Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Industri Syariah Diyakini Bisa Pangkas Defisit Neraca Perdagangan

Kompas.com - 25/07/2018, 12:30 WIB
Ambaranie Nadia Kemala Movanita ,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional Bambang Brodjonegoro menganggap keuangan syariah di Indonesia masih memiliki porsi yang kecil.

Walaupun sudah mulai banyak perbankan, asuransi, dan multifinance syariah, namun total asetnya hanya 5 persen dari total aset perbankan. Menurut dia, kondisi ini bisa diperbaiki dengan mendorong industri syariah.

"Salah satu penyebab sektor keuangan syariah belum seperti yang diharapkan karena sektor riil terafiliasi syariah belum berkembang baik," kata Bambang di kantor Bappenas, Jakarta, Rabu (25/7/2018).

Salah satu fokus masalah keuangan di Indonesia adalah neraca pembayaran. Hingga Juni 2018, neraca menunjukkan defisit di mana ekspor lebih besar daripada impor. Menurut dia, industri syariah bisa menjadi salah satu solusi untuk menyeimbangkan neraca perdagangan. Pelaku usaha bisa menggenjot produk dan jasa industri syariah agar bisa meningkatkan ekspor.

"Industri syariah harus punya kontribusi. Bagaimana halal industry bisa membantu mengurangi defisit? Intinya meningkatkan produk ekspor halal dan jasa halal," kata Bambang.

Produk halal yang dimaksud bisa berupa bahan makanan, vaksin, obat, kosmetik, hingga produk hewani. Produk-produk tersebut, kata Bambang, termasuk industri skala besar.

"Kalau kita fokus di halal product, ini bisa jadi harapan halal produk bisa memperbaiki defisit," lanjut dia.

Meski begitu, tujuan ekspor produk halal Indonesia masih terpaku pada pasar dengan negara-negara yang tingkat perekonomiannya tinggi. Hal ini membuat persaingan dagang cukup sulit. Sementara ekspor ke negara-negara islam yang tergabung dalam organisasi negara islam dunia, masih sangat kecil.

Menurut Bambang, pelaku usaha industri syariah sebaiknya melebarkan pasar ke negara-negara seperti Pakistan, Arab, dan mesri dalam memasarkan produk halalnya.

Pemerintah tak hanya mendorong ekspor berupa sumber daya alam, tapi juga bahan olahan. Namun, permasalahan terjadi saat mleihat angka impor produk halal lebih besar daripada ekapornya.

"Busana muslimah ternyata tidak didominasi produk kita, tapi impor. Meski sudah ada produsen kita yg ekspor," kata Bambang.

Ke depannya, pemerintah berharap pelaku usaha memperluas pasar ekspor produk halal. Menurut Bambang, negara yang banyak penduduknya beragama Islam seperti Asia Tengah, Asia Timur, hingga Eropa yang umat muslimnya cukup besar bisa jadi sasaran yang tepat.

"Afrika bisa jadi the future market, jangan underestimate Afrika karena penduduknya audah 1 miliar, 40 persennya muslim," kata Bambang.

"Kita harus tahu mau ke mana ekspor dan apa yang kita jual ke sana," lanjut dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com