Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pengembang Game Lokal Belum Bisa Jadi "Tuan Rumah" di Negeri Sendiri

Kompas.com - 17/09/2018, 19:25 WIB
Putri Syifa Nurfadilah,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Sebagai salah satu sektor kreatif, game memiliki potensi besar untuk berkembang di Indonesia.

Manager Operasional Asosiasi Game Indonesia (AGI) Jan Faris Majd mengatakan, tahun 2017 nilai industri gim di Indonesia mencapai 880 juta dollar AS.

"Di Indonesia itu ada sekitar 44 juta gamers, dan untuk tahun 2017 nilai pasarnya mencapai 880 juta dollar AS," tutur Jan Faris Majd di Jakarta, Senin (17/9/2018).

Angka tersebut terbilang cukup besar untuk perkembangan industri game. Jika melihat data hasil penelitian lembaga riset industri gim global Newzoo, nilai industri game di Indonesia nyatanya kian meningkat dari tahun ke tahun.

Pada 2014 sebesar 181 juta dollar AS, kemudian 2015 sebesar 321 juta dollar AS dan tahun 2016 diangka 600 juta dollar AS.

Melihat pasar industri game di Indonesia yang cukup besar, namun pemain lokal hanya berkontirbusi kurang lebih 1 persen dari keseluruhannya.

"Kondisinya memang cukup menyedihkan, kurang lebih kontribusinya satu persen saja yang bisa dikuasai oleh pengembang gim lokal," ucap Jan.

Tantangan besar bagi pengembang gim lokal untuk jadi "tuan rumah" di negeri yakni karena penerimaan masyarakat yang belum begitu baik terhadap gim-gim hasil buatan anak negeri.

Masyarkat Indoneisa seakan masih menganggap remeh tangan-tangan kreatif gim hasil pengembang lokal. Padahal, gim buatan Indonesia justru punya banyak penggemar di luar negeri, terutama pasar Eropa.

"Hasil gim kita cenderung lebih disukai masyarakat Eropa. Karena mereka lebih menyukai game indie ketimbang gim kelas triple A," tutur Jan.

Dia mengungkapkan, memang saat ini game buatan pengembang Indonesia kelasnya masih banyak yang masih Indie dan belum sampai taraf triple A.

"Ini yang sedang diupayakan oleh AGI dan Bekraf untuk memperkenalkan gim lokal baik ke luar negeri sembari mengedukasi ke masyarakat Indonesia kalau kita bisa kok buat gim yang bagus," tutur Jan.

Melalui berbagai program kerja sama antara AGI dan Bekraf, Jan menginginkan dalam 5-10 tahun mendatang kontribusi pengembang lokal bisa mencapai dua digit.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Sukuk Wakaf Ritel adalah Apa? Ini Pengertian dan Karakteristiknya

Sukuk Wakaf Ritel adalah Apa? Ini Pengertian dan Karakteristiknya

Work Smart
Viral Mainan 'Influencer' Tertahan di Bea Cukai, Ini Penjelasan Sri Mulyani

Viral Mainan "Influencer" Tertahan di Bea Cukai, Ini Penjelasan Sri Mulyani

Whats New
Harga Emas ANTAM: Detail Harga Terbaru Pada Minggu 28 April 2024

Harga Emas ANTAM: Detail Harga Terbaru Pada Minggu 28 April 2024

Spend Smart
Harga Emas Terbaru 28 April 2024 di Pegadaian

Harga Emas Terbaru 28 April 2024 di Pegadaian

Spend Smart
Investasi Aman, Apa Perbedaan SBSN dan SUN?

Investasi Aman, Apa Perbedaan SBSN dan SUN?

Work Smart
Harga Bahan Pokok Minggu 28 April 2024, Harga Daging Ayam Ras Naik

Harga Bahan Pokok Minggu 28 April 2024, Harga Daging Ayam Ras Naik

Whats New
SILO Layani Lebih dari 1 Juta Pasien pada Kuartal I 2024

SILO Layani Lebih dari 1 Juta Pasien pada Kuartal I 2024

Whats New
Bulog Diminta Lebih Optimal dalam Menyerap Gabah Petani

Bulog Diminta Lebih Optimal dalam Menyerap Gabah Petani

Whats New
Empat Emiten Bank Ini Bayar Dividen pada Pekan Depan

Empat Emiten Bank Ini Bayar Dividen pada Pekan Depan

Whats New
[POPULER MONEY] Sri Mulyani 'Ramal' Ekonomi RI Masih Positif | Genset Mati, Penumpang Argo Lawu Dapat Kompensasi 50 Persen Harga Tiket

[POPULER MONEY] Sri Mulyani "Ramal" Ekonomi RI Masih Positif | Genset Mati, Penumpang Argo Lawu Dapat Kompensasi 50 Persen Harga Tiket

Whats New
Ketahui, Pentingnya Memiliki Asuransi Kendaraan di Tengah Risiko Kecelakaan

Ketahui, Pentingnya Memiliki Asuransi Kendaraan di Tengah Risiko Kecelakaan

Spend Smart
Perlunya Mitigasi Saat Rupiah 'Undervalued'

Perlunya Mitigasi Saat Rupiah "Undervalued"

Whats New
Ramai Alat Belajar Siswa Tunanetra dari Luar Negeri Tertahan, Bea Cukai Beri Tanggapan

Ramai Alat Belajar Siswa Tunanetra dari Luar Negeri Tertahan, Bea Cukai Beri Tanggapan

Whats New
Sri Mulyani Jawab Viral Kasus Beli Sepatu Rp 10 Juta Kena Bea Masuk Rp 31 Juta

Sri Mulyani Jawab Viral Kasus Beli Sepatu Rp 10 Juta Kena Bea Masuk Rp 31 Juta

Whats New
Sri Mulyani Jelaskan Duduk Perkara Alat Belajar Tunanetra Milik SLB yang Ditahan Bea Cukai

Sri Mulyani Jelaskan Duduk Perkara Alat Belajar Tunanetra Milik SLB yang Ditahan Bea Cukai

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com