Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Dunia Redup di 2019, Ini Sebabnya

Kompas.com - 22/10/2018, 12:57 WIB
Sakina Rakhma Diah Setiawan

Penulis

Sumber Reuters

BENGALURU, KOMPAS.com - Outlook pertumbuhan ekonomi global untuk tahun 2019 untuk pertama kalinya diprediksi meredup. Hal ini berdasarkan jajak pendapat yang dilakukan Reuters terhadap sejumlah ekonom.

Dikutip pada Senin (22/10/2018), para ekonom memandang perang dagang antara AS dan China serta kondisi keuangan global yang mengetat menjadi penyebab utama proyeksi pertumbuhan ekonomi global untuk tahun 2019 tidak cemerlang.

Pada awal tahun 2018, para responden jajak pendapat mengungkapkan optimisme terhadap pertumbuhan ekonomi global yang cukup kuat. Namun, pada jajak pendapat yang dilakukan bulan ini terhadap lebih 500 orang ekonom menunjukkan adanya penurunan outlook pada 18 dari 44 negara yang dipoling.

Hanya 3 negara yang proyeksi pertumbuhan ekonominya dinaikkan. Adapun 23 negara lainnya tidak diubah.

"Dinamika sederhana yang berperan di dalam perekonomian global saat ini (adalah) AS mengalami booming, sementara negara-negara lainnya melambat atau bahkan stagnan. Tekanan yang disebabkan divergensi ini menyebabkan ketidaknyamanan di banyak negara berkembang," kata Janet Henry, kepala ekonom global di HSBC.

Henry menuturkan, kenaikan suku bunga acuan yang dilakukan bank sentral AS Federal Reserve mencegah perekonomian AS mengalami overheating. Namun, kebijakan ini menekan pula opsi kebijakan di negara-negara yang mengalami pengetatan kondisi finansial dan ditambah adanya peningkatan ketegangan perdagangan.

Mayoritas dari hampir 150 orang ekonom yang dipoling menyatakan ada dua penyebab utama penurunan proyeksi pertumbuhan ekonomi global tahun depan. Kedua faktor tersebut adalah berlanjutnya perang dagang AS-China dan pengetatan kondisi keuangan global yang didorong oleh maraknya aksi jual di pasar ekuitas global maupun cepatnya kenaikan imbal hasil (yield) obligasi pemerintah.

Adapun kepala ekonom Scotiabank Jean-François Perrault menuturkan, konsekuensi peningkatan perang dagang tidak dapat dihindari. Kenaikan harga akan terjadi baik di China maupun AS, ditambah menurunnya daya beli di kedua negara tersebut.

"Biaya produksi lebih tinggi, meningkatnya volatilitas pasar keuangan, dan kemungkinan kenaikan suku bunga. Dampak-dampak ini kemungkinan akan merambat keluar dari kedua negara tersebut," ujar Perrault.

Para ekonom memprediksi pertumbuhan ekonomi dunia pada tahun 2018 mencapai 3,8 persen dan melambat menjadi 3,6 persen pada tahun 2019. Angka ini lebih rendah dibandingkan proyeksi Dana Moneter Internasional (IMF), yakni 3,7 persen.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Cara Bayar Pajak Daerah secara Online lewat Tokopedia

Cara Bayar Pajak Daerah secara Online lewat Tokopedia

Spend Smart
Apa Itu 'Cut-Off Time' pada Investasi Reksadana?

Apa Itu "Cut-Off Time" pada Investasi Reksadana?

Earn Smart
Mengenal Apa Itu 'Skimming' dan Cara Menghindarinya

Mengenal Apa Itu "Skimming" dan Cara Menghindarinya

Earn Smart
BRI Beri Apresiasi untuk Restoran Merchant Layanan Digital

BRI Beri Apresiasi untuk Restoran Merchant Layanan Digital

Whats New
Kemenhub Tingkatkan Kualitas dan Kompetensi SDM Angkutan Penyeberangan

Kemenhub Tingkatkan Kualitas dan Kompetensi SDM Angkutan Penyeberangan

Whats New
CGAS Raup Pendapatan Rp 130,41 Miliar pada Kuartal I 2024, Didorong Permintaan Ritel dan UMKM

CGAS Raup Pendapatan Rp 130,41 Miliar pada Kuartal I 2024, Didorong Permintaan Ritel dan UMKM

Whats New
Simak Cara Menyiapkan Dana Pendidikan Anak

Simak Cara Menyiapkan Dana Pendidikan Anak

Earn Smart
HET Beras Bulog Naik, YLKI Khawatir Daya Beli Masyarakat Tergerus

HET Beras Bulog Naik, YLKI Khawatir Daya Beli Masyarakat Tergerus

Whats New
Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Lampaui Malaysia hingga Amerika Serikat

Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Lampaui Malaysia hingga Amerika Serikat

Whats New
KKP Terima 99.648 Ekor Benih Bening Lobster yang Disita TNI AL

KKP Terima 99.648 Ekor Benih Bening Lobster yang Disita TNI AL

Rilis
Di Hadapan Menko Airlangga, Wakil Kanselir Jerman Puji Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

Di Hadapan Menko Airlangga, Wakil Kanselir Jerman Puji Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

Whats New
Soal Rencana Kenaikan Tarif KRL, Anggota DPR: Jangan Sampai Membuat Penumpang Beralih...

Soal Rencana Kenaikan Tarif KRL, Anggota DPR: Jangan Sampai Membuat Penumpang Beralih...

Whats New
Menteri ESDM Pastikan Perpanjangan Izin Tambang Freeport Sampai 2061

Menteri ESDM Pastikan Perpanjangan Izin Tambang Freeport Sampai 2061

Whats New
Pertumbuhan Ekonomi 5,11 Persen, Sri Mulyani: Indonesia Terus Tunjukan 'Daya Tahannya'

Pertumbuhan Ekonomi 5,11 Persen, Sri Mulyani: Indonesia Terus Tunjukan "Daya Tahannya"

Whats New
“Wanti-wanti” Mendag Zulhas ke Jastiper: Ikuti Aturan, Kirim Pakai Kargo

“Wanti-wanti” Mendag Zulhas ke Jastiper: Ikuti Aturan, Kirim Pakai Kargo

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com