Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Fenomena Pekerja Freelance Tak Sesuai Jurusan Kuliah Sudah Lama Marak

Kompas.com - 18/12/2018, 16:48 WIB
Mutia Fauzia,
Sakina Rakhma Diah Setiawan

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Fenomena pekerja lepas atau freelance atau yang tidak terikat kontrak kerja semakin marak di masyarakat, termasuk kaum muda. Pada saat yang sama, ada juga fenomena sarjana yang bekerja tidak sesuai dengan jurusan kuliahnya.

Banyak pihak yang kemudian mendebatkan kehadiran para pekerja freelance. Sebab, pemerintah dipandang tidak berhasil menyediakan lapangan pekerjaan untuk masyarakat.

Pengamat Ekonomi Pembangunan Institute For Development and Economic Finance (INDEF) Didik J Rachbini menuturkan, maraknya fenomena pekerja tidak sesuai jurusan dan kemudian memutuskan untuk menjadi pekerja lepas bukan terjadi baru-baru ini saja. Menurutnya, fenomena ini sudah muncul sejak dulu.

Pasalnya, pendidikan di perguruan tinggi memang tidak mendidik seseorang untuk siap bekerja di bidangnya, sehingga ketika lulus dan sudah harus berhadapan dengan dunia kerja, baru kemudian mereka dilatih untuk bekerja.

Baca juga: Mau Freelance? Pikirkan 4 Hal Ini Baik-baik

"Fenomena ini memang terjadi sejak dulu karena kurangnya sarana prasarana, laboratorium, tempat magang, serta program link and match yang kurang," ujar Didik ketika dihubungi Kompas.com, Selasa (18/12/2018).

Didik menjelaskan, maraknya pekerjaan freelance didukung pula oleh kemajuan teknologi yang semakin membuka peluang kesempatan kerja di bidang yang sebelumnya tidak terbayangkan. Banyak pekerjaan yang kemudian terlahir dari yang awalnya hanya berawal dari seorang freelancer.

Meski di sisi lain, banyak lapangan pekerjaan lain yang berangsur-angsur menghilang.

"Kesempatan kerja tersedia dengan hadirnya bidang IT, big data, ecommerce, dll. Tetapi banyak juga yang hilang," jelas dia.

Baca juga: Modal Telepon Genggam, Para Sarjana Teknik Ini Sukses di Dunia Dagang

Senada dengan Didik, Ekonom Centre of Reform on Economics (CORE) Piter Abdullah mamaparkan, perkembangan teknologi mendorong maraknya fenomena pekerja freelance. Generasi milenial, menurut Piter sudah tidak lagi mengutamakan kepastian dan rasa aman.

Preferensi dan gaya bekerja kaum milenial yang cenderung mudah bosan dan cenderung tidak loyal mendorong mereka untuk bekerja secara tidak terikat.

"Supply dan demand mendorong maraknya fenomena freelancer," ujar dia.

Piter menjelaskan, memang di masa lalu, stigma kurang terhormat melekat pada seorang pekerja freelance atau pekerja lepas. Sehingga, minat untuk bekerja freelance juga masih rendah.

Selain itu, kesempatan kerja secara freelance pun cenderung terbatas.

"Tidak banyak jenis pekerjaan yg bisa dimasuki sebagai freelancer. Paling kerjaan sebagai jurnalis, fotografer, penulis. Jadi supply dan demand-nya memang rendah," ujar dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Cara Bayar Pajak Daerah secara Online lewat Tokopedia

Cara Bayar Pajak Daerah secara Online lewat Tokopedia

Spend Smart
Apa Itu 'Cut-Off Time' pada Investasi Reksadana?

Apa Itu "Cut-Off Time" pada Investasi Reksadana?

Earn Smart
Mengenal Apa Itu 'Skimming' dan Cara Menghindarinya

Mengenal Apa Itu "Skimming" dan Cara Menghindarinya

Earn Smart
BRI Beri Apresiasi untuk Restoran Merchant Layanan Digital

BRI Beri Apresiasi untuk Restoran Merchant Layanan Digital

Whats New
Kemenhub Tingkatkan Kualitas dan Kompetensi SDM Angkutan Penyeberangan

Kemenhub Tingkatkan Kualitas dan Kompetensi SDM Angkutan Penyeberangan

Whats New
CGAS Raup Pendapatan Rp 130,41 Miliar pada Kuartal I 2024, Didorong Permintaan Ritel dan UMKM

CGAS Raup Pendapatan Rp 130,41 Miliar pada Kuartal I 2024, Didorong Permintaan Ritel dan UMKM

Whats New
Simak Cara Menyiapkan Dana Pendidikan Anak

Simak Cara Menyiapkan Dana Pendidikan Anak

Earn Smart
HET Beras Bulog Naik, YLKI Khawatir Daya Beli Masyarakat Tergerus

HET Beras Bulog Naik, YLKI Khawatir Daya Beli Masyarakat Tergerus

Whats New
Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Lampaui Malaysia hingga Amerika Serikat

Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Lampaui Malaysia hingga Amerika Serikat

Whats New
KKP Terima 99.648 Ekor Benih Bening Lobster yang Disita TNI AL

KKP Terima 99.648 Ekor Benih Bening Lobster yang Disita TNI AL

Rilis
Di Hadapan Menko Airlangga, Wakil Kanselir Jerman Puji Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

Di Hadapan Menko Airlangga, Wakil Kanselir Jerman Puji Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

Whats New
Soal Rencana Kenaikan Tarif KRL, Anggota DPR: Jangan Sampai Membuat Penumpang Beralih...

Soal Rencana Kenaikan Tarif KRL, Anggota DPR: Jangan Sampai Membuat Penumpang Beralih...

Whats New
Menteri ESDM Pastikan Perpanjangan Izin Tambang Freeport Sampai 2061

Menteri ESDM Pastikan Perpanjangan Izin Tambang Freeport Sampai 2061

Whats New
Pertumbuhan Ekonomi 5,11 Persen, Sri Mulyani: Indonesia Terus Tunjukan 'Daya Tahannya'

Pertumbuhan Ekonomi 5,11 Persen, Sri Mulyani: Indonesia Terus Tunjukan "Daya Tahannya"

Whats New
“Wanti-wanti” Mendag Zulhas ke Jastiper: Ikuti Aturan, Kirim Pakai Kargo

“Wanti-wanti” Mendag Zulhas ke Jastiper: Ikuti Aturan, Kirim Pakai Kargo

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com