Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Korporasi Disarankan Siasati Tren Kenaikan Suku Bunga

Kompas.com - 29/08/2018, 15:41 WIB
Sakina Rakhma Diah Setiawan

Editor

JAKARTA, KOMPAS.com - Korporasi disarankan untuk menyisiati tren kenaikan suku bunga acuan jika ingin melakukan pembiayaan kembali utangnya atau refinancing. Hal ini dilakukan guna menjaga fundamental keuangan perusahaan.

Direktur Strategi dan Kepala Makro Ekonomi, PT Bahana TCW Investment Management Budi Hikmat, mengatakan tren kenaikan suku bunga acuan sangat jelas terlihat. Bank Indonesia (BI) saja sudah menaikkan suku bunga acuan BI 7 Days Repo Rate sebanyak 125 basis poin (bps).

Budi menyarankan, untuk mencari pendanaan sebaiknya korporasi mempercepat dalam menerbitkan fixed rate, sebab di sisi lain investor tentunya bersiaga untuk mencari floating rate. Itu sebabnya dana pasar uang atau money market fund juga menarik bagi investor.

"Kalau saya emiten, tentunya ini menyangkut demand dan supply, daripada cost (biaya) suatu saat naik maka lebih baik issue-nya dipercepat, tinggal masalahnya di credit risk. Perusahaan-perusahaan yang memiliki credit risk baik maka akan dihargai," kata Budi dalam pernyataannya, Rabu (29/8/2018).

Adapun pemerintah atau perusahaan BUMN yang memiliki credit risk bagus, kas yang kuat, serta mampu menjangkau banyak hal pun disarankan memanfaatkannya. Bagi emiten tentu kepentingannya akan lebih baik apabila menerbitkan fixed rate.

Untuk pergerakan suku bunga ke depan, menurut Budi, masih banyak variabel yang menganggu rupiah dari mulai suku bunga acuan yang lebih tinggi, kemudian dollar AS menguat, dan harga energi yang naik, sedangkan kondisi ekspor belum bagus.

BI saat ini berada dalam posisi dilematis, sebut Budi, namun apabila melihat tantangan fiskal baiknya mengutamakan stabilitas sistem keuangan, sehingga harus menaikkan suku bunga.

Kendati demikian, bank sentral juga memberikan stimulus dengan menurunkan Loan to Value (LTV), menurunkan Giro Wajib Minimum (GWM) dan lainnya, serta menyediakan fasilitas swap.

"Ini penting kalau kita melihat kredibilitas bank sentral. Sebab kalau dibandingkan dengan kejadian di Turki dan Argentina, bank sentral kita sudah melakukan kebijakan diferensiasi. Dari situlah market akan melakukan diskriminasi sehingga membeda-bedakan antara negara berkembang yang satu dengan lainnya," ungkap Budi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Harga Saham BBRI 'Nyungsep' 5 Persen, Investor 'Buy' atau 'Hold'?

Harga Saham BBRI "Nyungsep" 5 Persen, Investor "Buy" atau "Hold"?

Whats New
Cara Hapus Daftar Transfer di BCA Mobile

Cara Hapus Daftar Transfer di BCA Mobile

Work Smart
Perkuat Stabilitas Rupiah di Tengah Ketegangan Dunia

Perkuat Stabilitas Rupiah di Tengah Ketegangan Dunia

Whats New
Bantu Industri Hadapi Risiko Geopolitik, PGN Bakal Bangun Hub Optimalkan LNG Lintas Negara

Bantu Industri Hadapi Risiko Geopolitik, PGN Bakal Bangun Hub Optimalkan LNG Lintas Negara

Whats New
Mendag Musnahkan 27.078 Ton Produk Baja Ilegal Milik PT Hwa Hook Steel

Mendag Musnahkan 27.078 Ton Produk Baja Ilegal Milik PT Hwa Hook Steel

Whats New
Survei BI: Penyaluran Kredit Baru Perbankan Tumbuh pada Kuartal I-2024

Survei BI: Penyaluran Kredit Baru Perbankan Tumbuh pada Kuartal I-2024

Whats New
Bangun Ekosistem Hunian Terintegrasi Internet, Perumnas Gandeng Telkomsel

Bangun Ekosistem Hunian Terintegrasi Internet, Perumnas Gandeng Telkomsel

Whats New
Kalog Express Layani Pengiriman 3.186 Ton Barang Selama Lebaran 2024

Kalog Express Layani Pengiriman 3.186 Ton Barang Selama Lebaran 2024

Whats New
Bank Sentral Jepang Pertahankan Suku Bunga

Bank Sentral Jepang Pertahankan Suku Bunga

Whats New
Temukan Jaringan Narkotika di Tangerang, Bea Cukai dan BNNP Banten Musnahkan 21 Kg Sabu

Temukan Jaringan Narkotika di Tangerang, Bea Cukai dan BNNP Banten Musnahkan 21 Kg Sabu

Whats New
Dorong UMKM 'Go Global', Pertamina Kembali Gelar UMK Academy 2024

Dorong UMKM "Go Global", Pertamina Kembali Gelar UMK Academy 2024

Whats New
Mata Uang Polandia Bukan Euro meski Gabung Uni Eropa, Apa Alasannya?

Mata Uang Polandia Bukan Euro meski Gabung Uni Eropa, Apa Alasannya?

Whats New
Bersinergi Bersama, Bea Cukai dan BNN Usut Tuntas 4 Kasus Peredaran Sabu dan Ganja di Jateng

Bersinergi Bersama, Bea Cukai dan BNN Usut Tuntas 4 Kasus Peredaran Sabu dan Ganja di Jateng

Whats New
Dana Asing Rp 29,73 Triliun Cabut dari Indonesia, Ini Kata Sri Mulyani

Dana Asing Rp 29,73 Triliun Cabut dari Indonesia, Ini Kata Sri Mulyani

Whats New
Pelita Air Buka Rute Langsung Jakarta-Kendari, Simak Jadwalnya

Pelita Air Buka Rute Langsung Jakarta-Kendari, Simak Jadwalnya

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com