Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rupiah Melemah, Pemerintah Prediksi Pertumbuhan Impor 11 Persen Akhir 2018

Kompas.com - 18/09/2018, 16:02 WIB
Kontributor Amerika Serikat, Andri Donnal Putera,
Sakina Rakhma Diah Setiawan

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Kementerian Keuangan melalui Badan Kebijakan Fiskal (BKF) memperkirakan perlambatan pertumbuhan impor akan berlanjut sejalan dengan tren pelemahan rupiah terhadap dollar AS.

Nilai tukar rupiah berdasarkan Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) beberapa waktu belakangan ini bergerak di kisaran Rp 14.800 sampai Rp 14.900.

"Estimasi kami di akhir tahun, (pertumbuhan impor) year on year sekitar 11 persen. Tahun depan kami estimasi lebih rendah karena kan rupiahnya sudah lebih melemah, kalau melemah biasanya pertumbuhan impornya turun," kata Kepala BKF Suahasil Nazara usai rapat di DPR RI, Selasa (18/9/2018).

Berdasarkan data pertumbuhan ekonomi kuartal II 2018 dari Badan Pusat Statistik (BPS), tercatat laju pertumbuhan impor sebesar 15,17 persen. Adapun nilai tukar selama periode kuartal II 2018, yakni dari April hingga Juni, bergerak pada kisaran Rp 13.700 sampai Rp 14.400.

Dengan melihat kondisi terkini, Suahasil memperkirakan laju pertumbuhan impor akan melambat karena komponen barang yang diimpor, baik bahan baku maupun barang modal, jadi lebih mahal. Kenaikan harga didorong oleh semakin menguatnya dollar AS yang dipicu faktor eksternal, antara lain perbaikan ekonomi di AS serta prediksi kenaikan suku bunga acuan Fed Fund Rate hingga akhir tahun.

"Sekarang kan rupiah diperdagangkan di Rp 14.800 sampai Rp 14.900. Jadi, kalau ada yang impor hari ini kan kurang lebih pakai rate itu. Kalau dibandingkan dengan 4, 5, 6 bulan yang lalu itu kan sekarang rupiahnya sudah lebih lemah," tutur Suahasil.

BKF juga menghitung dampak dari pelemahan rupiah, yakni Rp 1,1 triliun sebagai net effect setiap terjadi pelemahan Rp 100 dari total nilai tukar.

Namun, dampak ini mesti dihitung secara keseluruhan, karena selain meningkatkan dari sisi penerimaan, juga akan membuat pengeluaran jadi lebih tinggi dari sebelumnya.

Meski pertumbuhan impor Indonesia tinggi, sebagian besar komponen impor merupakan bahan baku serta barang modal.

BPS mencatat, dari Januari hingga Juli 2018, porsi terbanyak dari total impor masih bahan baku (75 persen), disusul oleh impor barang modal (16 persen), dan impor barang konsumsi (9 persen).

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Resmikan The Gade Tower, Wamen BUMN: Jadi Simbol Modernisasi Pegadaian

Resmikan The Gade Tower, Wamen BUMN: Jadi Simbol Modernisasi Pegadaian

Whats New
Kemenperin Kasih Bocoran soal Aturan Impor Ban

Kemenperin Kasih Bocoran soal Aturan Impor Ban

Whats New
Pengusaha Ritel: Pembatasan Pembelian Gula Bukan karena Stok Kosong

Pengusaha Ritel: Pembatasan Pembelian Gula Bukan karena Stok Kosong

Whats New
Luhut Minta Penyelesaian Lahan di IKN Tak Rugikan Masyarakat

Luhut Minta Penyelesaian Lahan di IKN Tak Rugikan Masyarakat

Whats New
Prudential Indonesia Rilis Produk Asuransi Kesehatan PRUWell, Simak Manfaatnya

Prudential Indonesia Rilis Produk Asuransi Kesehatan PRUWell, Simak Manfaatnya

Whats New
Kunjungi IKN, Luhut Optimistis Pembangunan Capai 80 Persen pada Agustus 2024

Kunjungi IKN, Luhut Optimistis Pembangunan Capai 80 Persen pada Agustus 2024

Whats New
Wamendes PDTT: Urgensi Transmigrasi dan Dukungan Anggaran Perlu Ditingkatkan

Wamendes PDTT: Urgensi Transmigrasi dan Dukungan Anggaran Perlu Ditingkatkan

Whats New
IDSurvey Tunjuk Suko Basuki sebagai Komisaris Independen

IDSurvey Tunjuk Suko Basuki sebagai Komisaris Independen

Whats New
Tingginya Inflasi Medis Tidak Hanya Terjadi di Indonesia

Tingginya Inflasi Medis Tidak Hanya Terjadi di Indonesia

Whats New
Tutup Pabrik, Bata Akui Kesulitan Hadapi Perubahan Perilaku Belanja Konsumen

Tutup Pabrik, Bata Akui Kesulitan Hadapi Perubahan Perilaku Belanja Konsumen

Whats New
Kecelakaan KA Pandalungan dan Mobil Sebabkan Perjalanan KA Terlambat, Penumpang Dapat Kompensasi

Kecelakaan KA Pandalungan dan Mobil Sebabkan Perjalanan KA Terlambat, Penumpang Dapat Kompensasi

Whats New
Hari Apresiasi Seller Tokopedia, GNET Raih Posisi Pertama di Kategori Pertukangan

Hari Apresiasi Seller Tokopedia, GNET Raih Posisi Pertama di Kategori Pertukangan

Rilis
Waskita Karya Bakal Jadi Anak Usaha Hutama Karya pada September 2024

Waskita Karya Bakal Jadi Anak Usaha Hutama Karya pada September 2024

Whats New
Menko Airlangga: Pertumbuhan Ekonomi RI Kuartal I-2024 Tertinggi sejak 2015

Menko Airlangga: Pertumbuhan Ekonomi RI Kuartal I-2024 Tertinggi sejak 2015

Whats New
IHSG dan Rupiah Ditutup Melemah

IHSG dan Rupiah Ditutup Melemah

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com