Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Impor Masih Tinggi, Ini yang Akan Dilakukan Sri Mulyani

Kompas.com - 17/09/2018, 18:30 WIB
Kontributor Amerika Serikat, Andri Donnal Putera,
Sakina Rakhma Diah Setiawan

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengaku telah berkoordinasi dengan menteri dan lembaga terkait untuk menyikapi masih tingginya impor dalam posisi neraca perdagangan Agustus 2018.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca perdagangan Agustus mengalami defisit, di mana penyumbang terbesarnya adalah dari sektor migas.

"Untuk yang migas, (impornya) masih cukup tinggi, sehingga kita mengalami defisit. Oleh karena itu, pelaksanaan untuk B20 dan adanya kenaikan impor dari migas, terutama pada bulan sebelum diberlakukannya B20, kami akan lihat apakah itu suatu tren atau anomali," kata Sri Mulyani usai rapat dengan Komisi XI di DPR RI, Senin (17/9/2018).

Merujuk data BPS, impor secara bulanan (mtm) pada Agustus tercatat turun 7,97 persen dibanding Juli 2018. Total nilai impor Agustus sebesar 16,84 miliar dollar AS dengan rincian impor migas 3,05 miliar dollar AS dan impor nonmigas 13,79 miliar dollar AS.

Namun, jika melihat khusus pada impor migas, posisi bulan Agustus lebih tinggi, meningkat 14,50 persen dari 2,66 miliar dollar AS pada Juli jadi 3,05 miliar dollar AS pada Agustus.

Sementara ekspor (mtm) pun turun sebesar 2,90 persen menjadi 15,82 miliar dollar AS pada Agustus. Rinciannya, 1,38 miliar dollar AS sebagai nilai ekspor migas dan 14,43 miliar dollar AS untuk ekspor nonmigas.

Dengan begitu, secara keseluruhan neraca perdagangan Agustus defisit 1,02 miliar dollar AS. Sedangkan neraca perdagangan migas pada bulan yang sama defisit 1,66 miliar dollar AS.

"Berdasarkan pembahasan dengan para menteri, dari BUMN, ESDM, Menko Perekonomian, juga Pertamina dan Bank Indonesia, kami akan terus menjaga dan melihat perkembangannya ke depan," tutur Sri Mulyani.

Neraca perdagangan sejak awal 2018 lebih banyak mengalami defisit. Untuk posisi Januari hingga Agustus 2018 terdapat defisit 4,09 miliar dollar AS di mana periode yang sama tahun sebelumnya (Januari-Agustus 2017) neraca perdagangan justru surplus sebesar 9,06 miliar dollar AS.

Pemerintah sebelumnya menyatakan berupaya mengembalikan posisi neraca perdagangan agar bisa surplus hingga akhir tahun. Posisi neraca perdagangan penting karena berperan dalam menentukan posisi neraca transaksi berjalan (perdagangan barang dan jasa) yang pada akhirnya mempengaruhi posisi neraca pembayaran.

Perbaikan terhadap posisi neraca pembayaran dibutuhkan salah satunya untuk menguatkan nilai tukar rupiah terhadap mata uang negara lain, termasuk dollar AS. Belakangan ini, nilai tukar terhadap dollar AS masih dalam tren pelemahan, di kisaran Rp 14.800 sampai Rp 14.900.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kebijakan Makroprudensial Pasca-Kenaikan BI Rate

Kebijakan Makroprudensial Pasca-Kenaikan BI Rate

Whats New
Peringati May Day 2024, Forum SP Forum BUMN Sepakat Tolak Privatisasi

Peringati May Day 2024, Forum SP Forum BUMN Sepakat Tolak Privatisasi

Whats New
MJEE Pasok Lift dan Eskalator untuk Istana Negara, Kantor Kementerian hingga Rusun ASN di IKN

MJEE Pasok Lift dan Eskalator untuk Istana Negara, Kantor Kementerian hingga Rusun ASN di IKN

Whats New
Great Eastern Life Indonesia Tunjuk Nina Ong Sebagai Presdir Baru

Great Eastern Life Indonesia Tunjuk Nina Ong Sebagai Presdir Baru

Whats New
Dukung Kemajuan Faskes, Hutama Karya Percepat Pembangunan RSUP Dr Sardjito dan RSUP Prof Ngoerah

Dukung Kemajuan Faskes, Hutama Karya Percepat Pembangunan RSUP Dr Sardjito dan RSUP Prof Ngoerah

Whats New
Bantuan Pangan Tahap 2, Bulog Mulai Salurkan Beras 10 Kg ke 269.000 KPM

Bantuan Pangan Tahap 2, Bulog Mulai Salurkan Beras 10 Kg ke 269.000 KPM

Whats New
Menperin: PMI Manufaktur Indonesia Tetap Ekspansif Selama 32 Bulan Berturut-turut

Menperin: PMI Manufaktur Indonesia Tetap Ekspansif Selama 32 Bulan Berturut-turut

Whats New
Imbas Erupsi Gunung Ruang: Bandara Sam Ratulangi Masih Ditutup, 6 Bandara Sudah Beroperasi Normal

Imbas Erupsi Gunung Ruang: Bandara Sam Ratulangi Masih Ditutup, 6 Bandara Sudah Beroperasi Normal

Whats New
Jumlah Penumpang LRT Jabodebek Terus Meningkat Sepanjang 2024

Jumlah Penumpang LRT Jabodebek Terus Meningkat Sepanjang 2024

Whats New
Hingga Maret 2024, BCA Syariah Salurkan Pembiayaan ke UMKM Sebesar Rp 1,9 Triliun

Hingga Maret 2024, BCA Syariah Salurkan Pembiayaan ke UMKM Sebesar Rp 1,9 Triliun

Whats New
Antisipasi El Nino, Mentan Amran Dorong Produksi Padi NTB Lewat Pompanisasi

Antisipasi El Nino, Mentan Amran Dorong Produksi Padi NTB Lewat Pompanisasi

Whats New
Harga Emas ANTAM: Detail Harga Terbaru pada Jumat 3 Mei 2024

Harga Emas ANTAM: Detail Harga Terbaru pada Jumat 3 Mei 2024

Spend Smart
Keberatan Penetapan Besaran Bea Masuk Barang Impor, Begini Cara Ajukan Keberatan ke Bea Cukai

Keberatan Penetapan Besaran Bea Masuk Barang Impor, Begini Cara Ajukan Keberatan ke Bea Cukai

Whats New
Ada Penyesuaian, Harga Tiket Kereta Go Show Naik per 1 Mei

Ada Penyesuaian, Harga Tiket Kereta Go Show Naik per 1 Mei

Whats New
Simak Rincian Kurs Rupiah Hari Ini di BNI hingga Bank Mandiri

Simak Rincian Kurs Rupiah Hari Ini di BNI hingga Bank Mandiri

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com