pada 2023

Laba Bersih Avrist Assurance Tumbuh 18,3 Persen pada 2023

Whats New
Mendag Zulhas Usul HET Minyakita Naik Jadi Rp 15.000 Per Liter

Mendag Zulhas Usul HET Minyakita Naik Jadi Rp 15.000 Per Liter

Whats New
Marak Modus Penipuan Undangan Lowker, KAI Imbau Masyarakat Lebih Teliti

Marak Modus Penipuan Undangan Lowker, KAI Imbau Masyarakat Lebih Teliti

Whats New
Vira Widiyasari Jadi Country Manager Visa Indonesia

Vira Widiyasari Jadi Country Manager Visa Indonesia

Rilis
Ada Bansos dan Pemilu, Konsumsi Pemerintah Tumbuh Pesat ke Level Tertinggi Sejak 2006

Ada Bansos dan Pemilu, Konsumsi Pemerintah Tumbuh Pesat ke Level Tertinggi Sejak 2006

Whats New
Peringati Hari Buruh 2024, PT GNI Berikan Penghargaan Kepada Karyawan hingga Adakan Pertunjukan Seni

Peringati Hari Buruh 2024, PT GNI Berikan Penghargaan Kepada Karyawan hingga Adakan Pertunjukan Seni

Whats New
Kemenperin Harap Produsen Kembali Perkuat Pabrik Sepatu Bata

Kemenperin Harap Produsen Kembali Perkuat Pabrik Sepatu Bata

Whats New
IHSG Naik Tipis, Rupiah Menguat ke Level Rp 16.026

IHSG Naik Tipis, Rupiah Menguat ke Level Rp 16.026

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com