Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Apa Jadinya bila Pertemuan Trump-Xi Jinping di KTT G20 Buntu?

Kompas.com - 28/11/2018, 14:23 WIB
Yoga Sukmana,
Sakina Rakhma Diah Setiawan

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Bayang-bayang berlanjutnya perang dagang antara Amerika Serikat dan China terus menghantui seluruh negara di dunia, tak terkecuali Indonesia.

Rencana pertemuan Presiden AS Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping di KTT G20, Buenos Aires, Argentina pada 30 November-1 Desember 2018 diharapkan membawa angin segar bagi perekonomian.

"Kalau Presiden Trump bisa jalin komunikasi dulu bersama dengan Xi Jinping, dunia berharap ada moderasi, syukur-syukur solusi dari perang dagang," ujar Menteri Koordinator Perekonomian Darmin Nasution saat berbicara di acara Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), Jakarta, Rabu (28/11/2018).

Namun demikian, bila pertemuan itu berakhir buntu, tak ada kesepakatan antara keduanya, Darmin mengatakan bahwa era perang dagang antara AS dan China akan terus berlanjut.

Baca juga: Indonesia Akan Angkat Isu Perang Dagang di KTT G-20

Indonesia sendiri bukanlah negara yang terlibat dalam perang dagang itu. Akan tetapi, Indonesia turut terkena imbas akibat strategi kebijakan perdagangan AS dan China tersebut.

Darmin mengatakan, berlanjutnya perang dagang akan berimbas langsung ke perlambatan pertumbuhan ekonomi AS dan China.

Saat ini saja, imbuh dia, pertumbuhan China sudah melambat. Begitu pun ekonomi AS yang mulai melambat meski tak sedalam penurunan ekonomi China.

Celakanya, kedua negara ini adalah mitra dagang nomor satu dan nomor dua Indonesia. Oleh karena itu, penurunan pertumbuhan ekonomi itu bisa menurunkan ekspor RI ke AS dan China.

Baca juga: Perang Dagang AS China Bisa Berlangsung hingga 2020?

"Kalau dia karena perang dagang terpaksa mengurangi produksi dari beberapa jenis industri, yang kemudian bahan bakunya dari Indonesia, ya kena. Itu yang lebih kepada second round effect," kata Darmin.

Meski begitu, Indonesia juga bisa tertimpa durian runtuh atau keuntungan dari situasi perang dagang. Sebab, peluang juga terbuka akibat pelemahan ekonomi di AS atau China.

Investor di negara tersebut bisa saja memutuskan untuk merelokasi industrinya ke negara-negara lain. Investor di China bisa merelokasi industrinya ke negara-negara Asia Tenggara.

"Tetapi kita harus bersaing dengan Vietnam, Thailand, dan Malaysia untuk menjadi tempat relokasi yang kena dampak perang dagang itu," ujarnya.

"Tapi itu belum jadi, karena mereka masih berharap Trump dengan Jinping itu akan damai. Kalau di Argentina gagal, maka orang akan mulai bergerak (relokasi)," sambung dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Gojek Luncurkan Paket Langganan Gojek Plus, Ada Diskon di Setiap Transaksi

Gojek Luncurkan Paket Langganan Gojek Plus, Ada Diskon di Setiap Transaksi

Whats New
Laba Bersih MPXL Melonjak 123,6 Persen, Ditopang Jasa Angkut Material ke IKN

Laba Bersih MPXL Melonjak 123,6 Persen, Ditopang Jasa Angkut Material ke IKN

Whats New
Emiten Migas SUNI Cetak Laba Bersih Rp 33,4 Miliar per Kuartal I-2024

Emiten Migas SUNI Cetak Laba Bersih Rp 33,4 Miliar per Kuartal I-2024

Whats New
CEO Perusahaan Migas Kumpul di IPA Convex 2024 Bahas Solusi Kebijakan Industri Migas

CEO Perusahaan Migas Kumpul di IPA Convex 2024 Bahas Solusi Kebijakan Industri Migas

Whats New
Ramai 9 Mobil Mewah Pengusaha Malaysia Ditahan, Bea Cukai Beri Penjelasan

Ramai 9 Mobil Mewah Pengusaha Malaysia Ditahan, Bea Cukai Beri Penjelasan

Whats New
BEI Ubah Aturan 'Delisting', Ini Ketentuan Saham yang Berpotensi Keluar dari Bursa

BEI Ubah Aturan "Delisting", Ini Ketentuan Saham yang Berpotensi Keluar dari Bursa

Whats New
BEI Harmonisasikan Peraturan Delisting dan Relisting

BEI Harmonisasikan Peraturan Delisting dan Relisting

Whats New
Hadirkan Solusi Transaksi Internasional, Bank Mandiri Kenalkan Keandalan Livin’ by Mandiri di London

Hadirkan Solusi Transaksi Internasional, Bank Mandiri Kenalkan Keandalan Livin’ by Mandiri di London

Whats New
Biasakan 3 Hal Ini untuk Membangun Kekayaan

Biasakan 3 Hal Ini untuk Membangun Kekayaan

Earn Smart
Pertumbuhan Ekonomi RI 5,11 Persen Dinilai Belum Maksimal

Pertumbuhan Ekonomi RI 5,11 Persen Dinilai Belum Maksimal

Whats New
Laba Bersih JTPE Tumbuh 11 Persen pada Kuartal I 2024, Ditopang Pesanan E-KTP

Laba Bersih JTPE Tumbuh 11 Persen pada Kuartal I 2024, Ditopang Pesanan E-KTP

Whats New
Pabrik Sepatu Bata Tutup, Menperin Sebut Upaya Efisiensi Bisnis

Pabrik Sepatu Bata Tutup, Menperin Sebut Upaya Efisiensi Bisnis

Whats New
Jadwal LRT Jabodebek Terbaru Berlaku Mei 2024

Jadwal LRT Jabodebek Terbaru Berlaku Mei 2024

Whats New
Emiten Hotel Rest Area KDTN Bakal Tebar Dividen Rp 1,34 Miliar

Emiten Hotel Rest Area KDTN Bakal Tebar Dividen Rp 1,34 Miliar

Whats New
Keuangan BUMN Farmasi Indofarma Bermasalah, BEI Lakukan Monitoring

Keuangan BUMN Farmasi Indofarma Bermasalah, BEI Lakukan Monitoring

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com