Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
KILAS EKONOMI

Cerita Mentan Tentang Buwas yang Buat Pertanian Jadi Lebih Gesit

Kompas.com - 01/08/2018, 21:18 WIB
Mikhael Gewati,
Sri Noviyanti

Tim Redaksi

BREBES, KOMPAS.com - Menteri pertanian Andi Amran Sulaiman menjelaskan perubahan yang terjadi di kementeriannya sejak Budi Waseso alias Buwas menjabat sebagai Direktur Utama Badan Urusan Logistik (Bulog).

"Kalau dahulu kita mesti rapat terus. Tiap dua minggu untuk membahas masalah pertanian (serapan produk pertanian dan mafia pangan)," ujar Amran dalam acara pelepasan 5.600 ton ekspor bawang merah di Gudang bawang PT Revi Makmur Sentosa, Klampok, Brebes, Jawa Tengah, Rabu(1/8/2018).  

Sementara itu, kalau sekarang, lanjut Amran, dirinya tinggal infokan ke Buwas (panggilan akrab Budi Waseso) terkait masalah yang ada. Nanti dengan sendirinya dia langsung selesaikan sehingga intensitas rapat dengan Bulog sekarang ini berkurang drastis.

Tak hanya itu, almamater Universitas Hassanudin, Makassar ini juga memuji kinerja Bulog dalam menyerap hasil panen petani. Mentan mencontohkan beras, kalau stok komoditas tersebut saat ini aman bahkan melebihi kapasitas gudang Bulog sendiri.

"Stok beras nasional di gudang Bulog ada sekitar 2 juta ton dan itu aman untuk tahun ini. Bahkan karena sudah kelebihan kapasitas rencana Bulog akan menggunakan gudang-gudang TNI sebagai tempat penyimpanan serapan beras petani," ujar Amran.

Kolaborasi berantas mafia pangan

Dalam kesempatan itu, Amran pun memperingatkan oknum-oknum nakal yang ingin melakukan impor komoditas pangan demi kepentingan kelompok atau diri sendiri agar siap-siap berhadapan dengan hukum. 

Direktur Utama Bulog Budi Waseso sedang menyampaikan pidato dalam acara pelepasan ekspor 5.600 ton bawang merah ke Thailand di Klompak, Wanasari, Brebes Jawa Tengah, Rabu (1/8/2018).Dok Humas Kementerian Pertanian Direktur Utama Bulog Budi Waseso sedang menyampaikan pidato dalam acara pelepasan ekspor 5.600 ton bawang merah ke Thailand di Klompak, Wanasari, Brebes Jawa Tengah, Rabu (1/8/2018).

Mentan mengatakan saat ini sudah ada sekitar 390-400 orang yang dijadikan tersangka karena melakukan impor komoditas pertanian secara ilegal. Sementara itu, yang sedang menjalani  proses hukum sudah mencapai sekitar 700 orang.

Dia kemudian menginformasikan bahwa saat ini total sudah ada 15 perusahaan yang di black list karena melakukan impor. Lima perusahaan bahkan sudah ditutup karena mengimpor bawang merah.

Adapun Buwas yang juga hadir dalam acara tersebut mengatakan sebagai negara agraris Indonesia harus mengeskpor komoditas pertaniannya bukan sebaliknya. 

"Ini soal harga diri sebagai negara agraris. Jadi Indonesia harus ekspor bukan impor," kata dia.

Buwas kemudian berpesan agar komunikasi antara petani dan pemerintah harus kuat. Ini perlu agar Bulog bisa berperan secara maksimal.

Jadi jika ada komoditas pertanian jatuh, dalam hal ini bawang, maka Bulog akan menyerap hasil panen bawang dengan harga yang menguntungkan.

"Kita harus menjaga petani, karena tanpa mereka, kita semua tidak bisa hidup. Sebab dari tangan-tangan merekalah kita bisa makan," tutup Buwas.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Harga Emas ANTAM: Detail Harga Terbaru Pada Minggu 28 April 2024

Harga Emas ANTAM: Detail Harga Terbaru Pada Minggu 28 April 2024

Spend Smart
Harga Emas Terbaru 28 April 2024 di Pegadaian

Harga Emas Terbaru 28 April 2024 di Pegadaian

Spend Smart
Investasi Aman, Apa Perbedaan SBSN dan SUN?

Investasi Aman, Apa Perbedaan SBSN dan SUN?

Work Smart
Harga Bahan Pokok Minggu 28 April 2024, Harga Daging Ayam Ras Naik

Harga Bahan Pokok Minggu 28 April 2024, Harga Daging Ayam Ras Naik

Whats New
SILO Layani Lebih dari 1 Juta Pasien pada Kuartal I 2024

SILO Layani Lebih dari 1 Juta Pasien pada Kuartal I 2024

Whats New
Bulog Diminta Lebih Optimal dalam Menyerap Gabah Petani

Bulog Diminta Lebih Optimal dalam Menyerap Gabah Petani

Whats New
Empat Emiten Bank Ini Bayar Dividen pada Pekan Depan

Empat Emiten Bank Ini Bayar Dividen pada Pekan Depan

Whats New
[POPULER MONEY] Sri Mulyani 'Ramal' Ekonomi RI Masih Positif | Genset Mati, Penumpang Argo Lawu Dapat Kompensasi 50 Persen Harga Tiket

[POPULER MONEY] Sri Mulyani "Ramal" Ekonomi RI Masih Positif | Genset Mati, Penumpang Argo Lawu Dapat Kompensasi 50 Persen Harga Tiket

Whats New
Ketahui, Pentingnya Memiliki Asuransi Kendaraan di Tengah Risiko Kecelakaan

Ketahui, Pentingnya Memiliki Asuransi Kendaraan di Tengah Risiko Kecelakaan

Spend Smart
Perlunya Mitigasi Saat Rupiah 'Undervalued'

Perlunya Mitigasi Saat Rupiah "Undervalued"

Whats New
Ramai Alat Belajar Siswa Tunanetra dari Luar Negeri Tertahan, Bea Cukai Beri Tanggapan

Ramai Alat Belajar Siswa Tunanetra dari Luar Negeri Tertahan, Bea Cukai Beri Tanggapan

Whats New
Sri Mulyani Jawab Viral Kasus Beli Sepatu Rp 10 Juta Kena Bea Masuk Rp 31 Juta

Sri Mulyani Jawab Viral Kasus Beli Sepatu Rp 10 Juta Kena Bea Masuk Rp 31 Juta

Whats New
Sri Mulyani Jelaskan Duduk Perkara Alat Belajar Tunanetra Milik SLB yang Ditahan Bea Cukai

Sri Mulyani Jelaskan Duduk Perkara Alat Belajar Tunanetra Milik SLB yang Ditahan Bea Cukai

Whats New
Apa Itu Reksadana Terproteksi? Ini Pengertian, Karakteristik, dan Risikonya

Apa Itu Reksadana Terproteksi? Ini Pengertian, Karakteristik, dan Risikonya

Work Smart
Cara Transfer BNI ke BRI lewat ATM dan Mobile Banking

Cara Transfer BNI ke BRI lewat ATM dan Mobile Banking

Spend Smart
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com