Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ekonom: Kebijakan Populis Jadi Faktor Pelemahan Rupiah

Kompas.com - 06/08/2018, 20:46 WIB
Mutia Fauzia,
Sakina Rakhma Diah Setiawan

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Kondisi rupiah masih terus melemah terhadap dollar AS.

Hingga hari ini, rupiah telah melemah sebesar 6,74 persen terhadap dollar AS sejak awal tahun (year to date/ytd).

Kondisi rupiah yang terus tertekan hingga kuartal II tahun 2018 dari awal tahun ini  disebabkan oleh beberapa hal. Chief Economist Bahana TCW Investment Budi Hikmat menilai, salah satu faktor yang cukup berpengaruh terhadap melemahnya rupiah adalah faktor politis.

Pemerintah saat ini dipandang memiliki kebijakan-kebijakan yang lebih populis. Salah satunya diperlihatkan melalui kebijakan subsidi Bahan Bakar Minyak (BBM) ketika Indonesia bukan lagi negara pengekspor minyak dunia.

"Secara political, investor melihat pemerintah sekarang lebih populis. Pemerintah melakukan subsidi BBM ketika kita bukan negara OPEC (Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak)," ujar Budi ketika berkunjung ke kantor Kompas.com, Senin (6/8/2018).

Budi menilai, tidak hanya kebijakan fiskal dan moneter saja yang terus dibenahi untuk dapat menarik investor.

Menurutnya, BI dan pemerintah juga harus memerhatikan kebijakan-kebijakan yang bersifat mendorong perekonomian di dalam negeri seperti pengelolaan sumber daya alam (SDA), pembangunan infrastruktur, dan menggenjot industri manufaktur.

Selain itu, Budi menambahkan, saat ini defisit neraca perdagangan minyak Indonesia saat ini berada pada posisi 24 persen. Setiap subsidi BBM yang diberikan pemerintah, ujar Budi, akan semakin membuat rupiah terdepresiasi.

"Secara strategi, energi dan transportasi kita harus dibenahi. Dari politik populis itu, setiap kali pemerintah memberlakukan subsidi BBM, rupiah terdepresiasi," ujar Budi.

Budi mengatakan, posisi rupiah saat ini sudah terlampau jauh dari level psikologisnya.

"Rupiah sudah undervalued, harusnya enggak selemah itu, di model kita seharusnya Rp 14.2370, sementara saat ini masih sekitar Rp 14.490," sebut dia.

Budi menambahkan, faktor lain yang menyebabkan rupiah melemah terhadap dollar AS pada kuartal II 2018 ini di antaranya adalah faktor musiman pembayaran dividen dalam dollar AS oleh perusahaan-perusahaan Indonesia.

Selain itu, secara siklus saat ini dollar memang sedang menguat, sehingga secara otomatis nilai mata uang negara lain, terutama pasar berkembang seperti Indonesia juga terdampak.

Adapun secara fundamental, Budi menambahkan, defisit neraca perdagangan dan defisit neraca berjalan (current account deficit/CAD) turut berkontribusi dalam pelemahan rupiah.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Mandiri Capital Indonesia Siap Jajaki Pasar Regional dan Global

Mandiri Capital Indonesia Siap Jajaki Pasar Regional dan Global

Whats New
'Buka-bukaan' Menteri KKP soal Aturan Penangkapan Ikan Terukur, Akui Banyak Diprotes

"Buka-bukaan" Menteri KKP soal Aturan Penangkapan Ikan Terukur, Akui Banyak Diprotes

Whats New
Adaro Minerals Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan SMA-S1, Simak Persyaratannya

Adaro Minerals Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan SMA-S1, Simak Persyaratannya

Work Smart
Bos BI Percaya Digitalisasi Bisa Dorong RI jadi Negara Berpenghasilan Menengah Ke Atas

Bos BI Percaya Digitalisasi Bisa Dorong RI jadi Negara Berpenghasilan Menengah Ke Atas

Whats New
Rincian Biaya Admin BRI BritAma 2024 per Bulan

Rincian Biaya Admin BRI BritAma 2024 per Bulan

Spend Smart
BRI Finance Beri Pinjaman sampai Rp 500 Juta dengan Jaminan BPKB

BRI Finance Beri Pinjaman sampai Rp 500 Juta dengan Jaminan BPKB

Whats New
Permintaan Cetakan Sarung Tangan Karet Naik, Kerek Laba MARK 134 Persen pada Kuartal I-2024

Permintaan Cetakan Sarung Tangan Karet Naik, Kerek Laba MARK 134 Persen pada Kuartal I-2024

Whats New
Simak Rincian Kurs Rupiah Hari Ini di CIMB Niaga hingga BCA

Simak Rincian Kurs Rupiah Hari Ini di CIMB Niaga hingga BCA

Whats New
IHSG 'Bullish,' Rupiah Melemah di Awal Sesi

IHSG "Bullish," Rupiah Melemah di Awal Sesi

Whats New
Harga Emas Terbaru 29 April 2024 di Pegadaian

Harga Emas Terbaru 29 April 2024 di Pegadaian

Spend Smart
Detail Harga Emas Antam Senin 29 April 2024

Detail Harga Emas Antam Senin 29 April 2024

Spend Smart
Harga Bahan Pokok Senin 29 April 2024, Harga Ikan Tongkol Naik

Harga Bahan Pokok Senin 29 April 2024, Harga Ikan Tongkol Naik

Whats New
Bagaimana Proyeksi IHSG Hari Ini? Simak Rekomendasi Sahamnya

Bagaimana Proyeksi IHSG Hari Ini? Simak Rekomendasi Sahamnya

Earn Smart
[POPULER MONEY] Kinerja Pegawai Bea Cukai 'Dirujak' Netizen | Gaji dan Tunjangan Pegawai Bea Cukai

[POPULER MONEY] Kinerja Pegawai Bea Cukai "Dirujak" Netizen | Gaji dan Tunjangan Pegawai Bea Cukai

Whats New
[POPULER MONEY] Kinerja Pegawai Bea Cukai 'Dirujak' Netizen | Gaji dan Tunjangan Pegawai Bea Cukai

[POPULER MONEY] Kinerja Pegawai Bea Cukai "Dirujak" Netizen | Gaji dan Tunjangan Pegawai Bea Cukai

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com