Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Energi Fosil Tergerus, Konservasi Energi Kian Penting

Kompas.com - 18/09/2018, 13:21 WIB
Ambaranie Nadia Kemala Movanita ,
Sakina Rakhma Diah Setiawan

Tim Redaksi


JAKARTA, KOMPAS.com - Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Rida Mulyana menyatakan, cadangan energi fosil kian menipis.

Data menunjukkan bahwa cadangan batu bara saat ini sekitar 7,3-8,3 miliar ton yang diprediksi akan habis pada 2036. Sementara itu, stok minyak saat ini sebesar 3,7 miliar barrel diprediksi akan habis pada 2028.

Untuk bahan bakar gas, cadangannya sebesar 151,33 trilion cubic feet (TCF) dan diprediksi habis pada 2067. Oleh karena itu, pemerintah terus menggenjot pengelolaan energi baru terbarukan sebagai alternatif kebutuhan bahan bakar fosil.

"Sayangnya Indonesia masih sangat tergantung energi berbasis fosil. Keberadaannya makin sedikit, sementara permintaan meningkat," ujar Rida di Jakarta, Selasa (18/9/2018).

Di samping itu, ada pula upaya melakukan konservasi energi karena ada beberapa sektor yang tak bisa menggantikan penggunaan bahan bakar berbasis fosil. Rida mengatakan, baik energi baru terbarukan dan konservasi energi merupakan dua hal yang saling menunjang satu sama lain.

RIda mengapresiasi diselenggarakannya Indonesia Energy Efficiency and Conservation Conference and Exhibition (IEECCE) 2018 bertemakan Tranformasi Energi Global: Mengubah Industri, Pergedungan, dan Mobilitas Menuju Keberlangsungan. Adapun poin yang dibahas antara lain soal konsep smart city, grill chiller, dan inovasi di era baru industri.

"Kita juga sudah berupaya melakukan sosialisasi perlunya membentuk energi baru erbarukan. Tapi saya belum merasa puas," kata Rida.

Dengan forum ini, Rida berharap Indonesia bisa mengadopsi sejumlah teknologi industri dan energi yang sudah diterapkan di negara lain. Ada sejumlah pembicara yang mumpuni untuk berbagi pengalamannya dalam mempercepat penerapan efisiensi energi.

"Saya mau juga ada pengarusutamaan mulai dari level pengambil keputusan sampai end user. Kita harus kasih atensi yang lebih untuk konservasi energi," kata Rida.

Chairman Masyarakat Konservasi dan Efisiensi Energi Indonesia (MASKEEI) Jon Respati mengatakan, industri, mobilitas, dan sektor pembangunan mengonsumsi hampir 90 persen dari keseluruhan energi. Di sektor industri, pasar dihadapkan dengan dinamika perkembangan teknologi di mana kecerdasan artifisial menjadi komponen utama di era industri modern.

Di sektor pembangunan fisik, kemunculan "smart city" menjadi sebuah daya saing baru yang tengah digarap Indonesia.

Sementara di sektor mobilitas, muncul tantangan bagaimana meningkatkan teknologi otomotif dari konvensional menuju mobil hibrid berdaya listrik. Dengan demikian, energi yang dikeluarkan akan jauh lebih sedikit dan lebih ramah lingkungan.

"Indonesia juga sudah memulai pembangunan ini. Dengan rencana yang memungkinkan, ini merupakan tantangan spesifik dalam teknologi untuk pengembangan di sektor energi," kata Jon.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com