Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Faisal Basri: Enggak Bakal Menang Kita Kalau Defensif Terus...

Kompas.com - 29/08/2018, 22:43 WIB
Kontributor Amerika Serikat, Andri Donnal Putera,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Ekonom Faisal Basri menyarankan agar pemerintah membuat kebijakan mendorong ekspor lebih agresif atau yang bersifat ofensif ketimbang mengendalikan impor.

Pemerintah melalui Kementerian Keuangan saat ini sedang mengkaji sekitar 900 komoditas impor barang konsumsi untuk dikendalikan dalam rangka mengatasi pelebaran defisit transaksi berjalan yang sempat mencapai 3 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB).

"Strategi pemerintah cenderung defensif. Enggak bakal menang kita kalau defensif terus, mestinya ofensif," kata Faisal dalam sebuah diskusi di Jakarta Pusat, Rabu (29/8/2018).

Menurut Faisal, layaknya pertandingan sepak bola, Indonesia mesti melakukan serangan sebagai bentuk pertahanan terbaik dalam perdagangan internasional.

Baca juga: Faisal Basri Sebut Impor ke Indonesia Serupa Air Bah

Keputusan mengkaji 900-an komoditas impor barang konsumsi dinilai Faisal terlalu defensif dan dampaknya tidak akan seberapa ketimbang fokus untuk memperluas pasar dan diversifikasi produk ekspor.

Dia menyebut, Indonesia bisa saja mengekspor produk unggulannya ke negara-negara kecil yang jika dilihat belum tentu produk dari sana sebanding dengan barang dari Indonesia.

Meski begitu, upaya tersebut dinilai bisa secara perlahan memperkuat posisi Indonesia di perdagangan global, bahkan dapat memanfaatkan produk dari sana untuk diekspor ke negara lain jika tidak berdaya saing bila dipasarkan di dalam negeri.

"Mungkin mereka tidak punya uang, tapi mereka punya produk. Kita ambil, tapi kita tidak perlu produknya, tugaskan PT PPI (Perusahaan Perdagangan Indonesia) cari pasar untuk jual itu," tutur Faisal.

Terlepas dari hal tersebut, Faisal juga mengingatkan supaya pemerintah mendukung pengembangan industri unggulan dalam negeri. Menurut dia, selama ini pelaku industri di Indonesia masih dipersulit dengan berbagai kebijakan dan aturan yang justru mengekang kinerja mereka sehingga tidak bisa mencatatkan ekspor dengan maksimal.

"Industri mamin (makanan minuman), farmasi, itu ujung tombak, tapi diganggu terus. Kemarin UU Sumber Daya Alam, sebelumnya gula rafinasi. Itu kelakuan pemerintah dan DPR, (industri) yang bagus diganggu terus," ujar Faisal.

Selain itu, Faisal turut meminta pemerintah mendorong lagi peran tiap duta besar dalam memasarkan produk Indonesia di negara tempat mereka ditugaskan. Jika semua upaya itu dapat dilakukan, Faisal meyakini ekspor Indonesia akan meningkat yang pada akhirnya defisit transaksi berjalan bisa dikendalikan ke tingkat yang lebih rendah.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com