Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tekanan Ekonomi Tahun Depan Diprediksi Melunak

Kompas.com - 12/12/2018, 17:09 WIB
Putri Syifa Nurfadilah,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Chief Economist Bank Mandiri Anton H Gunawan menyebut, walaupun tekanan ekonomi global masih akan terjadi di tahun 2019, tapi keadaanya akan sedikit melunak dibandingkan dengan keadaan tahun ini.

“Risiko sudah banyak terjadi di 2018, termasuk depresiasi rupiah sampai 13 persen, meski sekarang sudah membaik. Kelihatannya, tahun depan tidak begitu besar, meski tekanan masih ada dari global,” ujar Anton di Plaza Mandiri Jakarta Pusat, Rabu (12/12/2018).

Dia memaparkan, kondisi ekonomi secara global bergejolak karena dipicu oleh Amerika Serikat (AS) yang berupaya melakukan normalisasi keadaan ekonomi di negara tersebut yakni dari suku bunga maupun balancesheet bank sentralnya.

Tahun 2018 ini, normalisasi yang dilakukan tersebut melaju lebih cepat di luar proyeksi. Sehingga, performa dollar AS terhadap mata uang negara-negara lain utamanya emerging market (negara berkembang) lebih kuat. Akibatnya, terjadi arus mudah ke luar dari negara-negara emerging market, termasuk Indonesia.

Baca juga: Ekonomi Indonesia di Tahun 2019 Masih Banyak Kejutan

“Untuk 2019, dari kebijakan moneter kenaikannya tahun ini perkiraannya 2,5 persen, jadi masih ada satu kali lagi, arah normalnya tidak jauh lagi. Tekanan volatilitas tidak akan besar lagi,” jelas Anton.

Kemudian, ketidakpastian dari sisi kenaikan suku bunga AS pun diprediksi tidak terlalu mengkhawatirkan. Hal ini karena dari sisi geopolitik, ia menilai tidak akan terlalu bergerak masif di tahun depan.

Menurut Anton, yang justru perlu dicermati adalah perang dagang antara AS dan China. Karena sejak isu perang dagang ini mencuat belum terlihat adanya tanda-tanda akan selesai dalam waktu dekat.

Ditambah, saat ini China juga disebut tengah memasuki masa rebalancing. Hal ini dilakukan China untuk meminimalisir efek peran dagang terhadap keadaan ekonominya.

Gejolak terkait perang dagang yang akan mempengaruhi ekonomi di 2019 bakal mempengaruhi permintaan China terhadap komoditas, sehingga ada kemungkinan Indonesia bakal terkena imbasnya.

“Faktor lain sektor keuangan yang agak jarang dibicarakan adalah inklusi di China. Kalau terjadi pertambahan weight China di global indeks, maka akan ada yang tersingkir. Tapi ini tergantung kinerja saham dari negara lain, terutama emerging market,” ucap dia.

Namun menurut Anton, jika Indonesia bisa lebih baik maka kemungkinan akan terdelusi juga kecil.

“Sejauh ini sih tidak, tapi itu tergantung pada kinerja saham dan ekonomi,” katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tak Lagi Khawatir Lupa Bawa Uang Tunai Berbelanja di Kawasan Wisata Samosir

Tak Lagi Khawatir Lupa Bawa Uang Tunai Berbelanja di Kawasan Wisata Samosir

Whats New
Info Limit Tarik Tunai BCA Sesuai Jenis Kartu ATM Lengkap

Info Limit Tarik Tunai BCA Sesuai Jenis Kartu ATM Lengkap

Spend Smart
3 Cara Tarik Tunai Tanpa Kartu BCA, Penting saat Lupa Bawa di ATM

3 Cara Tarik Tunai Tanpa Kartu BCA, Penting saat Lupa Bawa di ATM

Earn Smart
[POPULER MONEY] Serikat Pekerja Tuntut Naik Upah, Menaker Balik Tuntut Kenaikan Kompetensi | Luhut Janji Microsoft Tak Akan Menyesal Investasi Rp 27,6 Triliun di Indonesia

[POPULER MONEY] Serikat Pekerja Tuntut Naik Upah, Menaker Balik Tuntut Kenaikan Kompetensi | Luhut Janji Microsoft Tak Akan Menyesal Investasi Rp 27,6 Triliun di Indonesia

Whats New
Cara Bayar Tagihan FIF di ATM BCA, BRI, BNI, Mandiri, dan BTN

Cara Bayar Tagihan FIF di ATM BCA, BRI, BNI, Mandiri, dan BTN

Spend Smart
Bank Mandiri Tegaskan Tetap Jadi Pemegang Saham Terbesar BSI

Bank Mandiri Tegaskan Tetap Jadi Pemegang Saham Terbesar BSI

Whats New
Cek Jadwal Pembagian Dividen Astra Otoparts

Cek Jadwal Pembagian Dividen Astra Otoparts

Whats New
Syarat Ganti Kartu ATM Mandiri di CS Machine dan Caranya

Syarat Ganti Kartu ATM Mandiri di CS Machine dan Caranya

Whats New
Status Internasional Bandara Supadio Dihapus, Pengamat: Hanya Jadi 'Feeder' bagi Malaysia dan Singapura

Status Internasional Bandara Supadio Dihapus, Pengamat: Hanya Jadi "Feeder" bagi Malaysia dan Singapura

Whats New
Naik 36 Persen, Laba Bersih Adaro Minerals Capai Rp 1,88 Triliun Sepanjang Kuartal I-2024

Naik 36 Persen, Laba Bersih Adaro Minerals Capai Rp 1,88 Triliun Sepanjang Kuartal I-2024

Whats New
Jokowi Tambah Alokasi Pupuk Subsidi Jadi 9,55 Juta Ton di 2024

Jokowi Tambah Alokasi Pupuk Subsidi Jadi 9,55 Juta Ton di 2024

Whats New
Dampak Erupsi Gunung Ruang, 5 Bandara Masih Ditutup Sementara

Dampak Erupsi Gunung Ruang, 5 Bandara Masih Ditutup Sementara

Whats New
Kadin Gandeng Inggris, Dukung Bisnis Hutan Regeneratif

Kadin Gandeng Inggris, Dukung Bisnis Hutan Regeneratif

Whats New
Harita Nickel Catat Kenaikan Pendapatan 26 Persen pada  Kuartal I 2024

Harita Nickel Catat Kenaikan Pendapatan 26 Persen pada Kuartal I 2024

Whats New
Bappenas Buka Lowongan Kerja hingga 5 Mei 2024, Simak Persyaratannya

Bappenas Buka Lowongan Kerja hingga 5 Mei 2024, Simak Persyaratannya

Work Smart
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com