Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Benarkah Asing Kuasai Sektor Usaha di Indonesia?

Namun demikian, Ekonom Faisal Basri justru membantah jika investasi di Indonesia didominasi oleh asing. Jumlahnya bahkan tak sampai melebihi lima persen dari pembentukan modal tetap bruto dalam negeri.

"Sentuhan asing di Indonesia sangat kecil. Investasi di Indonesia tidak pernah didominasi oleh asing. Penanaman modal langsung oleh asing atau foreign direct investment (FDI) hanya sekitar 5 persen dari keseluruhan pembentukan modal tetap bruto (gross fixed capital formation/GFCF)," kata Faisal seperti dikutip Kompas.com dari situs pribadinya, Rabu (12/9/2018).

Jumlah FDI Indonesia terhadap GFCF-nya bahkan lebih kecil dari Malaysia yang mencapai tiga kali lipat dari Indonesia. Pun halnya dengan Vietnam yang notabenenya sebagai negara komunis justru jumlah investasi asingnya lebih besar empat kali dibanding Indonesia selama 2011-2016.

Faisal menambahkan, peranan asing dalam pembentukan modal tetap bruto Indonesia jauh di bawah rata-rata Asia sepanjang periode observasi.

Berdasarkan data World Investment Report dan UNCTAD, rerata FDI Indonesia selama 2011-2016 hanya 5,7 persen terhadap GFCF-nya. Sementara rata-rata FDI Asia selama periode sama adalah 6,3 persen terhadap GFCF.

Di sisi lain, jumlah investasi asing terhadap produk domestik bruto di Indonesia justru terus mengalami kenaikan sejak 1990 hingga 2016. Pada rentang waktu 1990-1997 jumlah FDI yang masuk adalah 8,2 persen terhadap PDB dan angka tersebut kemudian melonjak menjadi 24,1 persen pada periode 2011-2016.

"Benar adanya akumulasi penanaman modal asing langsung di Indonesia kian meningkat terhadap PDB. Peningkatan pesat terjadi pada kurun waktu 2011-2016. Sekalipun demikian, tetap saja peranan asing di dalam perekonomian Indonesia tidak setinggi kebanyakan negara tetangga dan hanya lebih tinggi dari Filipina," jelas Faisal.

Lebih lanjut Faisal mengatakan, bukan asing yang mendominasi sektor usaha di Indonesia, melainkan adalah badan usaha milik negara atau BUMN.

Menurut dia, hampir semua sektor dikuasai oleh BUMN atau BUMD. Semua sektor mulai dari listrik, gas, air bersih, pertambangan, minyak mentah, kilang minyak, perbankan, asuransi, konstruksi, bandara, pelabuhan, kereta api, jalan tol, pompa bensin, pupuk, dan konstruksi dikuasai oleh BUMN.

Selain itu, kata Faisal, BUMN juga cukup besar di beberapa jenis usaha seperti garam, semen, baja, semen, gula, perkebunan, penangkapan ikan, maskapai penerbangan, angkutan laut, dan angkutan darat.

"Tak ketinggalan, negara ikut merambah bisnis perhotelan, perdagangan, properti, konsultan bisnis, sekuritas, pusat perbelanjaan, industri kaca, industri perkapalan, dan banyak lagi. Indonesia lambat laut mengarah ke  kapitalisme negara," tutupnya.

https://ekonomi.kompas.com/read/2018/09/12/103700826/benarkah-asing-kuasai-sektor-usaha-di-indonesia

Terkini Lainnya

Merger Tiktok Shop dan Tokopedia Dinilai Ciptakan Model Belanja Baru di Industri Digital

Merger Tiktok Shop dan Tokopedia Dinilai Ciptakan Model Belanja Baru di Industri Digital

Whats New
Lowongan Kerja Perum Damri untuk SMA/SMK, Ini Persyaratan dan Cara Mendaftarnya

Lowongan Kerja Perum Damri untuk SMA/SMK, Ini Persyaratan dan Cara Mendaftarnya

Work Smart
IMF Naikkan Proyeksi Pertumbuhan Asia, Ada Apa?

IMF Naikkan Proyeksi Pertumbuhan Asia, Ada Apa?

Whats New
Tak Mau Kejadian Nasabah Lempar Piring Saat Ditagih Kredit Terulang, PNM Kini Fokus Lindungi Karyawannya

Tak Mau Kejadian Nasabah Lempar Piring Saat Ditagih Kredit Terulang, PNM Kini Fokus Lindungi Karyawannya

Whats New
Bertemu Mendag Inggris, Menko Airlangga Bahas Kerja Sama JETCO dan Energi Bersih

Bertemu Mendag Inggris, Menko Airlangga Bahas Kerja Sama JETCO dan Energi Bersih

Whats New
Sepatu Impor Sudah Diterima Pemilik, Siapa yang Tanggung Denda Rp 24,74 Juta?

Sepatu Impor Sudah Diterima Pemilik, Siapa yang Tanggung Denda Rp 24,74 Juta?

Whats New
BI: Biaya Merchant QRIS 0,3 Persen Tidak Boleh Dibebankan ke Konsumen

BI: Biaya Merchant QRIS 0,3 Persen Tidak Boleh Dibebankan ke Konsumen

Whats New
Pemerintahan Baru Bakal Hadapi 'PR' Risiko Impor dan Subsidi Energi

Pemerintahan Baru Bakal Hadapi 'PR' Risiko Impor dan Subsidi Energi

Whats New
Kinerja Baik APBN pada Triwulan I-2024, Pendapatan Bea Cukai Sentuh Rp 69 Triliun

Kinerja Baik APBN pada Triwulan I-2024, Pendapatan Bea Cukai Sentuh Rp 69 Triliun

Whats New
Hadirkan Fitur Menabung Otomatis, Bank Saqu Siapkan Hadiah 50 Motor Honda Scoopy 

Hadirkan Fitur Menabung Otomatis, Bank Saqu Siapkan Hadiah 50 Motor Honda Scoopy 

Whats New
Bahan Pokok Hari Ini 30 April 2024: Harga Daging Ayam Naik, Cabai Merah Keriting Turun

Bahan Pokok Hari Ini 30 April 2024: Harga Daging Ayam Naik, Cabai Merah Keriting Turun

Whats New
Minta Omnibus Law Dicabut, KSPI Sebut 50.000 Buruh Akan Kepung Istana

Minta Omnibus Law Dicabut, KSPI Sebut 50.000 Buruh Akan Kepung Istana

Whats New
Laba Bersih BSI Naik 17 Persen Jadi Rp 1,71 Triliun pada Kuartal I-2024

Laba Bersih BSI Naik 17 Persen Jadi Rp 1,71 Triliun pada Kuartal I-2024

Whats New
Pertumbuhan Upah Lambat, 29 Persen Pekerja AS Kesulitan Memenuhi Kebutuhan

Pertumbuhan Upah Lambat, 29 Persen Pekerja AS Kesulitan Memenuhi Kebutuhan

Whats New
Strategi BNI di Tengah Tren Kenaikan Suku Bunga dan Inflasi

Strategi BNI di Tengah Tren Kenaikan Suku Bunga dan Inflasi

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke