Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Benarkah Asing Kuasai Sektor Usaha di Indonesia?

Kompas.com - 12/09/2018, 10:37 WIB
Ridwan Aji Pitoko,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Jelang Pemilihan Presiden pada 2019 mendatang, isu yang berkaitan dengan investasi asing kerap muncul. Hal tersebut juga kerap dibumbui dengan narasi yang menyebutkan bahwa banyak perusahaan asing menguasai sumber daya alam Indonesia.

Namun demikian, Ekonom Faisal Basri justru membantah jika investasi di Indonesia didominasi oleh asing. Jumlahnya bahkan tak sampai melebihi lima persen dari pembentukan modal tetap bruto dalam negeri.

"Sentuhan asing di Indonesia sangat kecil. Investasi di Indonesia tidak pernah didominasi oleh asing. Penanaman modal langsung oleh asing atau foreign direct investment (FDI) hanya sekitar 5 persen dari keseluruhan pembentukan modal tetap bruto (gross fixed capital formation/GFCF)," kata Faisal seperti dikutip Kompas.com dari situs pribadinya, Rabu (12/9/2018).

Jumlah FDI Indonesia terhadap GFCF-nya bahkan lebih kecil dari Malaysia yang mencapai tiga kali lipat dari Indonesia. Pun halnya dengan Vietnam yang notabenenya sebagai negara komunis justru jumlah investasi asingnya lebih besar empat kali dibanding Indonesia selama 2011-2016.

Faisal menambahkan, peranan asing dalam pembentukan modal tetap bruto Indonesia jauh di bawah rata-rata Asia sepanjang periode observasi.

Berdasarkan data World Investment Report dan UNCTAD, rerata FDI Indonesia selama 2011-2016 hanya 5,7 persen terhadap GFCF-nya. Sementara rata-rata FDI Asia selama periode sama adalah 6,3 persen terhadap GFCF.

Di sisi lain, jumlah investasi asing terhadap produk domestik bruto di Indonesia justru terus mengalami kenaikan sejak 1990 hingga 2016. Pada rentang waktu 1990-1997 jumlah FDI yang masuk adalah 8,2 persen terhadap PDB dan angka tersebut kemudian melonjak menjadi 24,1 persen pada periode 2011-2016.

"Benar adanya akumulasi penanaman modal asing langsung di Indonesia kian meningkat terhadap PDB. Peningkatan pesat terjadi pada kurun waktu 2011-2016. Sekalipun demikian, tetap saja peranan asing di dalam perekonomian Indonesia tidak setinggi kebanyakan negara tetangga dan hanya lebih tinggi dari Filipina," jelas Faisal.

Lebih lanjut Faisal mengatakan, bukan asing yang mendominasi sektor usaha di Indonesia, melainkan adalah badan usaha milik negara atau BUMN.

Menurut dia, hampir semua sektor dikuasai oleh BUMN atau BUMD. Semua sektor mulai dari listrik, gas, air bersih, pertambangan, minyak mentah, kilang minyak, perbankan, asuransi, konstruksi, bandara, pelabuhan, kereta api, jalan tol, pompa bensin, pupuk, dan konstruksi dikuasai oleh BUMN.

Selain itu, kata Faisal, BUMN juga cukup besar di beberapa jenis usaha seperti garam, semen, baja, semen, gula, perkebunan, penangkapan ikan, maskapai penerbangan, angkutan laut, dan angkutan darat.

"Tak ketinggalan, negara ikut merambah bisnis perhotelan, perdagangan, properti, konsultan bisnis, sekuritas, pusat perbelanjaan, industri kaca, industri perkapalan, dan banyak lagi. Indonesia lambat laut mengarah ke  kapitalisme negara," tutupnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Cara Bayar Pajak Daerah secara Online lewat Tokopedia

Cara Bayar Pajak Daerah secara Online lewat Tokopedia

Spend Smart
Apa Itu 'Cut-Off Time' pada Investasi Reksadana?

Apa Itu "Cut-Off Time" pada Investasi Reksadana?

Earn Smart
Mengenal Apa Itu 'Skimming' dan Cara Menghindarinya

Mengenal Apa Itu "Skimming" dan Cara Menghindarinya

Earn Smart
BRI Beri Apresiasi untuk Restoran Merchant Layanan Digital

BRI Beri Apresiasi untuk Restoran Merchant Layanan Digital

Whats New
Kemenhub Tingkatkan Kualitas dan Kompetensi SDM Angkutan Penyeberangan

Kemenhub Tingkatkan Kualitas dan Kompetensi SDM Angkutan Penyeberangan

Whats New
CGAS Raup Pendapatan Rp 130,41 Miliar pada Kuartal I 2024, Didorong Permintaan Ritel dan UMKM

CGAS Raup Pendapatan Rp 130,41 Miliar pada Kuartal I 2024, Didorong Permintaan Ritel dan UMKM

Whats New
Simak Cara Menyiapkan Dana Pendidikan Anak

Simak Cara Menyiapkan Dana Pendidikan Anak

Earn Smart
HET Beras Bulog Naik, YLKI Khawatir Daya Beli Masyarakat Tergerus

HET Beras Bulog Naik, YLKI Khawatir Daya Beli Masyarakat Tergerus

Whats New
Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Lampaui Malaysia hingga Amerika Serikat

Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Lampaui Malaysia hingga Amerika Serikat

Whats New
KKP Terima 99.648 Ekor Benih Bening Lobster yang Disita TNI AL

KKP Terima 99.648 Ekor Benih Bening Lobster yang Disita TNI AL

Rilis
Di Hadapan Menko Airlangga, Wakil Kanselir Jerman Puji Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

Di Hadapan Menko Airlangga, Wakil Kanselir Jerman Puji Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

Whats New
Soal Rencana Kenaikan Tarif KRL, Anggota DPR: Jangan Sampai Membuat Penumpang Beralih...

Soal Rencana Kenaikan Tarif KRL, Anggota DPR: Jangan Sampai Membuat Penumpang Beralih...

Whats New
Menteri ESDM Pastikan Perpanjangan Izin Tambang Freeport Sampai 2061

Menteri ESDM Pastikan Perpanjangan Izin Tambang Freeport Sampai 2061

Whats New
Pertumbuhan Ekonomi 5,11 Persen, Sri Mulyani: Indonesia Terus Tunjukan 'Daya Tahannya'

Pertumbuhan Ekonomi 5,11 Persen, Sri Mulyani: Indonesia Terus Tunjukan "Daya Tahannya"

Whats New
“Wanti-wanti” Mendag Zulhas ke Jastiper: Ikuti Aturan, Kirim Pakai Kargo

“Wanti-wanti” Mendag Zulhas ke Jastiper: Ikuti Aturan, Kirim Pakai Kargo

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com